SERANG, KOMPAS–Sejumlah daerah bersiap melaksanakan Outbreak response immunization (ORI) atau imunisasi difteri, pertusis, tetanus (DPT)/difteri-tetanus (DT) yang diberikan ulang kepada anak ketika terjadi kejadian luar biasa di suatu wilayah. Hal itu bertujuan memutus mata rantai penularan difteri yang merebak di berbagai daerah di Indonesia.
Sebagaimana diberitakan Kompas, Kamis (7/12), merebaknya kasus difteri di sebagian wilayah Indonesia membuat tindakan penanganan perlu segera dilakukan. Untuk itu, langkah awal yang akan dilakukan adalah melalui program outbreak response immunization. Program ini akan diprioritaskan pada wilayah dengan kejadian luar biasa difteri.
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, Banten, akan memulai imunisasi difteri secara menyeluruh pada pekan depan. Sasaran kegiatan yang disebut outbreak response immunization atau ORI itu, yakni warga dengan usia hingga 19 tahun. Kepala Dinas Kesehatan Serang Sri Nurhayati di Serang, Rabu (6/12), mengatakan, jumlah sasaran ORI di Serang sekitar 526.000 orang. Langkah yang dilakukan sebagai respons mengatasi meluasnya penyebaran difteri.
“Pekan ini, koordinasi dengan Kementerian Kesehatan akan dikuatkan. Selanjutnya, ORI akan dilakukan secara menyeluruh pekan depan,” katanya. Pihaknya masih menghitung persediaan vaksin dan serum difteri yang dimiliki Pemkab Serang. Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi Banten berkomitmen membantu ORI.
“Kami berharap, Pemprov Banten punya kesamaan persepsi. Pemprov Banten bisa mengeluarkan instruksi untuk mendukung imunisasi,” katanya. Petugas puskesmas, rumah sakit, hingga organisasi profesi kesehatan akan dilibatkan. Selain itu, camat dan kepala desa akan melakukan sosialisasi.
“Kami sudah mendapatkan instruksi untuk melakukan imunisasi secara penuh. Kegiatan itu dilakukan secara lintas sektoral,” katanya. Pada tahun 2017 sejauh ini, jumlah warga Kabupaten Serang yang terserang difteri sebanyak 12 orang. Dari jumlah itu, dua orang diantaranya meninggal dunia.
“Sesuai prosedur, kami sudah melakukan berbagai upaya. Pertama, kami petakan wilayah-wilayah yang berpotensi difteri. Kedua, kami melakukan ORI,” katanya. Imunisasi sudah dilakukan September 2017. Namun, baru masyarakat di 7 kecamatan yang mendapatkannya yakni Lebakwangi, Padarincang, Kragilan, Cikande, Ciruas, Baros, dan Jawilan.
Menurut Kepala Dinkes Banten Sigit Wardojo, pihaknya siap menyalurkan vaksin dan serum difteri kepada pemerintah kabupaten dan kota yang membutuhkannya. Pengadaan vaksin dan serum itu dilakukan pemerintah pusat. Selama ini, penyaluran vaksin dan serum difteri berjalan lancar.
Hal serupa juga akan dilakukan di Jawa Barat. Kepala Dinas Kesehatan Jabar Dodo Suherman mengatakan, bila dibiarkan, difteri sangat berbahaya. Tanpa imunisasi, penularan difteri sangat tinggi dan mematikan. Masa inkubasi difteri, kata Dodo, sangat singkat, antara 2-5 hari dengan gejala batuk dan demam seperti flu.
Tahun ini, total ada 116 kasus dengan 13 orang meninggal dunia. Jumlah meninggal dunia itu meningkat dari tahun lalu, sebanyak 10 orang dari total kasus 121 kejadian.
"Untuk meminimalkan penularan, kami menyediakan 34 vial vaksin difteri dan di masing - masing daerah ada persediaan 10 vial. Jumlah itu untuk kasus mendesak. Untuk suplai yang lebih besar kami akan dibantu kemenkes. Kami akan sediakan sesuai kebutuhan masyarakat," katanya.
Antisipasi
Merebaknya kasus difteri di Indonesia langsung di antisipasi di daerah. Di Kalimantan Tengah, monitoring dan evaluasi langsung dilakukan dan ditemukan satu pasien yang diduga terserang difteri dan langsung dilakukan pemeriksaan mendalam.
“Ada satu yang suspect tetapi belum positif, meskipun demikian kami langsung periksa riwayat dan kontaknya di lingkungan pasien,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Suprastija Budi di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu (6/12).
Budi mengatakan, pihaknya telah melakukan rapat bersama seluruh kepala dinas kesehatan dari 14 kabupaten di Kalimantan Tengah. Rapat tersebut membahas tindakan monitoring dan evaluasi kasus difteri di daerah.
“Cakupan imunisasinya juga kami pantau terus sampai saat ini daerah yang cakupannya rendah langsung kami tindak segera,” kata Budi.
Sejak awal tahun sampai saat ini pihaknya sudah melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di sekolah-sekolah di seluruh Kalimantan Tengah. Beberapa imunisasi tersebut juga termasuk imunisasi difteri untuk pencegahan. “Imunisasi merupakan jalan terbaik saat ini untuk pencegahan, apalagi di Kalteng belum signifikan kasusnya,” kata Budi.
Kepala Bagian Diklat Sumber Daya Manusia (SDM) dan Hubungan Masyarakat Rumah Sakit Umum Daerah Doris Sylvanus Theodorus mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum menemukan kasus difteri yang dibawa ke rumah sakit. “Kalau ada kami akan langsung laporkan ke dinas terkait supaya bisa dilihat langsung ke lingkungan pasien tinggal,” ungkapnya. (ODY/BAY/SYA/ADY/IDO)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.