Pacitan Porak Poranda akibat Cempaka
Siklon tropis Cempaka, Senin (27/11), "mekar" di Pacitan, Jawa Timur, juga di selatan Bantul dan Gunung Kidul (DI Yogyakarta) serta Wonogiri (Jawa Tengah), membawa curah hujan ekstrem. Keempat kabupaten itu pun porak poranda akibat banjir dan tanah longsor.
Sejauh ini, 17 orang tewas akibat tanah longsor dan 5 orang tewas akibat banjir di Kabupaten Pacitan. Banjir merendam dan merusak sekitar 3.000 rumah di lima kecamatan. Longsor menerjang lebih dari 100 rumah di tiga kecamatan. Warga yang mengungsi diperkirakan lebih dari 7.000 orang,
Padahal, Kabupaten Pacitan sejak 2016 mengembangkan pola sebagai kabupaten tangguh bencana tsunami, banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan kekeringan.
Ike Yuliana, bidan Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, menuturkan, Senin pukul 23.00, telepon selulernya berdering membawa kabar bahwa Tumar dari Dusun Krajan terluka akibat rumahnya diterjang tanah longsor. Saat kejadian, di rumah Tumar ada tujuh orang. Semua selamat meski ada yang terluka dan dirawat secara darurat di pondok bersalin desa sebelum dirujuk ke rumah sakit di Pacitan. Ike ditemui pada Kamis (30/11) di pengungsian SDN Klesem 1.
Selasa pukul 02.00, longsor menerjang empat desa di Kecamatan Kebonagung, juga Desa Mlati, Arjosari, Losari, Tulakan, dan Watusigar di Kecamatan Nawangan. Sebanyak 17 orang dinyatakan tewas akibat tertimbun tanah longsor.
Desa Klesem di Kecamatan Kebonagung menjadi yang terparah. Tujuh warga tewas tertimbun. Tanah longsor menimbun rumah Bilal dan Soimin di Desa Klesem. Bilal selamat, tetapi istrinya, Sukesi; anaknya, Rozak; serta mertuanya, Suparno dan Kasih; tertimbun. Sampai Jumat, mereka belum ditemukan tim SAR terpadu. Adapun Soimin yang saat kejadian sedang pergi amat terpukul karena kehilangan istri, Siti Kamilah; anaknya, Fitri Ayu; dan ibunya, Temu. Jenazah korban ditemukan pada hari Selasa.
Kepala Dusun Duren, Desa Klesem, Imam Mameni mengatakan, korban jiwa bisa lebih banyak jika warga tidak sigap menyelamatkan diri. "Saat terdengar gemuruh tanah longsor, warga terbangun dan menjauh dari rumah," katanya.
Agus Triyanto, relawan bencana Desa Klesem, menambahkan, Selasa dini hari, sinyal komunikasi dan aliran listrik terputus. Namun, informasi tanah longsor di Klesem dan Sidomulyo sempat terkirim ke Pemerintah Kabupaten Pacitan. Selasa pagi, Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo datang bersama anggota DPRD Pacitan, jajaran Komando Distrik Militer 0801/Pacitan, dan Kepolisian Resor Pacitan.
Tanggul jebol
Tak hanya tanah longsor, Selasa, di Kecamatan Pacitan, akibat hujan deras dan banjir, tanggul Sungai Grindulu jebol. Akses dari dan ke Pacitan lewat Trenggalek, Ponorogo, dan Wonogiri pun terputus. Pacitan terisolasi sejak Selasa sampai Rabu.
Mameni dan Kepala Dusun Blimbing, Desa Klesem, Mohammad Tohari segera mengungsikan warga ke SDN Klesem 1 dan sejumlah rumah yang dinilai aman. Warga pun memulai pencarian dan penyelamatan korban longsor.
"Kami pernah mendapat penyuluhan tentang tangguh bencana, tetapi belum pernah melatih atau dilatih lewat simulasi," kata Mameni.
Karena akses jalan terputus, bantuan terlambat masuk ke Desa Klesem.
Bantuan bagi pengungsi baru menyentuh Kecamatan Pacitan pada hari kedua bencana. Sementara di kecamatan lain, seperti Kebonagung, Tulakan, dan Ngadirojo, bantuan baru masuk pada hari ketiga dan keempat.
Pengungsi memerlukan selimut, pakaian hangat, makanan siap saji, obat-obatan, air bersih, vitamin, dan kebutuhan untuk bayi dan anak balita.
Tanggap darurat
Bupati Pacitan Indartato menyatakan terpukul atas bencana banjir dan tanah longsor ini.
Melihat skala bencana yang cukup besar, Indartato memperpanjang masa tanggap darurat dari seminggu sejak Rabu (29/11) menjadi dua minggu. "Kami minta bantuan provinsi dan pusat untuk mempercepat rehabilitasi bencana," ujarnya.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, musim hujan masih lama sehingga potensi banjir kembali menerjang Pacitan tetap ada. Tanggul Sungai Grindulu yang jebol harus segera diperbaiki. Perlu segera dipikirkan pula relokasi bagi warga terdampak tanah longsor.
"Kabupaten menyediakan tanah, provinsi menyediakan material bangunan, dan TNI diharapkan membantu untuk pembangunannya," katanya seusai meninjau lokasi bencana di Pacitan, Jumat siang.
Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya Mayor Jenderal Arif Rahman menerjunkan 400 personel untuk membantu rehabilitasi bencana di Pacitan.
Personel harus berusaha keras mencari dan menemukan para korban banjir dan tanah longsor yang belum diketahui posisi dan nasibnya. Personel juga harus membantu rehabilitasi kawasan bencana dengan target selesai sebelum akhir tahun ini. (AMBROSIUS HARTO)