MATARAM, KOMPAS — Setelah sempat dibuka selama Senin (27/11) pagi hingga Senin sore, Bandara Internasional Lombok atau LIA di Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, ditutup kembali Senin pukul 19.50 Wita hingga Selasa (28/11) pukul 06.00 Wita.
”Ada Notam (notice to airmen) dari Ditjen Perhubungan Udara untuk semua maskapai penerbangan terkait penutupan bandara internasional terkait dampak langsung abu vulkanik Gunung Agung. Itu dasarnya LIA ditutup,” ujar Nyoman Siang dari Humas Angkasa Pura LIA, Senin di Kantor LIA, Praya.
Sebelumnya General Manager LIA IGN Ardita mengatakan tidak bisa memastikan layanan bandara itu dibuka seterusnya hari itu karena buka-tutup bandara terkait dengan bencana alam, cuaca hujan, dan arah angin bisa berubah setiap saat, terutama angin yang menentukan abu vulkanik itu mengarah. Untuk itu pihaknya telah memasang light detection and ranging (lidar) yang mampu mendeteksi abu vulkanik dalam radius 10 km dari LIA sehingga aktivitas abu vulkanik Gunung Agung bisa terpantau setiap saat.
Sementara Denny Nurdiana Putra dari Humas PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, mengungkapkan, debu vulkanik Gunung Agung ”menyapa” areal pelabuhan itu Minggu (26/11) sore, dan masih terasa hingga pukul 21.00 Wita. ”Dalam perjalanan pulang dari kantor ke Mataram, saya naik sepeda motor. Tetapi, di jalan, mata saya perih karena kemasukan abu yang baunya seperti belerang,” ujar Denny.
Memang terjadi peningkatan jumlah penumpang kapal dari Pelabuhan Padangbai, Bali, menuju Pelabuhan Lembar berjumlah 2.000 orang pada Sabtu pekan lalu. Para penumpang itu diduga mengungsi ke rumah keluarganya di Lombok.
Padahal, pada hari-hari biasa, jumlah penumpang sekitar 300 orang per hari di rute Lembar-Padangbai. Malah hari yang sama terjadi penambahan penumpang dari Pelabuhan Lembar, yang berjumlah 300 orang per setengah hari. Lonjakan penumpang 100 persen itu disebabkan LIA ditutup pukul 18.00 Wita, lalu penumpang pesawat beralih menggunakan feri dari Lombok menuju Padangbai.
”Untuk mengantisipasi dampak letusan Gunung Agung, ASDP Lembar menyiapkan skenario layanan: mengoperasikan total 36 feri yang ada dari 12 feri dengan 24 rit saat ini. Kemudian memperpendek jam bongkar muat kapal dari tiap 1,5 jam menjadi tiap 45 menit,” ujar Denny.