YANGON, KOMPAS — Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma Sedunia Paus Fransiskus mendarat di Yangon, Senin (27/11) siang, untuk memulai kunjungan empat harinya di Myanmar.
Lawatan ke negara yang sedang menghadapi kecaman global karena dugaan pembersihan etnis minoritas Rohingya itu disambut meriah ribuan umat Katolik, kelompok minoritas lainnya di negara itu.
Paus melawat ke Myanmar pada saat militer negara itu dituduh telah melakukan kampanye pembersihan etnis minoritas Muslim Rohingya.
Kaum minoritas Katolik dengan pakaian tradisional warna-warni melambai-lambaikan bendera dan menari-nari di Bandara Yangon menyambut kunjungan pertama ke Myanmar oleh seorang Paus.
Paus melawat ke Myanmar pada saat militer negara itu dituduh telah melakukan kampanye pembersihan etnis minoritas Muslim Rohingya.
Sudah lebih dari 620.000 orang melarikan diri ke Bangladesh selama tiga bulan terakhir ini untuk menghindari kekerasan mematikan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar utara.
Kunjungan Paus itu meningkatkan lagi tekanan terhadap Myanmar karena perlakuannya terhadap kaum Rohingya, minoritas tanpa kewarganegaraan.
Warga Rohingya ini oleh Paus disapa sebagai ”saudaraku laki-laki dan perempuan”. Ia telah berulang kali meminta otoritas Myanmar untuk segera mengakhiri penderitaan Rohingya.
Khotbah atau pidato Paus bakal disimak dengan kritis oleh kelompok garis keras negara itu.
Paus menyapa ”Rohingya”, sebuah istilah yang sangat dihindari Myanmar yang mengecap mereka sebagai orang-orang ”Benggala”, imigran ilegal yang diduga berasal dari Bangladesh.
Fransiskus bakal bertemu dengan pemimpin sipil dan penguasa de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi. Citra Suu Kyi, peraih Hadiah Nobel Perdamaian 1992, telah memudar karena kegagalannya berbicara secara terbuka tentang nasib Rohingya.
Paus juga bakal bertemu Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing; pertemuan ini jelas bermakna simbolis, antara tokoh agama pejuang HAM dan pihak yang dituding melakukan kekerasan terhadap minoritas Rohingya.
Saya memohon Anda semua bersama saya dalam doa sehingga kehadiran saya menjadi tanda kedekatan dan harapan bagi mereka.
Berbicara di depan sekitar 30.000 orang di Lapangan Santo Petrus beberapa saat sebelum meninggalkan Roma, Paus mengatakan, ”Saya memohon Anda bersama saya dalam doa sehingga kehadiran saya menjadi tanda kedekatan dan harapan bagi mereka.” – merujuk kaum minoritas Katolik Myanmar.
Umat Katolik di Myanmar berjumlah sekitar 700.000 orang. Jumlah itu mungkin tak sampai 1 persen dari total penduduk sekitar 51 juta, dengan mayoritas Buddhis.
Sekitar 200.000 umat Katolik mengalir ke Yangon, ibu kota perdagangan Myanmar, dengan menggunakan pesawat, kereta, angkutan darat baik pribadi maupun angkutan umum untuk merayakan misa di lapangan terbuka di kota itu pada Rabu (29/11). (AFP/AP/REUTERS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.