Pembangunan Infrastruktur Turut Menaikkan Indikator Sosial
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perlambatan ekonomi dunia merupakan kesempatan bagi Indonesia sebagai lahan investasi. Tujuan jangka panjangnya, untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menganalisis, lambatnya pertumbuhan perdagangan Indonesia menandakan ekonomi dunia juga melambat. Namun, kondisi global ini dapat menjadi peluang bagi Indonesia.
”Saat ini tentu banyak negara yang mencari lahan investasi, sedangkan Indonesia memiliki proyek-proyek strategis nasional yang butuh modal asing,” kata Darmin dalam Kompas100 CEO Forum di Jakarta yang diadakan oleh harian Kompas dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Rabu (29/11).
Jumlah proyek strategis nasional sebanyak 245 buah. Estimasi total kebutuhan investasinya mencapai 327,2 miliar dollar AS. Proyek-proyek itu terbagi dalam 15 sektor.
Darmin menyoroti sektor-sektor produktif yang menjadi prioritas investasi, salah satnya infrastruktur. Kontribusi infrastruktur dalam produk domestik bruto (PDB) saat ini mencapai 23 persen. Angka ini masih kalah dari Korea Selatan yang memiliki kontribusi sebesar 27 persen.
Berdasarkan analisis Darmin, infrastruktur turut berperan dalam pembangunan sosial. Hal ini ditunjukkan oleh indikator tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, dan rasio gini yang menurun.
Infrastruktur turut berperan dalam pembangunan sosial. Hal ini ditunjukkan oleh indikator tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, dan rasio gini yang menurun.
Darmin memaparkan, pada Maret 2015, rasio gini dan tingkat kemiskinan Indonesia sebesar 0,408 dan 11,22. Tercatat pada Maret 2017, rasio gini dan tingkat kemiskinannya menjadi 0,393 dan 10,64.
Untuk tingkat pengangguran, pada Agustus 2014 berada pada angka 5,81. Pada Agustus 2017, angkanya menurun menjadi 5,50.
Karena itu, saat ini Darmin tengah mengusahakan penyusunan kebijakan yang memudahkan investor asing untuk menanamkan modalnya. Salah satunya dengan pelayanan izin operasi selama satu hari terpadu. ”Kalau bisa mereka cukup ke satu gedung dan langsung selesai dalam sehari. Targetnya April 2018 sudah bisa diterapkan,” ujarnya.
Pembangunan daerah
Dalam pidato pembukaannya, Presiden Joko Widodo mengatakan, infrastruktur juga meningkatkan pembangunan daerah. ”Jangkauan ke daerah-daerah terpelosok semakin mudah dan murah karena pembangunan infrastruktur,” katanya.
Karena itu, Darmin membuka investasi di proyek strategis nasional di sektor jalan sebanyak 74 proyek, rel kereta api 23 proyek, pelabuhan 10 proyek, dan bandara 8 proyek.
Jangkauan ke daerah-daerah terpelosok semakin mudah dan murah karena pembangunan infrastruktur.
Selain itu, desa menjadi aspek penting dalam pembangunan desa. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan, jumlah desa yang tertinggal berkisar 40 persen dan sangat tertinggal 37 persen.
Eko mengatakan, sampai saat ini pemerintah telah menggelontorkan dana desa sebesar Rp 127 triliun. Hasilnya, dari sisi infrastruktur sudah terbangun 121.709 kilometer jalan desa dan 1.960 kilometer jembatan.
Pasokan listrik untuk penerangan desa pun dikerahkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, pihaknya telah menyediakan lampu tenaga surya hemat energi. Targetnya, pada 2019 menerangi 2.500 desa. Sampai saat ini, Kementerian ESDM tengah memproses penerangan untuk 80.332 rumah di lima provinsi. (DD09)