JAKARTA, KOMPAS — Siklon tropis Dahlia melemah dan bergerak menjauhi wilayah Indonesia. Bibit siklon tropis 93W di barat laut Aceh menguat hingga Selasa (5/12) dan bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
Meski demikian, kondisi ini masih berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem, terutama di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, hingga tiga hari ke depan. Keberadaan siklon tropis itu akan berdampak pada peningkatan tinggi gelombang air laut hingga 4 meter, angin kencang, hujan lebat, dan potensi kilat serta petir.
”Gelombang laut tinggi berpotensi terjadi di perairan utara Pulau Sabang, perairan barat Pulau Simeulue, Kepulauan Mentawai; Samudra Hindia barat Sumatera; serta Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Kantor Pusat BMKG, Jakarta, Senin (4/12).
Gelombang laut tinggi berpotensi terjadi di perairan utara Pulau Sabang, perairan barat Pulau Simeulue, Kepulauan Mentawai; Samudra Hindia barat Sumatera; serta Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur
Adapun hujan lebat hingga sangat lebat berpotensi terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, dan Papua. Angin kencang dengan kecepatan lebih dari 20 knot atau sekitar 37 kilometer per jam bisa terjadi di Aceh dan Sumatera Utara.
Untuk itu, Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tetap waspada akan dampak cuaca
ekstrem yang terjadi saat ini.
Ia memperkirakan kondisi ini akan berlangsung hingga Maret 2018.
Terkait siklon tropis, Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, Indonesia sebenarnya bukan wilayah yang berpotensi timbul siklon. Namun, beberapa faktor yang terjadi saat ini memicu timbulnya siklon di wilayah Indonesia.
Pertama, posisi matahari kini di belahan bumi selatan sehingga tekanan udara di bagian selatan bumi, termasuk Indonesia, lebih rendah daripada daerah utara. Kedua, suhu permukaan laut di beberapa titik di perairan Indonesia berada pada tingkat depresi yang sangat rendah sehingga meningkatkan suhu uap air.
Di sebelah barat Sumatera dan sebelah selatan Jawa, saat ini wilayah perairannya dalam suhu hangat sehingga daerah tersebut berpotensi menjadi pusat sumber uap air
”Di sebelah barat Sumatera dan sebelah selatan Jawa, saat ini wilayah perairannya dalam suhu hangat sehingga daerah tersebut berpotensi menjadi pusat sumber uap air,” kata Prabowo.
Jika ada daerah dengan suhu muka laut yang lebih hangat dari daerah di sekitarnya, itu dapat memicu aliran udara ke wilayah tersebut dan menimbulkan pusaran angin.
Kuatnya pusaran akan bertambah jika wilayah tersebut menjauhi garis ekuator bumi dan memiliki suhu permukaan laut yang lebih hangat dari permukaan sekitarnya. ”Dari pemantauan, Indonesia saat ini terlihat banyak wilayah perairan yang bertekanan rendah,” ujar Prabowo.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menambahkan, cuaca ekstrem yang terjadi saat ini bisa dikaitkan dengan dampak perubahan iklim. Perubahan iklim memicu timbulnya gangguan-gangguan alam, salah satunya siklon tropis. ”Jadi, perubahan iklim bukan sekadar isu, melainkan sudah terjadi dan sudah kita hadapi bersama.” (DD04)