Hilir Mudik ”Sang Arsitek” di Paruh Musim
Sam Allardyce bertepuk tangan seraya tersenyum lebar setelah Everton melibas Huddersfield Town 2-0 di Stadion Goodison Park, Sabtu (2/12). Itu adalah kemenangan pertama bagi pelatih berjuluk ”Big Sam” seusai ditunjuk sebagai Manajer Everton.
”Jika saya menerima sebuah pekerjaan (menangani klub), saya akan total berkomitmen 100 persen. Ini adalah pekerjaan impian dan saya akan memberikan 100 persen,” ujar Allardyce seusai pertandingan.
Adalah Gylfi Sigurdsson dan Dominic Calvert-Lewin yang mencetak gol bagi Everton hari itu. Kemenangan atas Huddersfield membuat Everton merangkak naik ke peringkat ke-10 dengan mengantongi 18 poin. Tak pelak, Allardyce tak mampu menyembunyikan kegembiraannya.
Sukses di laga pertamanya, Allardyce akan menjalani tantangan terberat saat Everton menghadapi Liverpool dalam derbi Merseyside di Stadion Anfield, Minggu (10/12). ”Menang dalam laga pertama adalah fantastis. Saya berharap ini akan berlanjut,” ucap Allardyce.
Allardyce memiliki reputasi sebagai manajer yang mampu menyelamatkan tim dari keterpurukan. Saat menangani Crystal Palace dan Bolton Wanderers, misalnya, manajer berusia 63 tahun tersebut mampu mengangkat kedua klub itu dari jurang degradasi di Liga Inggris. Selain itu, Allardyce juga pernah menangani Newcastle United, Sunderland, dan tim nasional Inggris.
Allardyce memiliki reputasi sebagai manajer yang mampu menyelamatkan tim dari keterpurukan. Saat menangani Crystal Palace dan Bolton Wanderers, misalnya, manajer berusia 63 tahun tersebut mampu mengangkat kedua klub itu dari jurang degradasi di Liga Inggris.
Reputasi itulah yang membuat Big Sam ditunjuk sebagai manajer baru ”The Toffees”, Kamis (30/11), menggantikan Ronald Koeman yang dipecat sebulan silam. ”Kepemimpinannya yang kuat akan memotivasi para pemain untuk mengeluarkan kemampuan terbaik,” kata Farhad Moshiri, pemilik saham terbesar di Everton.
Koeman dipecat setelah kekalahan Everton dari Arsenal 2-5 pada 23 Oktober. Kekalahan itu menjadi puncak kemarahan pendukung Everton kepada Koeman seusai rentetan hasil buruk yang membuat klub terbenam di zona degradasi dan menempati juru kunci di penyisihan grup Liga Europa.
Mereka yang dipecat
Kursi manajer di Liga Primer Inggris memang selalu panas. Tidak hanya Koeman yang dipecat karena performa buruk Everton. Memasuki pekan ke-15, sudah lima manajer dipecat karena dianggap gagal mengangkat prestasi klub. Sebut saja Frank de Boer (Crystal Palace), Craig Shakespeare (Leicester City), Slaven Bilic (West Ham United), dan Tony Pulis (West Bromwich Albion).
Frank de Boer mengalami nasib yang lebih miris dibandingkan Koeman. De Boer dipecat dari kursi manajer Crystal Palace hanya 77 hari setelah menjabat atau saat Liga Inggris musim 2017/2018 memasuki pekan keempat.
Pemecatan De Boer menyusul hasil buruk Crystal Palace yang belum pernah sekali pun menang dan mencetak satu pun gol dalam empat laga awal Liga Inggris. Manajer asal Belanda itu lalu digantikan Roy Hodgson yang pernah menangani Blackburn Rovers, Fulham, dan Liverpool.
Adapun Craig Shakespeare menjadi manajer kedua di Liga Inggris yang dipecat pada musim ini. Leicester City resmi memutuskan kontrak Shakespeare pada 17 Oktober terkait performa buruk ”Si Rubah” yang hanya mencatatkan satu kemenangan dari delapan laga.
Leicester hanya meraih enam poin dari delapan pertandingan sehingga terperosok di peringkat ke-18 atau urutan ketiga dari bawah klasemen. Manajemen klub kemudian menunjuk Claude Puel sebagai pengganti Shakespeare.
Sementara Slaven Bilic dipecat dari West Ham United pada Senin (6/11) setelah klub berjuluk ”The Hammers” itu terjerembab di zona degradasi. Hasil ini mengecewakan manajemen dan pendukung mengingat West Ham telah mendatangkan sejumlah pemain top, seperti Javier ”Chicarito” Hernandez, Marko Arnautovic, dan kiper Joe Hart, pada awal musim ini. Bilic, yang berhasil menempatkan West Ham di posisi ketujuh musim 2015/2016, langsung digantikan David Moyes.
Pemilik klub menunjuk Moyes sebagai pengganti Bilic karena sepak terjangnya di Liga Inggris, termasuk pernah menangani Manchester United pada musim 2013-2014 dan Everton selama 11 tahun.
Terakhir adalah Toni Pulis yang baru dua pekan lalu dipecat dari kursi manajer West Bromwich Albion. Ditangani Pulis, West Bromwich terpuruk di peringkat ke-17 klasemen musim ini setelah dalam 11 laga terakhir tidak meraih satu pun kemenangan, termasuk kekalahan 0-4 dari Chelsea.
Pemilik klub asal China, Gouchuan Lai, rupanya kehilangan kesabaran saat menonton langsung West Bromwich dipecundangi Chelsea. Untuk itu, petinggi klub langsung memutuskan kontrak Pulis dan menunjuk Alan Pardew sebagai penggantinya. ”Keputusan ini tidak diambil dengan mudah, tetapi demi kepentingan klub,” ujar John Williams, petinggi West Bromwich.
Dari lima manajer baru yang masuk menggantikan mereka yang dipecat, hanya dua orang yang saat ini meraih hasil positif, yakni Sam Allardyce dan Claude Puel.
Tidak semua berpengaruh
Namun, tidak semua hilir mudik manajer berpengaruh pada performa klub. Dari lima manajer baru yang masuk menggantikan mereka yang dipecat, hanya dua orang yang saat ini meraih hasil positif, yakni Sam Allardyce dan Claude Puel.
Sejak menggantikan Craig Shakespeare, capaian Claude Puel dapat dibilang lebih nyata dalam mengangkat prestasi Leicester City dibandingkan Sam Allardyce yang baru menjalani satu laga bersama Everton. Di bawah besutan Puel selama lima pekan, Leicester telah mencatatkan tiga kemenangan dari enam laga.
Hasil itu membuat posisi Leicester terdongkrak lima peringkat dari urutan ke-14 menjadi posisi ke-9 klasemen dengan mengantongi 20 poin. Dalam laga terakhir di Stadion King Power, Sabtu (2/12), Leicester menaklukkan Burnley 1-0.
Adapun Roy Hodgson, David Moyes, dan Alan Pardew belum membuat perubahan yang berarti bagi klub mereka sejak ditunjuk menjadi pengganti manajer yang lama. Crystal Palace dan West Ham United masih terjebak di zona degradasi, sedangkan West Bromwich hanya berada satu peringkat di atas zona merah itu.
Kehadiran Moyes di West Ham untuk menggantikan Slaven Bilic belum menjanjikan. Dalam empat laga terakhir, West Ham bahkan tiga kali kalah dan satu kali imbang. Kondisi ini membuat klub semakin terpuruk dan posisinya melorot di peringkat ke-19 klasemen.
Roy Hodgson juga belum membawa kemajuan bagi Crystal Palace sejak menjabat manajer pada pertengahan September silam. Posisi Crystal Palace hanya satu peringkat di atas West Ham dengan sama-sama mengantongi 10 poin. Adapun Alan Pardew baru menjalani satu laga dengan West Bromwich dengan hasil imbang melawan Crystal Palace.
Liga Primer Inggris akan menjelang akhir paruh musim, tetapi hilir mudik manajer telah berlangsung di sejumlah klub. Badai pemecatan terhadap sang arsitek tampaknya belum tentu akan berakhir jika performa klub masih jauh panggang dari api. (AFP/Reuters)