GUNUNG KIDUL, KOMPAS — Pemulihan wilayah yang terkena bencana banjir di selatan Jawa ditargetkan selesai dalam tiga bulan. Pemulihan difokuskan pada kerusakan infrastruktur yang berdampak mengganggu aktivitas masyarakat. Pemerintah pusat dan daerah telah menyiapkan dana.
Presiden Joko Widodo memastikan bantuan dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk memperbaiki kerusakan infrastruktur akibat siklon tropis Cempaka dan Dahlia. Presiden memerintahkan kementerian dan lembaga negara terkait guna mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menangani dampak bencana alam.
"Saya ingin memastikan di lapangan, mana yang harus dikerjakan pemerintah daerah, mana yang akan dikerjakan pemerintah pusat," kata Presiden saat meninjau Jembatan Bonjing, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (9/12) siang.
Saya ingin memastikan di lapangan, mana yang harus dikerjakan pemerintah daerah, mana yang akan dikerjakan pemerintah pusat.
Presiden juga memerintahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memberikan bantuan bagi warga yang kehilangan tempat tinggal. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diinstruksikan menangani sekolah-sekolah yang rusak karena bencana.
Salah satu contoh peran pemerintah pusat dalam memperbaiki infrastruktur yang rusak karena bencana alam, demikian Presiden, adalah perbaikan Jembatan Bonjing di Gunung Kidul. Perbaikan jembatan yang rusak akibat banjir, Selasa (28/11), itu akan dikerjakan pemerintah pusat.
Penyebabnya, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul tidak memiliki anggaran untuk memperbaiki jembatan. Padahal, jembatan itu sangat penting untuk menunjang lalu lintas masyarakat di Dusun Gelaran I, Desa Bejiharjo.
Presiden menambahkan, perbaikan jembatan akan dikerjakan BNPB atau Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Jembatan Bonjing sepanjang 50 meter dan lebar 2 meter merupakan penghubung dua wilayah di Dusun Gelaran I yang dipisahkan Sungai Oya. Setelah jembatan putus pada akhir November lalu, 95 keluarga di Dusun Gelaran I kesulitan menjalankan aktivitas karena jembatan itu merupakan akses satu-satunya untuk menyeberangi Sungai Oya.
Kepala Dusun Gelaran I Husin Pamungkas (29) mengatakan, setelah jembatan putus, warga menyeberangi Sungai Oya dengan perahu karet. Kini ada dua perahu karet tersedia.
"Kalau lewat jalan darat, kami harus memutar sampai 30 kilometer dan kondisi jalan sangat jelek," katanya.
Husin menambahkan, putusnya Jembatan Bonjing mengganggu aktivitas belajar puluhan pelajar di Dusun Gelaran I. Mereka terpaksa belajar di sekolah darurat dengan mendatangkan guru dari luar dusun. Jumlah pelajar yang mengikuti sekolah darurat sekitar 70 orang, dari tingkat pendidikan anak usia dini hingga SMA.
"Agar sekolah darurat bisa berjalan, para guru kami seberangkan supaya bisa masuk ke dusun kami," ujar Husin.
Pacitan
Tidak hanya di Gunung Kidul, model pemulihan itu juga diterapkan di wilayah lain, seperti Pacitan, Jawa Timur. Kemarin sore, setelah dari Gunung Kidul, Presiden menggunakan helikopter mendatangi lokasi bencana banjir di Pacitan. Presiden melihat langsung pengerjaan tanggul Sungai Grindili yang jebol karena banjir bandang, akhir November lalu.
Presiden juga meninjau Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan, Pondok Perguruan Islam Tremas Pacitan, dan Pondok Pesantren Alfattah. Presiden berdialog dengan warga, guru, dan pengasuh pesantren. Timbunan lumpur masih terlihat di jalanan, halaman sekolah, area pondok pesantren, dan halaman permukiman warga.
Dalam waktu tiga bulan harus sudah selesai pemulihan infrastrukturnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei mengatakan, saat ini fokus penanganan bencana adalah menginventarisasi kerusakan. Pemulihan kerusakan infrastruktur juga menjadi perhatian serius. "Dalam waktu tiga bulan harus sudah selesai pemulihan infrastrukturnya. Yang memiliki nilai strategis, menghalangi akses, harus segera dilakukan (perbaikan). Termasuk pemulihan sosial ekonomi," kata Willem. (HRS/NDY)