Uni Eropa Bakal Tetap Dorong Solusi Dua Negara
BRUSSELS, SENIN — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bakal mendapat tekanan berat dari Eropa ketika akan bertemu para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Belgia, Senin (11/12) siang waktu setempat atau Senin sore WIB.
Sebelum pertemuan itu, Netanyahu terlebih dahulu bertemu dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini.
Tidak diungkap apa inti pertemuan informal keduanya. Namun, Netanyahu memuji langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Sementara Mogherini mengecam serangan terhadap orang-orang Yahudi di sejumlah negara, baik di Timur Tengah maupun di Eropa.
Netanyahu memuji langkah Presiden AS Donald Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel, sedangkan Mogherini mengecam serangan terhadap orang-orang Yahudi di sejumlah negara di dunia.
Seusai bertemu dengan Mogherini, Netanyahu menyatakan harapannya agar negara-negara Eropa mengikuti langkah Presiden AS yang mengakui status baru Jerusalem.
Selain mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel, blok ke-28 negara Eropa itu oleh Netanyahu diharapkan juga akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Jerusalem.
”Hal itu bakal membuat perdamaian menjadi mungkin karena pengakuan atas realitas merupakan substansi dari perdamaian, landasan bagi perdamaian,” kata Netanyahu ketika disambut Mogherini sebelum pertemuan dengan para menteri luar negeri Uni Eropa.
Pemimpin Israel itu bakal menghadapi tekanan yang kuat dari Uni Eropa pada pertemuan Senin (11/12), yakni agar dia kembali memulai perundingan damai yang sudah hampir mati antara Israel dan Palestina.
Menurut Netanyahu, sudah ada upaya untuk mengajukan proposal perdamaian baru oleh Pemerintah AS. ”Saya pikir, kita harus melapangkan jalan bagi perdamaian. Saya pikir, kita harus melihat apa yang ditawarkan dan apakah kita bisa memajukan perdamaian ini,” ujarnya.
Sekalipun penuh optimisme, pemimpin Israel itu bakal menghadapi tekanan yang kuat dari Uni Eropa pada pertemuan Senin (11/12), yakni agar dia kembali memulai perundingan damai yang sudah hampir mati antara Israel dan Palestina.
Uni Eropa berharap proses perdamaian segera dilaksanakan menyusul kritik luas terhadap keputusan Washington untuk mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Netanyahu berada di Brussels untuk pertemuan informal dengan para menteri luar negeri Uni Eropa yang dipastikan akan mendesaknya guna ”melanjutkan negosiasi yang penuh arti”, kata Mogherini sebelum pertemuannya dengan Netanyahu.
Pertemuan Netanyahu dengan para menteri luar negeri Uni Eropa terjadi setelah ia bertemu dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron di Paris, Minggu (10/12). Saat itu, Macron mendesak Netanyahu untuk menghentikan pembangunan permukiman dan kembali memperhatikan nasib warga Palestina.
Berbicara di samping Netanyahu pada Minggu, Macron kembali mengecam keputusan Trump karena ”bertentangan dengan hukum internasional dan berbahaya bagi proses perdamaian”.
”Saya mendesak Perdana Menteri untuk menunjukkan keberanian dalam masalah Palestina agar membawa kita keluar dari jalan buntu saat ini,” ujar Macron kepada Netanyahu.
Saya mendesak Perdana Menteri untuk menunjukkan keberanian dalam masalah Palestina agar membawa kita keluar dari jalan buntu saat ini, kata Macron kepada Netanyahu.
”Perdamaian tidak bergantung pada AS semata, tetapi tergantung pada kapasitas pemimpin Israel dan Palestina untuk melakukannya,” lanjut Presiden Perancis itu.
Sebelumnya Mogherini juga menegaskan bahwa Jerusalem harus menjadi ibu kota baik bagi Israel maupun ibu kota masa depan Palestina.
”Uni Eropa memiliki posisi yang jelas dan padu. Kami yakin, satu-satunya solusi realistis untuk konflik antara Israel dan Palestina didasarkan pada dua negara itu dan Jerusalem sebagai ibu kota keduanya,” tutur Mogherini dalam sebuah konferensi pers.
Dengan pernyataan tersebut, jelas bahwa Uni Eropa mendorong proses perdamaian Israel-Palestina dengan hasil akhirnya adalah solusi dua negara dan penentuan status Jerusalem bagi kedua negara itu.
Sebagian besar anggota Uni Eropa telah menyatakan kekhawatirannya atas perubahan kebijakan Trump.
Keputusan Trump atas status Jerusalem itu ’memiliki potensi untuk membawa kita mundur ke masa yang lebih gelap daripada yang telah kita lalui’.
Mogherini telah memperingatkan, keputusan Trump atas status Jerusalem itu ”memiliki potensi untuk membawa kita mundur ke masa yang lebih gelap daripada yang telah kita lalui”.
Berbicara kepada wartawan di Brussels, akhir pekan lalu, Mogherini mengulangi pendirian Eropa, yakni ”satu-satunya solusi yang realistis” untuk perdamaian adalah solusi dua negara.
Namun, blok yang beranggotakan 28 negara itu tidak bersatu dalam masalah tersebut. Hongaria, Yunani, Lithuania, dan Ceko menyukai hubungan yang lebih hangat dengan Israel.
Ketika berita ini diturunkan, pertemuan antara Netanyahu dan para menteri luar negeri Uni Eropa sedang berlangsung.
Sementara Presiden Palestina Mahmoud Abbas akan bertemu dengan para pemimpin Arab di Kairo, Mesir, untuk menggalang dukungan bagi perjuangannya mempertahankan Jerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan Palestina.
Abbas akan bertemu dengan Presiden Abdel Fatah el-Sisi, yang telah menjadi mediator dalam perundingan damai Israel-Palestina sebelumnya.
Dia akan bertolak ke Turki untuk pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) demi membahas langkah Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. (AFP/REUTERS/AP)