PURWOKERTO, KOMPAS — Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, yang berada di lereng selatan Gunung Slamet terus bergeliat mengembangkan potensi wisata. Pihak desa menata kawasan lereng gunung dengan terasering sawah nan indah untuk dijadikan tempat wisata bernama Pagubugan.
”Menurut cerita rakyat, disebut Pagubugan karena dulu di tempat ini ada batu besar yang dijadikan tempat istirahat,” kata Kepala Desa Melung Khoerudin, Minggu (26/11).
Kawasan sawah dengan terasering yang tertata rapi itu membentang dengan luas sekitar 1 hektar. Warga desa telah menata selokan yang terus mengalirkan air segar dari pegunungan dengan jalan setapak di pinggirnya sekaligus dengan pagar semen berornamen dahan kayu.
Tidak jauh dari tempat parkir tampak sebuah gerojogan atau air terjun kecil yang pada bagian bawahnya sudah dibendung agar dapat dipergunakan untuk mandi dan bermain air bagi anak-anak. Di sekitar sawah ada pula situs Mimitan Patih Sapdo Kusumo yang bentuknya seperti gentong dan guci batu.
Selain itu, sekitar 150 meter dari tempat parkir dengan meniti sejumlah tanjakan, terdapat pula watu rata dan watu tumpeng. ”Watu rata itu adalah batu besar ukuran 8 meter x 7 meter yang bagian atasnya rata. Watu tumpeng adalah batu yang bentuknya seperti tumpeng (makanan khas Jawa berupa nasi berbentuk kerucut),” papar Khoerudin.
Lokasi wisata Pagubugan tersebut, lanjut Khoerudin, juga dilengkapi dengan area berkemah yang dapat menampung sedikitnya 10 tenda. ”Kami ingin mengajak warga sekitar untuk menjaga hutan dan memanfaatkannya untuk wisata,” ujarnya.
Desa dengan luas 120 hektar itu dihuni 1.354 jiwa yang tersebar dalam 4 RW dan 17 RT. Khoerudin menyampaikan, kesadaran untuk menjaga hutan, air, dan oksigen terus ditanamkan kepada warga. Hal itu antara lain dilakukan dengan mengimbau setiap warga yang menikah untuk menanam satu pohon. Selain itu, sekitar 50 persen wilayah di Desa Melung juga ditanami tanaman keras. ”Di sini ada tanaman keras, seperti avokad, kapulaga, dan kopi sekitar 15 hektar. Orientasinya adalah tidak diambil pohonnya tetapi buahnya agar hutan tetap lestari,” katanya.
Di tempat wisata tersebut, lanjut Khoerudin, juga akan disiapkan wisata edukasi bagi anak-anak tentang bagaimana cara bertanam padi di sawah. ”Direncanakan tempat ini akan dibuka pada akhir tahun ini,” katanya.
Untuk mendukung pengembangan wisata dan kelestarian hutan, Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Kliring Jakarta juga membantu sekitar 200 bibit pohon antara lain pucung, mahoni, akasia, sukun, serta 30 bibit pohon durian bawor. ”Untuk memperkuat Desa Melung, kami menyumbangkan bibit durian bawor. Ini adalah ikon Banyumas dan bibit varietas unggul,” kata Kepala Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Agus Santoso yang didampingi Ketua Pelaksana Harian Forum Komunikasi Kliring Jakarta Priyatna.
Agus menyampaikan, pihaknya juga melakukan pemberdayaan masyarakat antara lain dengan berbagi pengetahuan terkait pengembangan ternak sapi dan asuransi sapi.
Seperti diberitakan Kompas (2/1/2013), saat kepala desa dijabat Agung Budi Satrio, desa ini dikenal dengan desa yang melek teknologi. Warga dikenalkan dengan komputer dan sejak 2009 terdapat koneksi internet ke desa ini.
Pada saat sebagian orang baru mewacanakan sistem kerja tanpa menggunakan kertas yang ramah lingkungan, Budi sudah memulainya di Desa Melung. Semua peraturan dari pemerintah kabupaten dan kecamatan diunduh dari internet. Jika ada perangkat yang membutuhkan, cukup membaca dari dokumen yang telah disimpan.
Setelah berembuk dengan perangkat dan warga desa, mereka membuat portal desa dengan alamat melung.or.id (saat ini: www.melung.desa.id). Isinya beragam, mulai sejarah desa, kegiatan, hingga potensi sumber daya alamnya. Situs itu lalu melahirkan aktivitas jurnalisme warga. Semua perangkat desa wajib mengisi portal desa dengan persoalan yang sedang mengemuka di Melung.
Dari portal itu, nama Melung makin terkenal di dunia maya. Para perangkat desa diwajibkan membuat akun Facebook, Twitter, dan aktif di dalamnya. Dari dunia maya, Budi bisa ”memotong” rantai informasi yang selama ini menyulitkan warga, terlebih berkaitan dengan penanganan bencana yang cukup sering terjadi di Melung. Layanan desa lainnya adalah pembuatan SMS Center. Dari 500 kepala keluarga di Desa Melung, hampir semuanya punya telepon seluler (ponsel) dan semua nomor itu didata.