Film Star Wars Terbaru Diputar Pertama Kali di Indonesia
Oleh
WISNU DEWABRATA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia akan menjadi negara pertama tempat pemutaran film terbaru Star Wars: The Last Jedi yang menurut rencana bakal diputar premiere di Jakarta untuk penonton terbatas pada 12 Desember 2017 atau tiga hari lebih awal ketimbang di negara asalnya, Amerika Serikat. Sementara sehari sesudahnya, tanggal 13 Desember, Star Wars: The Last Jedi akan diputar untuk publik di seluruh Indonesia.
Hal itu dibenarkan General Manager Studio Entertainment The Walt Disney Company Southeast Asia Tom Bachelor dalam wawancara telepon bersama wartawan Kompas, Wisnu Dewabrata, dan sejumlah media lain, Selasa (5/12).
”Kebetulan pekan pemutaran film di Indonesia setiap hari Rabu. Kami berharap besar banyak penggemar Star Wars di Indonesia bisa beramai-ramai mendatangi bioskop dan menonton kelanjutan kisah film ini. Apalagi Indonesia bakal menjadi negara pertama di mana film ini akan diputar,” ujarnya.
https://youtu.be/Q0CbN8sfihY
Film Star Wars telah hadir dan berhasil merangkul penggemarnya di seluruh dunia sejak empat dekade terakhir, sejak film pertamanya diputar tahun 1977. Setelah episode ketiganya, Revenge of the Sith, yang diputar tahun 2005, 10 tahun kemudian Star Wars Saga kembali dengan trilogi lainnya.
Trilogi kedua Star Wars tersebut dimulai dengan episode ketujuh, The Force Awakens, tahun 2015 dilanjutkan dengan episode kedelapan, The Last Jedi, pada akhir 2017. Seri terakhir trilogi kedua tersebut, episode kesembilan, belum diberi judul dan direncanakan tayang tahun 2019.
Pada tahun 2018 juga akan dikeluarkan satu episode film spin-off Star Wars yang berdiri sendiri, Solo: A Star Wars Story. Sebelumnya, pada 2016, pihak produsen, Lucasfilm, memproduksi film serupa, Rogue One, dan dirumorkan juga akan ada satu film senada lagi tahun 2020. Film spin-off dibuat untuk menceritakan secara fokus satu kejadian atau tokoh karakter pendukung, yang dianggap kuat dan mampu mencuri perhatian penonton.
”Dengan tema-tema yang ditawarkan, seperti pertempuran antara baik dan buruk, terang melawan gelap, nilai-nilai keluarga, keberanian, perbedaan, dan upaya mencari identitas, akan selalu menjadi hal-hal yang bisa diterima di negara mana pun di dunia dengan latar budaya dan bahasa berbeda. Semua itu akan selalu menjadi sesuatu yang relevan dengan siapa saja,” ujarnya.