Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Berada di Jalur yang Tepat
Oleh
DD13
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pertumbuhan dan kebijakan ekonomi di Indonesia dinyatakan berada di jalur yang tepat. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah investasi dan ekspor serta pengakuan dari lembaga-lembaga internasional.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan hal tersebut dalam pidatonya tentang Kebijakan Ekonomi Makro 2018, di acara Kompas100 CEO Forum, Jakarta, Rabu (29/11).
Sri mengatakan, pada kuartal ketiga tahun 2017, kinerja pertumbuhan ekonomi, investasi, dan ekspor mengalami peningkatan pesat. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berada pada 7,1 persen. Angka ini lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya yang biasa berada pada 4 persen.
Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan Indonesia berada di peringkat 3 dibandingkan negara-negara yang tergabung dalam G20. Indonesia juga mendapat pengakuan dari Bank Dunia dalam kategori negara dengan kemudahan berinvestasi pada peringkat 72, dari sebelumnya di peringkat 91 dan Standard and Poor’s memberikan nilai BBB dalam kategori investasi.
Adapun World Economic Forum (WEF) menyatakan kemampuan berkompetisi secara global Indonesia berada pada peringkat ke 36, naik lima peringkat dari tahun sebelumnya. Gallup World Poll juga memberikan Indonesia peringkat pertama dalam kategori negara yang mendapatkan kepercayaan rakyat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih stabil dibandingkan dengan negara lainnya. Terdapat tiga faktor yang menjadi landasan dalam menyusun kebijakan, yaitu membuat kebijakan yang aman, hati-hati, dan berorientasi pada solusi.
Menurut Sri, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih stabil dibandingkan dengan negara lainnya. Terdapat tiga faktor yang menjadi landasan dalam menyusun kebijakan, yaitu membuat kebijakan yang aman, hati-hati, dan berorientasi pada solusi.
Selain landasan tersebut, ujar Sri, hal lain yang membuat kebijakan Indonesia lebih baik adalah stabilitas politik dan keamanan yang terjamin. “Indonesia dalam hal ini lebih baik dibandingkan dengan emerging country, seperti Brazil, Rusia, dan Afrika Selatan,” ujar Sri.
Rencananya, kebijakan pemerintah pada tahun depan akan tetap berorientasi kepada tiga sektor. Sektor-sektor tersebut adalah sektor fiskal terkait APBN, moneter terkait stabilitas harga dan nilai tukar, serta riil terkait perdagangan dan perindustrian.
“Untuk menghasilkan dampak positif maka butuh sinergi di ketiga sektor tersebut,” kata Sri.
Pemerintah juga akan tetap melanjutkan pembangunan yamg berorientasi nasional, bukan berorientasi pada Jakarta ataupun Jawa. Hal ini dilakukan demi mendorong investor berbisnis di daerah yang selama ini tidak menjadi pusat perhatian. Proyek strategis nasional menyebar di seluruh daerah, terutama Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Sumatera.
Indonesia memiliki potensi yang besar karena banyaknya sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan. Potensi tersebut dapat dimaksimalkan dengan berfokus pada bidang pendidikan, kesehatan, serta agama dan budi pekerti.
Pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki bonus demografi. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah 309 juta jiwa, yang terdiri dari 52 persen usia produktif. Sebanyak 80 persen diperkirakan berada di golongan kelas menengah dan 75 persen akan tinggal di kota. Rata-rata penduduk akan berpenghasilan sebesar 29.300 dolar amerika per tahun.
Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat terus mengurangi kemiskinan dan kesenjangan serta menambah lapangan pekerjaan.
Dengan demikian, Sri berharap, pertumbuhan ekonomi yang baik dapat terus mengurangi kemiskinan dan kesenjangan serta menambah lapangan pekerjaan. Angka kemiskinan Indonesia turun menjadi 10,7 persen dan kesenjangan 0,39 persen yang membuat posisi Indonesia lebih baik daripada negara-negara di Amerika Selatan. (DD13)