Pembangunan Area Antar-Jemput Penumpang Dimulai di Stasiun Transit
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memprioritaskan pembangunan area antar-jemput pembangunan di stasiun transit yang menampung penumpang paling banyak terlebih dahulu. Sebelumnya, pemerintah akan membuat titik antar-jemput bagi penumpang di 17 stasiun kereta api Jabodetabek. Hal ini karena semakin banyak kendaraan pribadi dan umum di sekitar stasiun.
Stasiun-stasiun tersebut adalah Stasiun Cawang, Cikini, Duren Kalibata, Grogol, Jakarta Kota, Jatinegara, Juanda, Karet, Kebayoran, Klender, Manggarai, Sudirman, Palmerah, Pasar Minggu, Tanah Abang, dan Tebet. Pembangunan titik-titik tersebut guna mengurangi kemacetan yang terjadi di jalan umum karena penumpukan kendaraan pribadi dan umum, seperti bajaj, bus, serta ojek pangkalan dan ojek daring, yang memenuhi badan jalan di sekitar stasiun pada jam sibuk.
Bappenas pada 2017 menghitung kerugian karena kemacetan di DKI Jakarta mencapai Rp 67,5 triliun dan wilayah Jabodetabek Rp 100 triliun per tahun. Jenis kendaraan di Jabodetabek didominasi sepeda motor 75 persen, kendaraan pribadi 23 persen, dan angkutan umum 2 persen.
”PT KAI akan fokus pada pembangunan area antar-jemput di Stasiun Manggarai, sedangkan Stasiun Jatinegara merupakan ranah pemda,” kata Senior Manager Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Jakarta Suprapto, di Jakarta.
PT KAI akan fokus pada pembangunan area antar-jemput di Stasiun Manggarai, sedangkan Stasiun Jatinegara merupakan ranah pemda.
Pembangunan diutamakan di Stasiun Manggarai karena ada beberapa alasan. Stasiun Manggarai termasuk stasiun yang padat karena merupakan salah satu stasiun transit Jabodetabek. Sesuai data PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), rata-rata jumlah penumpang yang tap in dan tap out adalah 40.000 penumpang.
Jumlah itu belum termasuk perputaran penumpang yang tidak keluar stasiun yang dapat mencapai 100.000 penumpang per hari. Terdapat 1.245 KA yang melintasi Stasiun Manggarai dalam satu hari. Ditambah lagi, Stasiun Manggarai akan menjadi salah satu stasiun transit dari Kereta Api Bandara yang sebentar lagi akan dioperasikan. Pembicaraan mengenai pemantapan penataan Stasiun Manggarai telah dibicarakan sejak 23 September.
”Kondisi di Jalan Manggarai Utara 1 saat ini telah terjadi kemacetan yang luar biasa terutama pada saat keluar masuk penumpang kereta api dan kemudian menggunakan angkutan umum, seperti ojek, bajaj, taksi, dan bus transjakarta,” kata Suprapto.
PT KAI akan menyediakan area parkir untuk kendaraan umum dan menata area parkir motor di Manggarai. Selain itu, PT KAI juga akan menertibkan trotoar di sepanjang jalan tersebut dan bangunan dinas di kawasan stasiun.
Menurut Suprapto, area parkir untuk antar-jemput penumpang akan diatur dengan mekanisme komersial. PT KAI, operator ojek daring, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), PT Transjakarta, dan pemda sementara mendiskusikan sistem yang akan diaplikasikan dan biaya parkir yang akan dikenakan kepada pengemudi kendaraan umum yang akan mengantar atau menjemput penumpang.
Lokasi lahan untuk area parkir adalah di antara lahan parkir motor 1 dan 2 stasiun. Lahan tersebut merupakan lapangan tenis yang tidak lagi berfungsi dengan luas lebih kurang 1.200 meter persegi.
Pembangunan area parkir akan dilakukan sesegera mungkin, paling lambat awal Januari 2018. Setelah itu, ujar Suprapto, KAI juga akan melakukan sosialisasi kepada pengemudi kendaraan umum yang mengetem sekitar stasiun dan penumpang kereta agar menunggu kendaraan di area yang sudah disediakan.
Dari hasil pemantauan Kompas, ojek pangkalan dan daring menggunakan bahu jalan dan badan jalan untuk menunggu dan menurunkan penumpang pukul 15.00. Bajaj juga terlihat parkir hingga dua baris depan stasiun. Adapun penumpang juga terlihat menunggu jemputan langsung di depan stasiun. Beberapa bahkan melompati pagar depan stasiun ketika kendaraan jemputan datang. Hal ini dilakukan karena untuk keluar dari area stasiun, penumpang harus barjalan sekitar 60 meter hingga mencapai gerbang.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, selain Stasiun Manggarai, BPTJ sedang membuat area antar-jemput di Stasiun Sudirman dan Tanah Abang. Stasiun Sudirman juga merupakan salah satu stasiun terpadat dengan jumlah pengguna mencapai 60.ooo orang per hari. Dalam menangani kemacetan di area itu, BPTJ akan memindahkan lokasi menunggu kendaraan umum sekitar stasiun ke area bekas Pasar Blora.
”Lahan yang tersedia untuk Stasiun Sudirman dan Tanah Abang masing-masing sekitar 2.000 meter persegi,” ujar Bambang.
Bambang mengatakan, puncak keramaian penumpang kereta terjadi pada pagi dan sore hari pada jam sibuk. Namun, dampak angkutan yang menunggu itu ialah kemacetan yang panjang. Apalagi, dalam beberapa tahun ke depan pengguna kereta api listrik diperkirakan naik (Kompas.id, 3 Desember).
Sementara itu, lahan untuk stasiun-stasiun lain sementara diusahakan. Di stasiun yang tidak ada lahan, akan diprioritaskan untuk menertibkan angkutan yang berhenti sembarangan.
Vice President Corporate Communication KCI Eva Chairunisa menyatakan, jumlah penumpang kereta rel listrik berkisar 970.000-1 juta orang per hari. Menurut Eva, pemerintah telah menargetkan jumlah penumpang mencapai 1,2 juta orang per hari tahun 2019.
Adapun beberapa stasiun yang paling ramai selama hari kerja adalah Stasiun Tanah Abang sebanyak 63.194 orang, Bogor 54.424 orang, Bekasi 50.204 orang, Bojonggede 45.966 orang, Citayam 43.953 orang, dan Depok Baru 43.026 orang. Penghitungan berdasarkan jumlah penumpang yang melakukan tap in dan tap out.
”Adanya rencana ini akan mendukung pembangunan transportasi publik,” kata Eva. KCI akan mendukung program tersebut dengan melakukan penambahan gerbang dan mengubah tata letak stasiun. Koordinasi bersama akan terus dilakuan untuk menyesuaikan alur penumpang sehingga mereka lebih mudah mencapai titik moda transportasi lainnya. (DD13)