Bank Dunia: Pekerja Migran Indonesia Capai 9 Juta Orang
Oleh
mukhammad kurniawan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Dunia merilis laporan bertajuk ”Pekerja Global Indonesia: Antara Peluang dan Risiko” di Jakarta, Selasa (28/11). Salah satu temuannya, jumlah warga Indonesia yang bekerja di luar negeri lebih dari 9 juta orang pada 2016, hampir 7 persen dari total angkatan kerja.
Ekonom Bank Dunia yang melaporkan hasil studi itu, Ririn Salwa Purnamasari, menyebutkan, survei digelar pada 2013-2014, antara lain memproyeksikan jumlah pekerja asal Indonesia di luar negeri pada 2016. Survei digelar bersama Badan Pusat Statistik (BPS) yang terintegrasi dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Survei nasional mengenai migrasi internasional dan remitansi (World Bank Indonesia’s International Migration and Remittances/WB-IIMR) difokuskan pada daerah yang dianggap sebagai daerah kantong migran. Analisis awal untuk memperkirakan jumlah pekerja migran rumah tangga dilakukan dengan menggunakan data Susenas 2005-2007. Data kemudian diperiksa silang dengan jumlah pekerja migran yang didapat dari Pendataan Potensi Desa (Posdes) 2011.
Estimasi yang menggunakan kedua data, baik Susenas maupun Posdes, menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga pekerja migran di Indonesia adalah 4 persen dari jumlah rumah tangga nasional. Angka 4 persen ini dipakai sebagai ambang batas untuk memilih provinsi dan kabupaten untuk survei WB-IIMR. Sampel mencakup 4.660 pekerja migran dari 3.940 rumah tangga migran yang tersebar di 104 kabupaten di 15 provinsi.
Selama 2016, pekerja migran mengirim remitansi senilai lebih dari 8,9 miliar dollar AS atau Rp 118 triliun. Angka itu setara dengan 1 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Country Director Indonesia dan Timor Leste Bank Dunia Rodrigo A Chaves menyebutkan, migrasi berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Selama 2016, menurut catatan Bank Indonesia, pekerja migran mengirim remitansi senilai lebih dari 8,9 miliar dollar AS atau Rp 118 triliun. Angka itu setara dengan 1 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Menurut Chaves, selama periode 2006-2016, Indonesia mencapai pertumbuhan rata-rata sebesar 5,6 persen. Angka kemiskinan berkurang dari 17,8 persen menjadi 10,9 persen. Bagi banyak masyarakat Indonesia, perkembangan itu berarti kehidupan yang lebih sejahtera dan keamanan ekonomi yang lebih tinggi. Namun, ada banyak masyarakat yang berisiko tertinggal untuk memanfaatkan kesempatan itu.
Akibat keterbatasan kesempatan kerja di dalam negeri, sejumlah warga berketerampilan rendah mencari kerja di luar negeri. Lebih dari tiga perempat pekerja migran asal Indonesia dinilai berketerampilan rendah. Oleh karena itu, pemerintah memiliki peluang memperbaiki kompetensi untuk mengoptimalkan produktivitas pekerja.