Menyambut Atmosfer Baru Kawasan Gelora Bung Karno
JAKARTA, KOMPAS -- Menjelang perhelatan Asian Games 2018, arena-arena di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat mengalami pemugaran total. Sebagian besar arena merupakan cagar budaya dan menjadi saksi sejarah awal ketika Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962.
Arena-arena di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) mengalami perombakan total, hampir 80 persen pada setiap bangunannya. Pemugaran arena-arena tersebut memakan biaya sekitar Rp 1,5 triliun. Pemerintah menargetkan perbaikan arena ini selesai pada Desember 2017. Saat ini, secara keseluruhan, progress pengerjaan telah mencapai sekitar 87 persen.
Pengerjaan beberapa arena telah mencapai 100 persen, seperti stadion akuatik, arena hoki A, lapangan A,B,C, dan arena panahan
"Pengerjaan beberapa arena telah mencapai 100 persen, seperti stadion akuatik, arena hoki A, lapangan A,B,C, dan arena panahan," kata Pemimpin Proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Anggoro Putro di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (23/11).
Perombakan ini tentunya membuat arena-arena ini naik kelas dengan standar internasional. Seperti Stadion Akuatik yang mendapatkan sertifikat dari Federasi Renang Internasional (FINA) bulan lalu. Stadion Akuatik ini dirombak dengan biaya sebesar Rp 275 miliar.
"Kami tidak bisa sembarangan merombak Stadion Akuatik ini, karena merupakan salah satu cagar budaya. Jadi kami harus hati-hati dengan mempertahankan bentuk bangunannya," kata Anggoro.
Arena akuatik ini terdiri dari empat kolam untuk kolam latihan, kolam tanding, kolam loncat indah, dan kolam pemanasan. Kolam pertandingan dibuat 10 line dengan kedalaman 2,5 meter. Selain itu, kolam lompat indah indah dibuat dengan ketinggian papan locat 1 meter, 3 meter, 5 meter, 7,5 meter, dan 10 meter. Kedalaman kolamnya sekitar 5 meter.
Arsitek Andra Martin yang mendesain Stadion Akuatik tersebut menuturkan, tantangan terbesar adalah untuk memasang atap stadion. Atap stadion membuat suhu air menjadi lebih stabil. Bentuk atapnya sangat unik dengan bentuk yang bergelombang.
Arena akuatik ini terdiri dari empat kolam untuk kolam latihan, kolam tanding, kolam loncat indah, dan kolam pemanasan.
Beberapa arena di GBK memang memiliki desain atap yang bergelombang, mengikuti bentuk atap Stadion Utama GBK. Selain Stadion Akuatik, stadion lainnya yang memiliki atap bergelombang yaitu Istora Senayan.
Proyek pembangunan Istora Senayan telah mencapai tahap akhir. Bangunan yang menjadi saksi sejarah prestasi atlet Indonesia ini mengalami perombakan besar menjelang Asian Games 2018. Meski demikian, ada beberapa bagian yang tetap dipertahankan untuk menjaga nilai historisnya.
Pimpro dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kiagos Egie Ismail mengatakan, proyek pembangunan Istora Senayan ini telah mencapai 92 persen. Egie menambahkan, karena proyek ini termasuk renovasi berat, sekitar 70 persen bangunan diperbaiki.
Proyek pembangunan Istora Senayan telah mencapai 92 persen.
Egie mengatakan, meski beberapa kursi telah diganti dengan single seat, ada beberapa kursi kayu di dalam venue yang masih dipertahankan. Kemudian, alas arena juga diperbaiki dengan bahan kayu agar serupa dengan struktur lamanya.
“Meskipun kawasannya tidak terlalu luas, namun di Istora Senayan ini telah terukir berbagai prestasi atlet Indonesia. Seperti sejarah ketika Ellyas Pical menjadi juara tinju dunia dan berbagai prestasi pebulu tangkis Indonesia yang terukir di sini,” katanya.
Egie menjelaskan, nantinya Istora Senayan ini akan digunakan sebagai venue dengan berbagai fungsi untuk cabang olah raga di dalam ruangan. “Kami telah koordinasi dengan INASGOC (Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia) untuk memastikan venue ini akan dipakai untuk apa saja. Menurut informasi dari INASGOC, kemungkinan venue ini akan digunakan untuk pertandingan bulu tangkis, voli, bahkan kemungkinan untuk pertandingan tinju,” kata Egie.
Berdasarkan pantauan Kompas, Kamis (23/11), di dalam venue, single seat untuk penonton telah terpasang seluruhnya. Kemudian, air conditioner (AC), rigging lampu, papan skor digital, dan sound system sudah terpasang di dalam venue. Di dalam venue, beberapa pekerja juga tampak menyelesaikan tahap akhir alas kayu arena.
Egie menjelaskan, karena menggunakan single seat, kapasitas penonton menjadi berkurang. Awalnya, Istora Senayan dapat menampung 10.000 penonton, namun kapasitasnya berkurang menjadi 8.000 penonton.
Ada beberapa kesulitan selama pengerjaan proyek, salah satunya adalah pengaturan suhu ruangan. Cukup sulit untuk memasang AC apalagi nantinya arena ini akan digunakan untuk pertandingan bulu tangkis. “Seharusnya diatur pemasangan AC-nya agar tidak mengganggu pergerakan kok bulutangkis. Selain itu pencahayaan menggunakan lampu LED agar suhu arena tidak terlalu panas,” kata Egie.
Karena menggunakan single seat, kapasitas penonton menjadi berkurang. Awalnya, Istora Senayan dapat menampung 10.000 penonton, namun kapasitasnya berkurang menjadi 8.000 penonton.
Permasalahan sebelumnya, Istora Senayan sering mengalami kebocoran atap. Kebocoran atap ini mengakibatkan kayu-kayu arena menjadi keropos. Kemudian, kebocoran ini disebabkan karena pemasangan sound system dan lampu yang melebihi kapasitas. ”Oleh sebab itu, kami benar-benar mengecek kualitas atap agar tidak terjadi kebocoran. Kemudian, untuk lampu, kami menggunakan motorized rigging agar lampu bisa dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan,” kata Egie.
Di sekeliling area Istora juga dibangun ruangan-ruangan multi fungsi yang sekat-sekatnya bisa dipasang-lepas. “Kami membuat ruangan di sekeliling area ini untuk poliklinik dan ruang tes doping. Kemudian nanti akan ada ruangan untuk wasit. Meski demikian, kami belum tahu secara persis kebutuhan ruangannya meliputi apa saja dan berapa luas yang dibutuhkannya, sehingga ruangan-ruangan didesain dengan sekat yang fleksibel,” kata Egie.
Akses jalan untuk penyandang difabel juga telah disiapkan. Nantinya penonton difabel disediakan tempat khusus di tribun. Egie berharap, setelah perhelatan Asian Games 2018 ini, Istora Senayan bisa lebih ketat untuk penggunaannya. Hal tersebut demi mencegah kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat salah penggunaan.
“Istora Senayan ini kan tidak hanya digunakan untuk acara olah raga, tetapi juga acara seperti konser. Perlu ada standarisasi penggunaan dan perawatan setelah Asian Games 2018,” kata Egie.
Istora Senayan tidak hanya digunakan untuk acara olah raga, tetapi juga acara seperti konser. Perlu ada standarisasi penggunaan dan perawatan setelah Asian Games 2018
Sekjen Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Ahmad Budiarto mengaku puas dengan pengerjaan proyek Istora ini. Ia berharap, setelah perhelatan Asian Games 2018, Istora Senayan juga dapat digunakan untuk melakukan pertandingan internasional lainnya.
Renovasi AG 7
Renovasi dan pembangunan berbagai arena di sisi barat dan selatan Kawasan Gelora Bung Karno juga memberikan pesona baru jelang Asian Games 2018. Paket arena yang diperbaiki dan dibangun terdiri dari lapangan bisbol, sofbol, lapangan basket dan Stadion (Lapangan) Madya.
Empat lapangan yang diperbarui tersebut termasuk ke dalam paket AG 7 dengan nilai kontrak sebesar Rp 212 miliar. Saat ini, secara keseluruhan, perkembangan pengerjaan lapangan sudah mencapai sekitar 60 persen dan ditargetkan selesai pada akhir Desember ini. Egie menjelaskan, ada lapangan baru yang dibangun untuk melengkapi fasilitas olahraga di GBK. Lapangan baru tersebut yaitu lapangan bisbol yang lokasinya berada di dekat Jalan Asia Afrika, sebelah barat Kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat.
“Lapangan bisbol ini merupakan lapangan baru dan satu-satunya di Indonesia yang mendapat sertifikat dari Federasi Bisbol Asia (BFA),” kata Egie.
Lapangan ini termasuk dalam kriteria lapangan kecil yang berada di tengah kota. Kecil yang dimaksud di sini dari sisi kapasitas penontonnya, yaitu sekitar 2.500 orang. Untuk luas arenanya tetap disesuaikan dengan standard internasional dengan ukuran 400 feet. Lokasi lapangan ini juga berdekatan dengan arena tenis indoor dan tenis outdoor GBK.
Lapangan bisbol ini merupakan lapangan baru dan satu-satunya di Indonesia yang mendapat sertifikat dari Federasi Bisbol Asia (BFA)
“Tribun di lapangan ini bentuknya cukup unik, membentuk huruf ‘L’. Hanya ada tribun di sisi barat dan selatan arena,” kata Egie.
Pembuatan tribun tersebut disesuaikan dengan arah terbit matahari agar pencahayaan arena pas ketika pertandingan. Untuk Asian Games nanti rencananya pertandingan bisbol akan dilangsungkan pada siang hingga sore hari.
“Selain itu, kami juga membangun batter’s eye screen, semacam backdrop yang dipasang di sudut antara timur dan utara lapangan. Fungsinya agar pemukul bola tidak silau ketika pertandingan,” katanya.
Arena bisbol ini nantinya menggunakan alas dengan jenis rumput bermuda dan gravel sesuai dengan arahan dari BFA. Kemudian, untuk bench pemain, lokasinya di bawah tribun. Selain itu di bawah tribun juga dibangun ruangan-ruangan penunjang, seperti ruang ganti, ruang atlet, ruang antidoping, kamar mandi, dan sebagainya.
“Selain itu nantinya, kami siapkan teknologi pencahayaan, dengan total ada sekitar 6 tiang lampu dengan kapasitas cahaya sekitar 2.000 lux,” kata Egie.
Untuk arena sofbol, lokasinya di sebelah selatan kawasan GBK. Arena sofbol ini direnovasi dengan kualitas yang sama dengan lapangan bisbol. Sarana ruangan penunjang dan kapasitas penontonnya juga hampir sama dengan lapangan bisbol.
“Hal yang membedakan antara lapangan bisbol dan sofbol ini hanya luas arenanya. Untuk lapangan bisbol ukurannya seluas 250 feet. Ada dua lapangan utama di lapangan sofbol, disertai juga dengan lapangan penunjang,” kata Egie.
Saat ini, perkembangan pengerjaan lapangan bisbol telah mencapai pemasangan konstruksi atap. Nantinya konstruksinya akan dipasangi atap dengan bahan material baja. Selain itu, penyelesaian arena telah mencapai tahap persiapan penanaman bibit rumput.
Ketua Umum Pengurus Besar Perserikatan Bisbol dan Sofbol Seluruh Indonesia (PB Perbasasi) Andika Monoarfa mengaku puas dengan pembangunan lapangan bisbol dan sofbol ini. Menurutnya, bisbol ini animonya sangat besar di Asia, sehingga kesiapan venue harus benar-benar diperhatikan.
Berbagai negara nantinya akan menyiapkan siaran langsung untuk pertandingan bisbol di Asian Games
“Animonya sangat besar. Berbagai negara nantinya akan menyiapkan siaran langsung untuk pertandingan bisbol di Asian Games ini. Oleh sebab itu pencahayaan untuk siaran harus benar-benar diperhatikan,” kata Andika.
Andika mengatakan, negara-negara yang populer dengan olahraga bisbol dan sofbol ini yaitu Jepang, Korea Selatan, China, dan Filipina. Kemungkinan jumlah penonton yang hadir bisa melebihi kapasitas arena. “Oleh sebab itu kami akan mempersiapkan tribun temporer. Kemungkinan penonton yang hadirnya bisa mencapai 4.000 dalam beberapa pertandingan karena animonya besar,” kata Andika.
Untuk kesiapan timnas bisbol dan sofbol, Andika menjelaskan, timnas akan memulai pelatnas pada 2018 di Jawa Timur. Andika mengatakan, timnas baru akan menggunakan lapangan di GBK pada bulan April. “Kami masih menunggu rumput di arena tumbuh dengan sempurna. Rencananya butuh waktu sekitar 3-5 bulan hingga rumput tersebut benar-benar bisa digunakan,” ungkapnya.
Persiapan Arena Basket
Di sisi barat laut Kawasan GBK juga sedang dilakukan renovasi arena basket. Arena basket ini termasuk ke dalam bangunan cagar budaya yang bentuk aslinya harus dipertahankan. Keunikan dari lapangan basket ini yaitu terlihat dari bentuk atap segitiganya yang menyerupai salah satu bentuk dari atap temu gelang Stadion Utama GBK.
“Jika kita perhatikan arena-arena di GBK memiliki kesamaan langgam dengan atap Stadion Utama. Dan untuk bangunan cagar budaya, bentuk aslinya akan kami pertahankan,” kata Egie.
Egie menjelaskan, untuk arena basket mengalami perubahan alas arena. Alas arena saat ini menggunakan kayu yang dianjurkan oleh Federasi Bola Basket Asia (FIBA). Fungsi dari penggunaan alas kayu ini adalah untuk meminimalisir atlet yang cedera ketika terjatuh di lapangan.
“Selain itu, untuk dulunya di arena basket ini sangan minim ruangan penunjang. Oleh sebab itu kami membangun lagi beberapa ruangan penunjang dengan hati-hati , karena ini merupakan cagar budaya,” Kata Egie.
Kapasitas lapangan basket ini mampu menampung sekitar 2.000 penonton. Kursi-kursi yang ada nantinya menggunakan kursi tunggal (single seat). “Untuk paket AG 7, kursi-kursinya memang kami impor dan sedang dalam perjalanan, rencananya pada Oktober atau November kursi-kursi itu akan tiba. Ada 16.000 kursi untuk memenuhi kebutuhan seluruh arena,” kata Egie.
Area lapangan basket sudah sesuai dengan standar internasional
Manager Arena Asian Games Basket 5 on 5 dari Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Riska Natalia mengatakan, untuk area lapangan sudah sesuai dengan standar internasional. “Sudah sesuai standar karena garis lapangan tidak boleh terlalu dekat dengan tribun,” tutur Riska.
Riska mengatakan, karena ini cagar budaya, ruangan-ruangan yang ada memang kurang dari kebutuhan yang ideal. “Ruangan-ruangan pendukungnya masih kurang, nantinya mungkin akan kami pasang tenda-tenda tambahan untuk memenuhi kebutuhan ruang tersebut,” kata Riska.
Riska menjelaskan, nantinya ruangan tersebut harus dipasang pendingin ruangan yang memadai. Untuk pertandingan basket 5 on 5, akan menggunakan arena basket ini dan Istora Senayan. “Rencananya akan ada test event tanggal 11-17 Februari 2018,” kata Riska.
Pembangunan Stadion Madya
Pembangunan Stadion Madya di Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat telah mencapai 70 persen. Saat ini, proses pengerjaan sudah mencapai tahap pengerjaan pembangunan tribun. Rencananya, Stadion Madya ini akan digunakan sebagai arena latihan atletik pada Asian Games 2018. Untuk arena utama pertandingan akan menggunakan Stadion Utama Gelora Bung Karno.
“Awalnya di Stadion Madya ini ada mess atlet, kemudian ada kantor Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI). Saat ini fungsi tersebut telah dihilangkan. Ruangan bekas mess dijadikan sebagai ruangan penunjang seperti ruang anti doping, kamar ganti, lounge, dan lain sebagainya.” kata Egie.
Fungsi mess atlet tersebut bertentangan dengan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) DKI Jakarta tentang rencana tata ruang wilayah tahun 2030. Dalam raperda tersebut tercatat larangan pendirian bangunan yang tidak sesuai fungsi kawasan cagar budaya. Stadion Madya ini termasuk dalam cagar budaya di Kawasan GBK.
Selain itu, Egie menjelaskan, agar tidak merusak bentuk aslinya, pemasangan atap tribun dibuat dengan fondasi tiang baru. Ada tiang-tiang yang dibangun di luar tiang tribun agar atap bisa berdiri. Selain itu ada penambahan fasad berwarna putih dengan bahan alumunium untuk mempercantik Stadion Madya. “Saat ini atap tersebut telah terapasang. Atapnya saat ini berbahan zincalume, sejenis baja,” kata Egie.
Selain itu, kursi tribun diganti dengan kursi tunggal (single seat) yang diimpor dari Italia. Dengan penggunaan kursi tunggal itu, kapasitas tribun berkurang dari 10.000 penonton menjadi sekitar 8.000.
Stadion Madya ini terdiri dari dua tribun, yaitu tribun barat dan tribun timur. Nantinya, penonton akan masuk dari tribun barat yang lokasinya menghadap Jalan Asia Afrika. “Untuk menghubungkan antara tribun barat menuju tribun timur, kami juga membangun semacam konektor yang bentuknya seperti terowongan,” kata Egie.
Dari kualitas kelas arenanya, Stadion Madya ini sudah setingkat dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno
Di dekat Tribun Timur juga dibangun lapangan penunjang untuk latihan. Egie mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi jika ternyata Stadion Madya ini akan digunakan untuk pertandingan utama. “Sebenarnya kalau dari kualitas kelas arenanya, Stadion Madya ini sudah setingkat dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno,” katanya.
Untuk lapangan penunjang latihan ada trek lari dengan 6 jalur lintasan (line). Sedangkan, untuk Stadion Madya dibangun trek lari dengan 8 jalur lintasan. Lapangan tengah di Stadion Madya juga ditanami rumput dengan jenis Zoysia japonica. Nantinya, selain digunakan untuk atletik, lapangan ini juga bisa digunakan untuk latihan sepakbola.
“Kami juga sedang mengkaji sistem pencahayaan stadion. Nantinya, kami akan memasang lampu dengan intensitas cahaya sebesar 1.600 lux,” kata Egie.
Berharap bisa digunakan pelatnas
Sekretaris Jendral (Sekjen) PB PASI Tigor Tanjung mengatakan, sebelumnya Stadion Madya ini merupakan tempat pemusatan latihan nasional (pelatnas). Ia berharap, Stadion Madya ini bisa segera selesai dan dapat difungsikan lagi untuk pelatnas.
“Saat ini pelatnas kami terpencar karena Stadion Madya sedang direnovasi. Sangat sulit koordinasi karena lokasi pelatnasnya berjauhan. Selain itu kami juga belum tahu bagaimana sistem menggunakan Stadion Madya jika sudah selesai direnovasi karena pengelolaannya ada di PPK GBK.” kata Tigor.
Tigor mengatakan, saat ini pelatnas terbagi di tiga lokasi yaitu di GOR Rawamangun, Jakarta Timur, Stadion Pakansari, Cibinong, dan GOR Padjajaran, Bandung. “Selain sulit koordinasi, GOR tersebut merupakan fasilitas yang digunakan untuk masyarakat umum. Atlet jadi sulit untuk menyesuaikan jadwal latihan agar kegiatannya tidak terganggu dengan aktivitas masyarakat,” kata Tigor.
Tigor menjelaskan, selain untuk pelatnas, nantinya Stadion Madya ini juga akan difungsikan untuk test event jelang Asian Games 2018. “Test event akan diadakan bulan Februari. Untuk pertandingan di Stadion Utama GBK, dan untuk latihan di Stadion Madya,” kata Tigor.
Tigor juga menyayangkan pemindahan mess atlet yang ada di Stadion Madya. Menurutnya, pemerintah tidak menyediakan solusi dari pembongkaran mess tersebut sehingga PB PASI harus mencari sendiri mess pengganti untuk atlet.
Nantinya, selain untuk pelatnas, setelah Asian Games 2018, Stadion Madya juga bisa difungsikan untuk menggelar pertandingan atletik lainnya
Meski menyayangkan beberapa fungsi yang hilang, Tigor mengatakan, fasilitas baru di Stadion Madya sudah memenuhi kebutuhan untuk latihan. “Untuk trek dan fasilitas ruanganya sudah sesuai dengan standar internasional. Nantinya, selain untuk pelatnas, setelah Asian Games 2018, Stadion Madya juga bisa difungsikan untuk menggelar pertandingan atletik lainnya,” kata Tigor.
Tenis Indoor dan Outdoor
Pembangunan arena tenis indoor dan outdoor di kawasan Gelora Bung Karno telah selesai. Renovasi ini membuat arena tenis indoor dan outdoor menjadi lebih megah dengan pembaruan fasilitas penunjang. Meski tidak digunakan untuk pertandingan tenis pada Asian games 2018, arena ini rencananya akan digunakan untuk pertandingan cabang lain, seperti basket 3 on 3 dan voli.
Egie mengatakan pembangunan arena ini sebenarnya telah selesai sejak Juni lalu. Untuk biaya pembangunannya merupakan satu paket pengerjaan fisik dengan nilai proyek Rp 92 miliar.
“Kondisinya sudah selesai, namun kami hanya menunggu pasokan listrik kawasan GBK untuk tes komisioning listrik,” kata Egie.
Egie menuturkan, perubahan tata cahaya yang signifikan menjadi salah satu alasan harus ada penambahan daya listrik. Saat ini, tenis outdoor membutuhkan kapasitas listrik sebesar 800 KVA dan tenis indoor membutuhkan kapasitas sebesar 1.200 KVA.
“Untuk tata cahaya di tenis outdoor, kami mengganti lampunya menggunakan lampu LED. Dulunya menggunakan lampu metal halide yang pencahayaannya kurang optimal,” kata Egie.
Berdasarkan pantauan Kompas, di lapangan tenis outdoor, seluruh kursi telah diganti menjadi single seat. Selain itu ruangan-ruangan penunjang seperti ruang ganti atlet, ruang tes doping, wasit, ruang vip, dan ruang media sudah selesai dibangun untuk keperluan Asian Games 2018.
“Untuk tenis outdoor ini, beberapa kerusakannya ada di lapangan yang tergenang ketika hujan, kemudian di pencahayaan yang tidak optimal, serta ruang-ruang penunjang yang tidak memadai,” kata Egie.
Lapangan outdoor masih menggunakan bahan yang sama seperti dahulu, yaitu aspal dan beberapa lapisan penutup akrilik. Selain itu, sistem drainase lapangan juga diperbaiki. Di arena outdoor ini tersedia dua lapangan tenis dengan kapasitas penonton sebanyak 4.500 penonton.
“Lapangan tenis outdoor ini termasuk salah satu cagar budaya yang dibangun tahun 1962, jadi kami tetap mempertahankan bentuk bangunannya. Oleh sebab itu perbaikan kami lakukan dengan hati-hati,” kata Egie.
Lapangan tenis outdoor ini termasuk salah satu cagar budaya yang dibangun tahun 1962, jadi kami tetap mempertahankan bentuk bangunannya. Oleh sebab itu perbaikan kami lakukan dengan hati-hati
Egie menjelaskan, untuk lapangan indoor, ada perubahan total dari bentuk bangunan. Bangunan tersebut menggunakan lapisan fasad yang melengkung-lengkung berbahan expanded metal. Hal tersebut benar-benar mengubah tampak fisik arena indoor ini dari luar.
“Selain itu, dulunya atap bangunan ini bisa dibuka tutup. Namun, kondisi terakhirnya, atapnya rusak dan tidak dapat tertutup sempurna. Ada yang terbuka selebar sekitar 40-60 cm dan mengakibatkan kebocoran. Akhirnya, dalam proses perbaikan, kami buat atapnya menjadi tertutup secara permanen,” kata Egie.
Egie menjelaskan, untuk ruangan penunjang di arena indoor tidak jauh berbeda dengan arena outdoor. Hal yang membedakan hanyalah kapasitas, jumlah lapangan, dan alas lapangannya. Di arena indoor, kapasitasnya sebanyak 3.500 penonton dan hanya tersedia satu lapangan tenis di dalamnya. Kemudian, alas lapangannya menggunakan karet pelapis sehingga lebih empuk.
“Selain itu, untuk pertandingan tenis pada Asian Games 2018 akan dilaksanakan di Palembang. Jadi kemungkinan besar arena ini akan digunakan untuk cabang lain,” kata Egie.
Rencananya, arena tenis indoor akan digunakan untuk pertandingan voli, sedangkan untuk arena tenis outdoor akan digunakan untuk pertandingan basket 3 on 3. Egie mengatakan, hal itu masih menunggu kepastian dari pihak Kemenpora dan Inasgoc.
Selain itu, arena ini belum mendapatkan sertifikat internasional karena masih menunggu tes komisioning setelah listrik masuk.
Butuh lapangan penunjang
Wakil Sekretaris Jendral Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PELTI) Goenawan Tedjo mengatakan, pembangunan arena indoor dan outdoor ini sebenarnya sudah bagus setelah direnovasi. Namun, Goenawan menyayangkan kurangnya lapangan penunjang untuk pelaksanaan kompetisi. “Idealnya, harus ada enam hingga delapan lapangan penunjang di Kawasan GBK jika ingin menyelenggarakan kompetisi di sana. Lapangan penunjang tersebut berfungsi sebagai arena latihan sebelum pertandingan,” kata Goenawan.
Meski pertandingan tenis Asian Games 2018 dilaksanakan di Palembang, perlu adanya perhatian jangka panjang untuk kelanjutan arena tenis di GBK. Menurutnya, arena tenis indoor dan outdoor di kawasan GBK akhirnya tidak bisa digunakan untuk kompetisi. “Di Palembang ada penambahan 8 lapangan tenis. Tapi kami tidak mungkin menyelenggarakan kompetisi tenis secara terus menerus di luar Pulau Jawa,” kata Goenawan.
Sebelum ada renovasi kawasan GBK, ada setidaknya 20 lapangan tenis di Senayan. Namun, lahan lapangan tenis tersebut dirombak menjadi arena baseball untuk kesiapan Asian Games 2018. Goenawan mengatakan, saat ini, atlet serta timnas belum melakukan uji coba di arena tenis GBK. Menurutnya saat ini atlet sedang fokus untuk menjalankan try out menjelang Asian Games 2018.
“Kami belum ada rencana untuk melakukan uji coba arena tenis di GBK. Namun, jika ada undangan, kemungkinan kami akan lakukan uji cobanya,” kata Goenawan.
Renovasi AG 04
Renovasi arena paket AG 04 di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta sebagian besar sudah selesai dan siap digunakan. Renovasi tersebut meliputi lapangan hoki, lapangan panahan, dan lapangan sepakbola A/B/C. Seluruh lapangan yang direnovasi dalam paket AG 04 telah ‘naik kelas’ menjadi standar internasional.
Anggoro mengatakan, lapangan hoki A merupakan arena yang pertama kali selesai dari ketiga lapangan tersebut. Lapangan ini telah selesai sejak 15 Agustus lalu dan sudah bisa digunakan.
“Lapangan ini sudah bisa digunakan namun dengan izin terbatas, seperti hanya boleh digunakan oleh tim nasional maupun tim daerah dengan mengajukan surat izin ke PUPR,” kata Anggoro.
Anggoro menjelaskan, lapangan hoki A telah mendapat sertifikasi dari Federasi Hoki Internasional (FIH). “Sebelumnya lapangan ini belum mendapatkan sertifikasi dan kami renovasi dengan beberapa penambahan fasilitas,” kata Anggoro.
Fasilitas yang ditambah yaitu pencahayaan, papan skor elektrik, serta sistem shock pad pada lapangan. Untuk pencahayaan, lapangan ini terdiri dari empat lampu dengan kekuatan pencahayaan sebesar 1.500 lux. Sebelumnya lapangan ini tidak memiliki pencahayaan yang cukup.
Alas lapangan juga dibuat dengan menggunakan shock pad (karet) dan dilapisi dengan karpet sintetis. Shock pad ini membuat sistem suspensi sehingga mengurangi risiko atlet yang cedera ketika terjatuh di lapangan.
Anggoro menambahkan, bangku tribun juga diubah menjadi bangku flip up dan ada pengurangan kapasitas penonton. “Tadinya bisa untuk 2.000 penonton, namun sekarang jadi sekitar 600 penonton. Kami sengaja mengurangi kapasitasnya agar tidak memberikan kesan sepi jika kursi sebanyak 2.000 tidak terisi,” kata Anggoro.
Selain itu, ketersediaan ruang pendukung juga telah disiapkan. Ruang tersebut nantinya akan digunakan sebagai ruang VIP, ruang atlet,, ruang klinik, ruang ganti, dan ruang anti doping.
Anggoro menjelaskan, arena hoki terdiri dari dua lapangan, yaitu lapangan hoki A dan lapangan hoki B. Lapangan hoki B belum selesai dan proses pengerjaannya masih 45 persen dan baru selesai proses pengaspalan. Rencananya, lapangan hoki B ini kualitasnya akan lebih tinggi satu tingkat dibanding lapangan hoki A.
Lapangan hoki yang sudah selesai direnovasi sudah sesuai dengan standar internasional.
“Kalau lapangan hoki A tingkatannya global, sedangkan kalau lapangan hoki B tingkatannya global elit. Targetnya, lapangan hoki B selesai pada Desember,” katanya.
Anggoro menjelaskan, kualitasnya lapangannya tidak jauh berbeda. Nantinya lapangan B akan memiliki pencahayaan yang lebih terang dan fasilitas pemeliharaan lapangan.
Manajer lapangan Federasi Hockey Indonesia (FHI) Sahat Simbolon, menjelaskan, lapangan hoki yang sudah jadi sudah sesuai dengan standar internasional. Menurutnya, persentasi perkembangan pembangunan berjalan sesuai dengan harapan.
“Lapangan ini sudah sempat dicoba oleh tim hoki DKI Jakarta. Untuk timnas masih belum sempat menggunakan, karena ketika lapangan ini jadi, timnas sedang fokus di SEA Games 2017,” kata Sahat.
Rencananya, timnas baru akan menggunakan lapangan ini pada bulan Desember dan pada saat uji coba kompetisi. Sahat mengatakan, meski ada beberapa kekurangan yang tidak dapat dipenuhi, namun pembangunan lapangan hoki ini sudah maksimal.
“Awalnya kami minta untuk dibuat delapan ruang ganti, namun karena keterbatasan lahan, jadi hanya ada empat ruang ganti. Namun, empat ruang ganti sebenarnya sudah cukup,” kata Sahat.
Lapangan panahan dan lapangan A/B/C
Anggoro mengatakan, dari segi lapangan, yang membedakan lapangan ABC dan Panahan saat ini dengan yang sebelumnya ialah sistem drainase yang dianggap lebih baik. Untuk lapangan panahan, rumput yang digunakan adalah jenis Zoysia Japonica, varietas khas Indonesia. “Kami datangkan dari Solo, Jawa Tengah. Rumput jenis ini lebih tahan terhadap gulma,” tutur Anggoro.
Untuk lapangan panahan, rumput yang digunakan adalah jenis Zoysia Japonica, varietas khas Indonesia, dan didatangkan dari Solo, Jawa Tengah. Rumput jenis ini lebih tahan terhadap gulma.
Bagian pembatas di belakang papan sasaran anak panah, kini berbentuk gundukan tanah menyerupai bukit setinggi tiga meter. Hal itu merupakan unsur keamanan dalam mengantisipasi anak panah yang tidak menemui sasaran. Sebelum direnovasi, pembatas tersebut terdiri dari seng dan triplek.
Selain itu, terdapat satu tribun VIP di lapangan panahan yang posisinya membelakangi pemanah. “Kapasitasnya sedikit sekitar 100, karena VIP. Dapat dibangun tribun tambahan yang sifatnya temporer jika dibutuhkan,” tutur Anggoro.
Wakil Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Tatang Ferry Budiman mengatakan, lapangan panahan GBK sudah sesuai standar yang diharapkan. Para atletnya yang telah mencoba menggunakan lapangan tersebut memberikan respon positif.
“Kami hanya menantikan lapangan untuk practice (latihan) sebelum pertandingan. Kami harap itu segera selesai, agar lengkap,” tutur Tatang.
Ihwal hal tersebut, Anggoro mengatakan, sampai saat ini pembangunan lapangan latihan panahan masih dalam proses pengerjaan yang bersamaan dengan penataan kawasan Zona 1. Lapangan itu akan berada di sebelah Lapangan Panahan utama yang digunakan saat pertandingan.
Rumput Sintetis
Pantuan Kompas juga mendapati pemandangan yang berbeda di lapangan sepak bola ABC. Di lapangan A dan B, terpasang rumput alami. Sementara itu, di lapangan C dipasangi rumput jenis sintetis.
“Kalau lapangan A dan B jenis rumputnya Zoysia Matrella, sama persis dengan yang ada di Stadion Utama GBK. Sementara itu, kalau rumput sintetisnya, kami datangkan dari Australia,” tutur Anggoro.
Perawatan
Anggoro mengatakan, dibutuhkan perawatan yang tekun untuk menjaga kualitas lapangan panahan dan lapangan ABC. “Merawat lapangan seperti merawat bayi. Harus sangat detil. Kalau tidak diawasi lebih dari tiga hari saja, rumput akan rusak, karena terserang gulma atau penyakit lainnya,” tutur Anggoro.
Dibutuhkan perawatan yang tekun untuk menjaga kualitas lapangan panahan dan lapangan ABC
Selain perawatan, Anggoro menjelaskan, saat ini permasalahan utama di kawasan GBK adalah penambahan daya listrik. Beberapa arena masih belum bisa diuji coba peralatannya karena keterbatasan listrik.
“Nantinya daya listrik akan ditambah, dari 5.000 KVA menjadi 15.000 KVA untuk seluruh kawasan Gelora Bung Karno. Kami harap, pertengahan November listrik sudah bisa masuk ke dalam kawasan dan tidak ‘molor’ lagi,” kata Anggoro.
Kawasan Gelora Bung Karno sudah hampir siap untuk digunakan untuk Asian Games 2018. Namun, pekerjaan rumah dari pemerintah dan pengurus kawasan tidak hanya sampai di perhelatan tersebut. Pemerintah harus memikirkan bagaimana kelanjutan perawatan kawasan ini setelah Asian Games 2018, agar nantinya dapat digunakan untuk perhelatan besar lainnya. (DD05)