Kereta Bandara Soekarno-Hatta Beroperasi Desember 2017
JAKARTA, KOMPAS — Kereta Bandara Soekarno-Hatta dijadwalkan beroperasi pada jalur tertentu awal Desember 2017 dan direncanakan mulai beroperasi secara penuh pada 2018. Pengoperasian kereta bandara diharapkan mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi publik menuju bandara.
Data PT Angkasa Pura II menunjukkan, penumpang yang datang dan pergi ke Bandara Soekarno-Hatta pada tahun 2016 berjumlah 57 juta orang. Pada tahun 2017, jumlahnya diperkirakan naik menjadi 62 juta-63 juta penumpang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, menurut rencana, kereta bandara akan beroperasi antara 1 Desember dan 3 Desember, menunggu pengaturan jadwal Presiden Joko Widodo yang akan meresmikannya.
Kereta bandara akan beroperasi antara 1 Desember dan 3 Desember, menunggu pengaturan jadwal Presiden Joko Widodo yang akan meresmikannya.
”Semua sudah siap (mengenai pengoperasian). Kami tinggal menunggu arahan saja sebetulnya,” kata Diah Suryandari, JM Marcomm & PR PT Railink, di Jakarta, Jumat (24/11).
Kereta bandara untuk sementara, hingga 31 Desember 2017, akan berangkat dari Stasiun Sudirman Baru ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta dalam waktu tempuh 45 menit. Tujuh set kereta akan beroperasi mulai pukul 03.10 hingga pukul 00.40. Dengan demikian, akan ada 82 perjalanan setiap hari dengan waktu antara (headway) setiap 30 menit. Tarif yang berlaku selama masa uji coba sebesar Rp 30.000.
Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto mengatakan, proyek kereta Bandara Soekarno-Hatta merupakan proyek yang didanai dari investasi PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero), dengan membentuk PT Railink sebagai operator.
Pembangunan infrastruktur ini membutuhkan dana sekitar Rp 4 triliun untuk pembebasan tanah serta pembangunan stasiun dan sarana. Perkembangan proyek selama ini terhambat karena proses pembebasan lahan yang dilewati kereta memakan waktu yang lama. Banyak lahan warga dan pabrik yang masih perlu diverifikasi ulang sebelum diberi ganti rugi.
Setelah kereta bandara beroperasi, diharapkan sekitar 30 persen masyarakat yang menuju bandara akan beralih menggunakan kereta ini. Kereta akan melewati lima stasiun secara berturut-turut, yaitu Manggarai, Sudirman Baru, Duri, Batuceper, dan Bandara Soekarno-Hatta, sepanjang 36,4 kilometer.
PT Railink telah melakukan beberapa kali uji coba kereta, yaitu uji sarana terkait keamanan dan pembagian jalur rel. Pengujian rel telah dilakukan sekitar tiga hingga empat kali. Dua kali uji coba rel dilakukan bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, yaitu 8 Oktober dengan jalur Stasiun Manggarai-Stasiun Batuceper dan 23 November dari Stasiun Batuceper hingga Stasiun Bandara Soekarno-Hatta.
Pada 23 November, Budi Karya melakukan uji coba operasi kereta Bandara Soekarno-Hatta bersama Direktur Jenderal Perkeretaapian Zulfikri, Direktur Prasarana DJKA Zamrides, Direktur Logistik dan Pengembangan PT KAI Budi Noviantoro, serta Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto.
Uji coba dilakukan untuk mencoba pertama kali rel dari Stasiun Batuceper sampai Stasiun Bandara Soekarno-Hatta sepanjang 12,3 kilometer menggunakan Kereta Inspeksi Wijaya Kusuma.
Direktur Operasi dan Teknik PT Railink Porwanto Handry Nugroho menuturkan, sepuluh rangkaian kereta rel listrik telah tersedia dan lolos tes kelayakan. Setiap rangkaian terdiri atas enam gerbong kereta, dengan jumlah total 272 kursi per rangkaian kereta. Kereta dapat mengangkut 33.728 penumpang per hari. Fasilitas premium yang dimiliki adalah semua penumpang memperoleh tempat duduk, dua tempat bagasi, soket USB, AC, internet, serta toilet untuk pria dan wanita.
Waktu tempuh kereta dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta adalah 55 menit.
Waktu tempuh kereta dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta adalah 55 menit.
Sementara itu, target ideal perjalanan adalah 124 perjalanan bolak-balik dengan waktu antara 15 menit. Berdasarkan perhitungan, penumpang akan dikenai tarif sebesar Rp 100.000 per 1 Januari 2018.
PT Railink telah mengembangkan sistem pemesanan tiket sendiri dengan nama Airport Railways Ticketing System (ARTS). Pemesanan tiket dapat dilakukan secara nontunai melalui aplikasi mobil, situs perusahaan, dan mesin tiket elektronik.
Fasilitas stasiun
Fasilitas di lima stasiun itu meliputi ketersediaan tempat makan, ruang tunggu, toilet, dan parkir. Dari kelima stasiun tersebut, fokus fasilitas komersial stasiun akan ditekankan di Stasiun Sudirman Baru dan Stasiun Bandara Soekarno-Hatta.
Area komersial di stasiun lainnya tetap ada meski tidak selengkap dua stasiun tersebut. Hal ini dilakukan dengan prakiraan kebanyakan penumpang akan berangkat dari Stasiun Sudirman Baru dan semuanya akan turun di Stasiun Bandara Soekarno-Hatta.
”Akan ada pemisahan peron di Stasiun Manggarai, Duri, dan Batuceper bagi penumpang kereta rel listrik Jabodetabek dengan kereta bandara,” ujar Diah.
Akan ada pemisahan peron di Stasiun Manggarai, Duri, dan Batuceper bagi penumpang kereta rel listrik Jabodetabek dengan kereta bandara.
Stasiun Sudirman Baru direncanakan menambah fasilitas, yaitu penanganan bagasi (bagage handling) bagi penumpang. Stasiun Sudirman Baru juga sedang mempertimbangkan menyediakan fasilitas konfirmasi calon penumpang pesawat (check in).
Dari pantauan Kompas, bangunan Stasiun Sudirman Baru telah berdiri. Stasiun Sudirman Baru terdiri atas tiga lantai, yaitu lantai dasar, yang merupakan area untuk masuk dan keluar kereta, serta lantai 1 dan lantai 2, area bagi penumpang.
Jumat siang, masih banyak interior di dalam gedung yang belum selesai dikerjakan. Belasan pekerja tersebar di dalam stasiun tersebut. Eskalator yang menghubungkan lantai 1 dan 2 telah berfungsi, sedangkan mesin tiket elektronik sementara dipasang oleh dua petugas PT Railink. Gerai-gerai penjualan makanan dan minuman juga masih ditutupi tripleks di setiap lantai.
Nama Stasiun Sudirman Baru tidak tertempel di depan pintu masuk timur stasiun, tetapi yang terlihat justru tulisan Stasiun BNI City. Namun, pihak PT Railink belum bisa berkomentar tentang penggantian nama stasiun tersebut.
Sementara Stasiun Bandara Soekarno-Hatta akan dilengkapi berbagai fasilitas, antara lain mesin self check-in kiosk, monitor informasi penerbangan (FIDS), dan mesin tiket elektronik.
Sinkronisasi jadwal
Kepala Humas Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Joice Hutajulu menyatakan, Kementerian Perhubungan mengurusi perizinan pembangunan, pengujian kelayakan transportasi dan sarana, serta pengaturan lalu lintas terkait proyek kereta bandara.
Hal yang menjadi perhatian adalah sinkronisasi jadwal perjalanan kereta bandara dan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek, terutama pada waktu sibuk, karena kedua kereta itu berbagi rel.
Menurut dia, KRL jalur Stasiun Duri-Stasiun Tangerang perlu menjadi perhatian karena tanpa keberadaan kereta bandara pun, jumlah kereta yang lewat di jalur tersebut sedikit sehingga waktu antaranya cukup lama. Beroperasinya kereta bandara dikhawatirkan akan semakin menambah waktu antara KRL di jalur itu.
Jumlah rangkaian KRL di jalur Duri-Tangerang akan diperpanjang dari 10 gerbong menjadi 12 gerbong dalam satu rangkaian kereta agar semua penumpang dapat terangkut.
”Panjang rangkaian KRL di jalur Duri-Tangerang akan diperpanjang dari 10 gerbong menjadi 12 gerbong dalam satu rangkaian kereta agar semua penumpang dapat terangkut,” ujar Joice.
Integrasi antarmoda
Integrasi moda transportasi penting agar dapat diperhitungkan cara masyarakat menggunakan moda transportasi lain ke stasiun bandara. Sejauh ini, integrasi antarmoda yang akan tersedia adalah integrasi kereta bandara dengan bus transjakarta, MRT, LRT, dan skytrain bandara, walaupun tidak semuanya dapat diterapkan di semua stasiun.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, BPTJ telah meninjau lokasi stasiun-stasiun untuk melihat dampak perkembangan arus penumpang ketika kereta bandara mulai beroperasi.
Mengenai dampak kemacetan, Stasiun Sudirman Baru menjadi perhatian utama bagi BPTJ. Lahan parkir hanya memuat 200 mobil, sedangkan penumpang yang diperkirakan masuk dan keluar sebanyak 22.000 orang per hari. Apalagi, stasiun itu terletak antara Stasiun Sudirman dan Stasiun Karet yang juga terbatas lahannya. Daerah tersebut merupakan daerah macet sebelum ada proyek kereta bandara.
”BPTJ sudah mulai mengatur pergerakan orang di sana. Selama dua bulan terakhir, kami mengadakan pilot project mengatur pergerakan ojek daring dan konvensional,” ucap Bambang.
Dia menilai, salah satu faktor kemacetan adalah pergerakan penumpang dan ojek daring yang mengambil hampir seluruh badan jalan saat menjemput atau mengantar penumpang.
Salah satu solusi yang akan diterapkan adalah mencari lokasi pengendapan. BPTJ akan menggunakan lahan kosong bekas Pasar Blora Jakarta sebagai tempat pengendapan kendaraan beroda empat dan dua.
BPTJ akan menggunakan lahan kosong bekas Pasar Blora Jakarta sebagai tempat pengendapan kendaraan beroda empat dan dua.
Menurut Bambang, proses pengendapan membutuhkan adaptasi dan edukasi. Alasannya, pemahaman untuk tidak membuat macet jalan tidak hanya diperlukan oleh pengendara kendaraan, tetapi juga penumpang.
Selain pengendapan, alternatif solusi untuk menghindari kemacetan adalah BPTJ sementara mengkaji rencana untuk menutup terowongan yang ada di depan Stasiun Sudirman Baru bagi kendaraan bermotor. Terowongan itu akan digunakan untuk pejalan kaki.
”Kami sedang mempersiapkan di stasiun-stasiun yang lain, akan dilihat integrasi antarmoda seperti apa yang bisa diterapkan,” ujar Bambang. (DD13)