Unjuk Rasa Anti-AS Meluas
JERUSALEM, JUMAT — Aksi protes atau unjuk rasa menyebar di Timur Tengah hingga Asia Tenggara sebagai reaksi atas langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Warga Palestina menggelar ”hari kemurkaan” (day of rage), Jumat (8/12). Seusai shalat Jumat waktu setempat bakal ada aksi besar-besaran di Jerusalem, Tepi Barat, dan Gaza.
Massa warga Palestina ingin memperlihatkan kemarahan dan sikap anti-AS. Israel pun memperbanyak jumlah tentara dan polisinya di Jerusalem.
Massa warga Palestina ingin memperlihatkan kemarahan dan sikap anti-AS yang berlebih. Untuk mengantisipasi aksi tersebut, Israel pun memperbanyak jumlah tentara dan polisi di Jerusalem.
Beberapa jam sebelumnya beberapa proyektil ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel, tetapi hanya satu di antaranya yang jatuh di teritorial Israel, kata militer Israel.
Aksi penembakan dari Gaza itu dibalas dengan serangan oleh angkatan darat dan udara ke dua pos penjagaan di Gaza, yang oleh Israel disebut sebagai ”dua pos teroris”.
Pasukan Israel membubarkan para demonstran dengan tembakan gas air mata ketika aksi berlangsung di dekat sebuah pos pemeriksaan di Ramallah, Tepi Barat.
Hamas telah menyerukan demonstrasi besar-besaran seusai shalat Jumat. Sebagian besar toko dan sekolah Palestina di Jerusalem timur dan Tepi Barat telah ditutup sejak Kamis.
Pihak Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan, 22 orang terluka akibat tembakan peluru tajam dan dan peluru karet di Tepi Barat.
Hamas telah menyerukan demonstrasi besar-besaran seusai shalat Jumat. Sebagian besar toko dan sekolah Palestina di Jerusalem timur dan Tepi Barat telah ditutup sejak Kamis.
Ratusan ribu warga yang membanjiri kota-kota di Palestina, Jumat, marah besar atas langkah Trump yang secara resmi mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Ia merobohkan bangunan diplomasi yang dipertahankan dengan hati-hati oleh para pendahulunya selama puluhan tahun.
”Dengan keputusan ini, AS menjadi negara yang sangat kecil di dunia, seperti Mikronesia,” kata Salah Zuhikeh (55), warga kota tua Jerusalem, menyindir langkah Trump tersebut.
Rencana kunjungan Wakil Presiden AS untuk menemui Presiden Mahmoud Abbas, yang telah dijadwalkan akhir Desember ini, diperkirakan bakal dibatalkan karena ada penolakan dari berbagai pihak di Palestina.
Seorang pejabat senior Palestina mengatakan, Wakil Presiden AS Mike Pence ”tidak diterima di Palestina” menyusul perubahan kebijakan AS yang mengakhiri ambiguitas AS selama hampir 70 tahun mengenai status Jerusalem yang disengketakan tersebut.
Pence dijadwalkan bertemu Presiden Palestina pada akhir Desember dalam sebuah lawatan regional. Seorang anggota senior faksi Fatah mengatakan, Abbas takkan menemuinya.
”Wakil Presiden AS tidak diterima di Palestina dan Presiden Abbas tidak akan menyambutnya,” kata Jibril Rajoub, tokoh senior Fatah.
Gedung Putih mengatakan, penolakan oleh Palestina atas Pence merupakan langkah yang ”kontraproduktif” atas pertemuan Pence dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas akhir bulan ini.
Israel juga telah mengerahkan ratusan tentara ke Tepi Barat yang diduduki di tengah ketidakpastian mengenai dampak tersebut.
Israel juga telah mengerahkan ratusan tentara ke Tepi Barat yang diduduki di tengah ketidakpastian mengenai dampak tersebut.
Aksi unjuk rasa juga terjadi di Kedutaan Besar AS di Medan Merdeka, Jakarta, dan Kuala Lumpur, Malaysia. Gelombang protes serupa terjadi di Jordania, Lebanon, Turki, dan juga Tunisia.
Setidaknya 5.000 orang berkumpul di sekitar Kedubes AS di Kuala Lumpur untuk menentang pengakuan AS atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Bahkan terdengar teriakan anti-AS. Ribuan orang juga berdemonstrasi menentang langkah Trump di Istanbul, Turki.
Pemimpin Hezbollah Lebanon, Hassan Nasrallah, menyerukan demonstrasi massal pada Senin (11/12) ”untuk memprotes dan mengecam agresi AS ini”.
Dalam sebuah pidato di kota Gaza, pemimpin Hamas, Ismail Haniya, menyerukan intifada baru atau pemberontakan massal warga Palestina terhadap Israel.
Langkah Trump membuat banyak sekutu AS yang marah berusaha untuk melakukan respons diplomatik. Mereka mendesak pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB dilakukan pada Jumat (8/12).
Pengumuman Trump telah disambut oleh reaksi diplomatik di banyak negara, termasuk negara-negara yang menjadi sekutu dekat AS.
Donald Trump mengatakan, langkah kontroversial itu untuk menandai dimulainya ’pendekatan baru’ bagi penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Trump mengatakan, langkah kontroversial itu selain untuk memenuhi janji kampanye tahun 2016 juga untuk menandai dimulainya ”pendekatan baru” bagi penyelesaian konflik Israel-Palestina.
”Sekarang saatnya untuk secara resmi mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel,” katanya, Rabu lalu atau Kamis (7/12) dini hari WIB, di Gedung Putih.
Kepala Urusan Diplomatik Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan, keputusan Donald Trump dapat membawa wilayah Timur Tengah ”mundur ke masa yang paling gelap”.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ”sangat prihatin” atas langkah Trump dan menyerukan agar Palestina dan Israel memperbarui perundingan damai mereka. Seruan seperti ini datang dari banyak pemimpin dunia, baik tokoh pemerintah maupun agama.
Mahmoud Abbas mengatakan, tindakan apa pun yang merusak status hukum dan historis Jerusalem tidak sah. Ia juga memperingatkan, keputusan Trump akan memiliki dampak yang berbahaya.
Dalam sebuah pernyataan bersama dengan Raja Jordania Abdullah II, Abbas mengatakan, ”Tindakan apa pun yang merusak status hukum dan historis Jerusalem tidak sah dan memperingatkan keputusan Trump akan memiliki dampak yang berbahaya.” (AFP/REUTERS)