Perkawinan yang Merajut Nusantara
Rangkaian upacara pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu, dengan Bobby Afif Nasution tak hanya menyatukan cinta keduanya, tetapi sekaligus menjadi panggung keberagaman Nusantara yang tergambar dalam puncak acara adat Mandailing di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (25/11).
Kahiyang sebagai putri Solo tampak menghayati dan menikmati rangkaian perayaan adat yang sudah berlangsung sejak pekan lalu. ”Dinikmati saja,” kata Kahiyang yang kini memiliki boru Siregar selepas rangkaian upacara adat, kemarin.
Sementara sewaktu melaksanakan rangkaian perkawinan adat Jawa di Solo, Jawa Tengah, awal November lalu, Bobby, pemuda Mandailing itu, juga bergembira dan mengikuti acara dengan khidmat.
Acara dihelat di tenda pesta yang didirikan di halaman terbuka dekat rumah Bobby di Kompleks Bukit Hijau Regency, Taman Setia Budi Indah, Medan. Salah satu yang menjadi perhatian tamu adalah saat Jokowi dan Ny Iriana sebagai keluarga mora (besan) menarikan tortor. Manortor adalah tarian khas yang dikenal dalam adat Mandailing yang dilakukan dengan cara mengentakkan kaki dan mengayunkan badan, seirama dengan musik gondang dan seruling yang iramanya lambat. Sementara telapak tangan dihadapkan ke depan, digerak-gerakkan naik dan turun.
Gerakan sederhana itu sakral karena sebagai wujud penghormatan kepada tokoh adat. Saat Jokowi dan Ny Iriana menarikan tortor, perhatian hadirin tertuju kepada mereka. Jokowi bergantian dengan Ny Iriana menari layaknya keluarga besar Mandailing lainnya.
Jokowi dan keluarga Siregar, seperti juga dilakukan sejumlah tokoh adat, juga memberikan nasihat atau poda kepada kedua mempelai. ”Kami orangtua tidak mengharapkan apa-apa dari kalian setelah berumah tangga. Kebahagiaan kalian merupakan kebahagiaan kami. Pandai-pandailah membawa diri. Nama baik keluarga harus dijaga, itu yang paling penting,” kata Ade Hanifah Siregar, ibu Bobby.
Saat giliran menyampaikan poda, Jokowi mengawalinya dengan menyampaikan terima kasih atas penerimaan, keramahtamahan, dan sambutan yang luar biasa dari keluarga Bobby kepada rombongan keluarga dari Solo. Jokowi juga menyampaikan terima kasih atas pemberian marga Siregar kepada putrinya, Kahiyang Ayu.
Jokowi meyakini persaudaraan antara keluarga besar Solo dan Mandailing akan terus berlanjut. ”Persaudaraan ini diharapkan membawa berkah kepada kita semua, kepada masyarakat, kepada bangsa dan negara,” ujar Jokowi.
Kepada Kahiyang dan Bobby, Jokowi berpesan, mereka harus saling menyayangi, saling mencintai, saling menghormati, dan saling menjaga tanggung jawab masing-masing. Tanggung jawab itu menyangkut tanggung jawab sosial kepada keluarga, masyarakat, agama, serta kepada bangsa dan negara. ”Kita diajarkan holong do maroban domu, domu maroban parsaulian. Kasih sayang membawa persatuan, persatuan membawa kebaikan bersama,” ujarnya.
Jokowi juga meminta Kahiyang dan Bobby menjaga sopan santun. Pasangan pengantin ini juga diingatkan untuk berbuat baik. ”Jika ada kemalangan, walaupun tidak diundang, wajib hukumnya untuk datang memberi pertolongan. Sebaliknya, jika ada kegembiraan, keduanya wajib datang kalau diundang.”
Kalau kita banyak menanam, kita akan banyak memetik hasilnya. ”Artinya, banyak-banyaklah berbuat kebaikan agar Ananda memetik kebahagiaan. ”Horas! Horas! Horas!” kata Presiden.
Sekitar 2.500 undangan dari berbagai suku, seperti Jawa, Toba, Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun, Angkola, Minang, Melayu, Nias, dan India, hadir dengan pakaian adat masing-masing. ”Senang sekalibisa ikut upacara adat ini. Kami tadi ikut manortor meskipun kami memakai pakaian Jawa. Inilah indahnya keberagaman kita,” kata Gunawan Sulistyo (54), teman SMA Ny Iriana yang datang dari Solo ber-sama rombongan alumni SMAN 3 Solo.
Dia terkagum dengan adat Nusantara setelah mengikuti rangkaian upacara adat Mandailing. ”Semua suku di Nusantara sangat khas. Ada tarian, musik tradisional, pakaian, hingga makanan khas. Semua punya ciri khas masing-masing. Iniadalah kekayaan bangsa kita,” katanya.
Wakil Ketua Majelis Tinggi Hindu Sumut Pinandita M Manugren mengapresiasi ruang terbuka bagi keanekaragaman Indonesia itu. (NDY/NSA/WSI)