Redam Gejolak Harga, Bulog dan Pemda Gelontor Beras
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pemerintah daerah dan Perum Bulog mulai menggelontor beras untuk meredam gejolak harga. Setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada pertengahan Oktober 2017, operasi pasar digelar Pemprov dan Bulog Divre Lampung mulai akhir November lalu.
Di Jawa Timur, menurut Kepala Perum Bulog Divre Jawa Timur Muhammad Hasyim, permintaan beras untuk operasi pasar telah disampaikan antara lain oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Kediri, dan Lamongan. Jumlah permintaan beragam. Namun, pihaknya punya stok 220.000 ton dan diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga Mei 2018.
Sementara Perum Bulog Divisi Regional Lampung menyiapkan beras sekitar 3.000 ton untuk operasi pasar. Intervensi pemerintah untuk mengendalikan harga beras ini menurut rencana digelar hingga 31 Desember 2017.
Operasi pasar di Bandar Lampung digelar di tiga pasar tradisional, yakni Pasar Tugu, Pasar Kangkung, dan Pasar Panjang. Selain itu, Perum Bulog juga menggelar operasi pasar di sejumlah pusat keramaian di Bandar Lampung. Pada hari pertama, Bulog memasok 2,5 ton beras medium jenis IR 64 yang dijual Rp 8.000 per kilogram (kg), lebih rendah daripada harga beras dengan kualitas yang sama di pasaran, yakni Rp 9.500-Rp 10.000 per kg.
”Hari ini, kami mulai menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga beras. Kami siap menyalurkan beras berapa pun jumlahnya sampai harga beras kembali stabil,” kata Kepala Bulog Divisi Regional Lampung M Attar Rizal.
Selain di Bandar Lampung, kata Attar, operasi pasar juga sudah dilakukan di Kota Metro dan Kabupaten Lampung Selatan. Operasi pasar juga segera digelar di 12 kabupaten lain. Bulog juga akan menggelar operasi pasar di kelurahan dan desa jika ada permintaan dari masyarakat.
Jumlah pembelian beras Bulog tidak akan dibatasi. Warga bebas membeli beras yang dikemas dalam karung berukuran 5 kg dalam jumlah berapa pun.
Jumlah pembelian beras Bulog tidak akan dibatasi. Warga bebas membeli beras yang dikemas dalam karung berukuran 5 kg dalam jumlah berapa pun. Meskipun operasi pasar terus dilakukan, Attar yakin tidak akan mengganggu stok yang saat ini mencapai 25.983 ton. ”Tidak akan ada kelangkaan beras karena persediaan cukup sampai Maret 2018. Kami akan terus membeli gabah dari petani untuk menambah persediaan beras,” ujarnya.
Harga naik
Operasi pasar adalah respons atas kenaikan harga beras beberapa bulan terakhir. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, rata-rata harga beras medium nasional naik dari Rp 10.635 per kg pada September menjadi Rp 10.704 per kg pada Oktober dan Rp 10.794 per kg pada November.
Sejumlah pengusaha penggilingan, pedagang, dan pengamat memperkirakan harga beras bakal naik karena panen jauh berkurang. Stok penggilingan dan pedagang juga berkurang. Sementara panen musim rendeng diperkirakan terjadi pada akhir Januari 2018.
Di Pasar Beras Johar Karawang, Jawa Barat, menurut Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Beras Johar Karawang Sri Narbito, harga beras medium yang dua bulan lalu Rp 9.200 per kg kini Rp 9.500 per kg. Jumlah pasokan dari sentra, seperti Karawang, Subang, Indramayu, Demak, Pati, dan Kudus, ke Pasar Beras Johar juga berkurang dari rata-rata 1.100 ton per hari menjadi 500-600 ton per hari.
Sejumlah pengusaha penggilingan, pedagang, dan pengamat memperkirakan harga beras bakal naik karena panen jauh berkurang.
Kenaikan harga juga terpantau antara lain di Pasar Genteng (Surabaya), Pasar Beras Dargo (Semarang), Pasar Tugu dan Koga (Bandar Lampung), dan Pasar Legi (Solo). Di warung-warung pengecer di perkampungan penghasil padi, seperti di Haurgeulis dan Anjatan (Indramayu) dan Siwalan (Pekalongan), harga beras termurah naik dari Rp 9.000 per kg menjadi Rp 10.000 per kg dua bulan terakhir.
Menurut Wiwik, pedagang beras di Pasar Legi, kenaikan harga beras merata untuk semua kualitas. Beras dengan mutu di bawah beras medium dijual Rp 8.500 per kg, sedangkan beras C4 super dijual Rp 11.500 per kg. Menurut dia, harga beras naik bertahap sejak awal November 2017. Kenaikan dipengaruhi berkurangnya pasokan, khususnya dari Klaten, Sukoharjo, dan Sragen.
”Pedagang tidak bisa mendapat pasokan beras dengan cepat dari sentra produksi beras, seperti Solo, Klaten, Demak, dan Purwodadi. Mereka sedang tidak banyak panen. Jadi, pesanan yang biasanya dipenuhi dalam seminggu kini mundur sampai dua, bahkan tiga minggu,” ujar Agung, salah satu pedagang beras di Pasar Dargo, Kota Semarang.
Harga beras medium di Pasar Dargo berkisar Rp 9.800 per kg-Rp 10.000 per kg. Adapun beras premium di atas Rp 11.500 per kg. Sejumlah pedagang menambahkan, stok beras mereka juga turun. Menurut Agung, biasanya, stok beras setiap pedagang paling sedikit 10-20 ton. Kini stok paling banyak hanya sekitar 15 ton.
Gabah kurang
Kenaikan harga beras turut dipicu tingginya harga gabah. Teguh Prasetyo, petani juga pemilik UD Padi, perusahaan penggilingan padi di Mranak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, mengatakan, awal November, harga gabah masih sekitar Rp 5.600 per kg. Namun, akhir November 2017, gabah makin sulit dicari sehingga harganya naik menjadi Rp 6.000 per kg. ”Daerah panen sudah berkurang, untuk wilayah Jawa Tengah panen hanya tersisa di sekitar Solo raya, seperti Boyolali, Sukoharjo, dan sekitarnya,” kata Teguh.
Teguh mengatakan, permintaan beras di pasaran meningkat, salah satunya karena pedagang kesulitan mendapatkan pasokan beras dalam jumlah besar. Untuk usaha penggilingan sedang, minimal harus punya persediaan 10 ton hingga 25 ton gabah per hari. Adapun penggilingan kategori besar 25 ton hingga 75 ton per hari.
Permintaan beras di pasaran meningkat, salah satunya karena pedagang kesulitan mendapatkan pasokan beras dalam jumlah besar.
Oleh karena itu, sejumlah usaha penggilingan padi terpaksa melepas persediaan gabah hasil pembelian saat panen raya padi 2016. Gabah hasil panen itu disiapkan untuk keperluan giling selama musim paceklik yang sudah diperkirakan terjadi akhir tahun ini.
Hal serupa dilakukan Hamid Aminudin, pemilik UD Putra Harapan, Brangsong, Kabupaten Kendal. Akibat keterbatasan gabah, Hamid juga terpaksa menghentikan pengiriman beras ke Pasar Induk Cipinang ataupun daerah Jakarta lain. ”Kalau harga beras medium di pasar regional saja sudah Rp 9.800 per kilogram, lebih untung tidak kirim ke Jakarta,” ujarnya.
Hamid juga tidak banyak melakukan pembelian gabah dari petani. Dia paham beberapa sentra padi masih ada yang panen. Namun, harga yang tinggi membuat dia lebih memilih menunggu masa panen musim tanam pertama 2017/2018 yang diperkirakan akhir Februari. (VIO/RWN/IKI/WHO/SYA/ACI/MKN)