Uji Kelayakan, Calon Panglima TNI Soroti Ancaman Dunia Siber
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Calon panglima Tentara Nasional Indonesia Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto saat ini, Rabu (6/12), mengikuti proses uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam penyampaian visi dan misinya, Hadi menyoroti ancaman terhadap keamanan negara yang terjadi karena perkembangan teknologi komunikasi.
Hadi mulai memasuki ruangan Komisi I DPR sekitar pukul 10.43. Hadi datang ke Kompleks DPR dengan diantar oleh Panglima TNI saat ini Jenderal Gatot Nurmantyo. Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mulyono dan Kepala Staf Angkatan Laut Ade Supandi juga turut hadir mengantar, tetapi ketiganya tidak turut mengantar Hadi hingga ruangan Komisi I.
Hadi datang ke Kompleks DPR diantar oleh Panglima TNI saat ini Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Mulyono, dan Kepala Staf Angkatan Laut Ade Supandi.
Sebelumnya, pada Senin Menteri Sekretaris Negara Pratikno menyerahkan langsung surat yang ditandatangani Presiden Joko Widodo kepada Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Kompleks DPR.
Surat itu tentang rencana pemberhentian dengan hormat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan rencana pengangkatan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai panglima baru TNI. Gatot yang berasal dari Angkatan Darat akan memasuki masa pensiun pada Maret 2018.
”Mengantar saja. Sebagai wujud (kesiapan walaupun) KSAD, KSAL adalah seniornya Pak Hadi secara akademik tiga tahun. Dengan ini KSAD dengan KSAL mengatakan kepada saya siap untuk dipimpin Pak Hadi, begitu DPR sudah memberikan persetujuan dan Pak Hadi dilantik. Ini penting karena dalam akademi militer, senior sama yuniornya agak gimana. Dengan demikian, KSAD dan KSAL siap dipimpin Pak Hadi,” ujar Gatot.
Gatot mengatakan penunjukan KSAU menjadi calon Panglima TNI sangat tepat. Ia mengakui akan tulus dan ikhlas memberikan tongkat komando kepemimpinan TNI kepada Hadi serta siap memberikan dukungan.
”Kami yakin bahwa Pak Hadi mampu memimpin, khususnya menghadapi tahun politik,” kata Gatot.
Di hadapan Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari dan anggota Komisi I lainnya, Hadi menyampaikan visi dan misinya untuk TNI ke depan. Menurut Hadi, perkembangan teknologi, komunikasi, dan transportasi telah mengubah model interaksi antarmanusia dan negara.
Perkembangan tersebut menciptakan fenomena baru yang mengubah perspektif ancaman terhadap keamanan negara yang berbeda dari yang pernah ada sebelumnya.
Hadi menyampaikan TNI perlu merespons perkembangan sekaligus tantangan ancaman dari pergeseran dinamika global.
”Tentara Nasional Indonesia perlu mentransformasi dirinya menjadi suatu organisasi pertahanan negara yang profesional, modern, dan tangguh. Guna menjadikan TNI sesuai dengan semangat transformasi tersebut diperlukan payung hukum yang kuat, penyesuaian yang integratif, pengembangan sumber daya manusia yang berjiwa satria, loyal, dan profesional yang dilengkapi dengan perlengakapan alutsista yang modern sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sebagaimana yang diamanatkan dalam konstitusi,” kata Hadi.
Dalam penjabaran visi dan misinya, Hadi menyampaikan, kondisi pergeseran kekuasaan yang ditandai dengan dinamika yang terjadi pada beberapa aliansi negara bertambah rumit disebabkan ancaman yang berasal dari faktor nonnegara, misalnya terorisme.
Menurut dia, terorisme yang menjadi ancaman global semakin perlu diwaspadai karena telah memasuki kawasan yang dekat dengan Indonesia, yaitu Filipina.
Menurut Hadi, terorisme terbukti bermuara pada proxy war. Terorisme juga menemukan momentumnya karena melalui jaringan di media sosial dan internet, para teroris dapat membangkitkan sel-sel jaringannya yang selama ini tidak aktif untuk melakukan kegiatan teror.
”Perang siber adalah ancaman serius pada era informasi saat ini,” kata Hadi.
Hadi juga menyoroti sebaran aktivitas media sosial yang mampu menciptakan instabilitas di masyarakat Indonesia. Aktivitas media sosial yang kadang bersumber dari berita hoaks, bahkan dinilai mampu memobilisasi masyarakat untuk suatu tindakan, tidak jarang menciptakan konflik di masyarakat.
Terorisme terbukti bermuara pada proxy war. Terorisme juga menemukan momentumnya karena melalui media sosial dan internet, para teroris dapat membangkitkan sel-sel jaringannya yang selama ini tidak aktif untuk melakukan kegiatan teror.
Menurut Hadi, tugas TNI menjadi sangat relevan untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut.
Saat ini, Hadi masih mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPR. Setelah penjabaran visi dan misi serta program prioritas TNI ke depan, rapat kemudian dilakukan secara tertutup. (DD14)