Kebutuhan Internet Baru Terpenuhi Seluruhnya pada 2021
JAKARTA, KOMPAS — Satelit Pasifik Satelit Nusantara VI akan membuat kebutuhan internet Indonesia bisa menjangkau daerah pelosok.
Kebutuhan internet berkecepatan tinggi pun akan tercapai pada perilisannya, awal 2019. Namun, untuk memenuhi kebutuhan internet seutuhnya, perlu menunggu sampai 2021 saat satelit Palapa N-1 dan PSN VII dirilis. Pemenuhan ini akan meningkatkan ekonomi lewat e-dagang.
”Satelit PSN VI memiliki kapasitas untuk menjangkau seluruh pelosok Indonesia. Satelit ini juga melayani kebutuhan internet berkecepatan tinggi,” ujar Adi Rahman Adiwoso, Chief Executive Officer PSN, pada acara seremoni penandatanganan kerja sama satelit PSN VI, Selasa (5/12), di Jakarta Pusat.
Adi mengataan, PSN VI akan selesai pada awal 2019. Dengan adanya satelit ini, kebutuhan internet tinggi dan jangkauan ke pelosok bisa teratasi. Hal ini juga mampu memunculkan kemandirian satelit Indonesia untuk memenuhi kebutuhan data broadband di Indonesia yang sangat tinggi.
Pengguna internet akan bertambah karena perubahan gaya hidup masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, 58 persen usia produktif berasal dari generasi milenial pada 2020.
Namun, menurut Adi, pengguna internet akan bertambah karena perubahan gaya hidup masyarakat. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, 58 persen usia produktif berasal dari generasi milenial pada 2020.
Milenial yang berorientasi pada penggunaan internet itu akan semakin bertambah. Pada 2016, sudah 132,7 juta orang menggunakan internet. Sekitar 51 persen dari total penduduk Indonesia.
Pada 2021, dikatakan Adi, penetrasi pengguna itu akan menyebabkan kebutuhan data melalui satelit broadband mencapai 160 Gbps. Padahal, saat ini, penyedia dari Telkom 3S, Telkom 4, dan BRISAT baru mencapai 20 Gbps. Bantuan PSN VI sebesar 15 Gbps belum cukup menampung.
Untuk itu, satelit Palapa N-1 dengan kapasitas 12 Gbps akan diluncurkan pada 2020. Sementara satelit PSN VII diluncurkan pada 2021 dengan kapasitas 100 Gbps.
”Sehingga 2021, ada total 150 Gbps yang tersedia. Cukup untuk memenuhi kebutuhan data. Kehadiran PSN dapat mengurangi jarak tersebut,” ucap Adi.
Internet dinilainya bisa membawa peluang baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pembangunan satelit menimbulkan efek pada ekonomi di Indonesia.
Adi mengatakan, meningkatnya kemudahan akan berpengaruh pada sektor e-dagang. ”Cita-citanya ialah menghubungkan seluruh wilayah Indonesia dengan internet sehingga kegiatan ekonomi bertambah efisien,” katanya.
Internet dinilainya bisa membawa peluang baru dalam kehidupan masyarakat indonesia. Pembangunan satelit menimbulkan efek pada ekonomi di Indonesia.
Hal itu untuk mencapai potensi putaran uang dari sektor e-dagang mencapai Rp 1.775 triliun pada 2020. Sesuai perkiraan dari Kemenkominfo.
Hadir juga dalam acara tersebut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Ia mengatakan, kehadiran Satelit PSN sangat membantu pemerintah dalam sektor swasta. Sebab, kebutuhan internet sektor swasta belum tercukupi. ”Suplainya lebih rendah daripada kebutuhan,” ucapnya.
Satelit pemerintah
Di lain sisi, kata Rudiantara, pemerintah tidak bisa banyak membantu. Hal itu dikarenakan Menkominfo sedang fokus untuk menghadirkan satelit pada 2022. Satelit itu akan sepenuhnya menghubungkan sektor pemerintahan.
”Sebanyak 80.000 sekolah belum terhubung, harus dihubungkan. Kemudian puskesmas, perguruan tinggi, polsek, koramil, dan desa-desa, apabila ditotal ada 140.000 titik yang harus dihubungkan (internet). Seluruh Indonesia harus dicakup, itu tugas pemerintah,” tutur Rudiantara.
Melalui satelit itu, pemerintah bisa memulai program digitalisasi. Untuk mempermudah komunikasi dan pemerataan informasi. Salah satu yang menjadi konsentrasi adalah di sisi pendidikan.
Melalui satelit itu, pemerintah bisa memulai program digitalisasi. Untuk mempermudah komunikasi dan pemerataan informasi. Salah satu yang menjadi konsentrasi adalah di sisi pendidikan.
Rudiantara mengatakan, ke depannya proses belajar akan menggunakan internet. Tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pendidikan. ”Jadi, bukan hanya pada ujung pendidikan, yaitu ujian dengan komputer, tetapi proses belajar-mengajar juga,” ucapnya.
Hal itu dinilai Rudiantara akan membuat Indonesia tidak gentar ketika mendapatkan bonus demografi pada 2030. ”Kita harus bisa kompetitif seperti negara di Asia lainnya,” ucapnya.
Saat ini, proses pengadaan satelit sudah sampai ke rekonfirmasi pada kementerian terkait. Hal itu untuk memastikan jumlah sekolah, puskesmas, dan kantor pemerintahan lainnya yang membutuhkan akses.
Setelah itu, pada 2018 akan dimulai lelang untuk menentukan pelaksana dari satelit milik pemerintah ini. ”Satelit ini akan jadi yang terbesar pada 2022,” ucap Rudiantara. (DD06)