Saat Siklon Cempaka Tumbuh Dekat Jawa
Siklon tropis umumnya tumbuh di perairan khatulistiwa yang hangat lalu bergerak menuju subtropis. Ini yang menyebabkan Indonesia biasanya aman dari terjangannya. Namun, siklon tropis kini semakin sering tumbuh mendekat ke daratan sehingga risiko terdampak bencana hidrometeorologi membesar.
Pada Minggu (26/11), bibit siklon terdeteksi tumbuh di Samudra Hindia, sekitar 240 kilometer (km) sebelah selatan barat daya Cilacap. Pada Senin, pukul 19.00, pusaran angin ini mendekati Cilacap hingga sejarak 100 km. Pada saat bersamaan pusaran anginnya membesar hingga 65 km per jam dengan pusat tekanan udara terendah 999 milibar sehingga dikategorikan sebagai siklon tropis.
Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis (Tropical Cyclone Warning Centre) Jakarta-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang telah memantau pergerakan pusaran angin ini sejak pekan lalu, memberinya nama siklon Cempaka. "Siklon Cempaka menjadi sejarah baru karena tumbuh sangat dekat Indonesia dan terpantau radar BMKG sejak awal sehingga kami yang memberi namanya," kata Kepala Bidang Informasi dan Prediksi BMKG Ramlan.
Setelah terbentuk, siklon tropis Cempaka bergerak mendekati daratan Jawa. Hingga Selasa, pukul 19.00, siklon ini mencapai titik terdekat dengan daratan, 50 km sebelah timur laut Pacitan, Jatim. Setelah itu, baru perlahan siklon bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
Pusaran angin disebut badai tropis jika kecepatan angin di dindingnya mencapai 62 km per jam. Menjadi siklon tropis tingkat satu jika kekuatannya maksimum 117 km per jam dengan tekanan udara di pusatnya lebih rendah dari 1.000 mb. Semakin rendah tekanannya, semakin tinggi pusaran angin di dindingnya. Siklon terkuat mencapai kecepatan pusaran 250 km per jam.
Berdasarkan kategori ini, siklon Cempaka tergolong kecil. Namun, karena dekat daratan, dampaknya besar. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 21 kabupaten serta kota di Jawa dan Bali dikepung banjir, longsor, dan puting beliung akibat pergerakan siklon tropis Cempaka ini. Pacitan dan Yogyakarta paling terdampak.
Semakin berisiko
Peneliti cuaca ekstrem BMKG, Siswanto, mengatakan, siklon tropis biasanya terbentuk sekitar 500 km dari garis khatulistiwa lalu bergerak menjauh. Hal ini menyebabkan siklon lebih kerap menghancurkan negara tetangga, seperti Filipina, Taiwan, dan Jepang.
Namun, karakter itu kini berubah. Mendekatnya siklon tropis Cempaka mengingatkan pada peristiwa serupa ketika siklon Frances mendekati Pulau Timor pada 28 April lalu. Akibatnya, air laut naik ke darat, menggenangi Desa Kolbano, Kotolin, dan Bokong, di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sebelumnya, siklon tropis Rosie yang muncul tahun 2008 tergolong paling dekat dengan Jawa. Jaraknya saat itu dengan Banten sekitar 700 km. Tahun 2009, siklon tropis Kirrily terbentuk di sekitar Kepulauan Kei. Kirrily merupakan siklon pertama yang melintasi daerah tropis. Puluhan rumah rusak dan terendam, jalan rusak, serta gelombang tinggi terjadi.
Selain ada anomali lintasannya, Siswanto juga menemukan tren kenaikan jumlah dan durasi hidup siklon tropis kategori 3 di Samudra Hindia bagian selatan dalam kurun 1960-2010. Menguatnya siklon tropis disebabkan besarnya simpanan energi panas di permukaan laut dan munculnya pola pusat tekanan rendah di lautan.
Perubahan suhu permukaan laut dan atmosfer secara global diduga menjadi pemicu perubahan karakter siklon tropis ini. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, suhu atmosfer Bumi kini 1,1 derajat celsius lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum Revolusi Industri 1850-1899. Adapun kenaikan suhu perairan laut mencapai 0,76 derajat celsius dalam 30 tahun. Dengan kenaikan suhu atmosfer ataupun perairan, Indonesia akan semakin rentan terdampak risiko cuaca ekstrem.
(AHMAD ARIF)