Indonesia Baru Miliki 1.200 MW Pembangkit Energi Baru Terbarukan
Oleh
Andreas Maryoto
·3 menit baca
PARIS, KOMPAS — Pemerintah terus berupaya memperbanyak pembangkit listrik energi baru terbarukan. Meski masih di bawah target, jumlahnya terus meningkat. Saat ini listrik yang dihasilkan dari pembangkit energi baru terbarukan sudah mencapai lebih dari 1.200 MW.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan di Paris, Perancis, mengatakan, Indonesia pada tahun 2025 menargetkan porsi pembangkit listrik bersumber energi baru terbarukan harus mencapai 25 persen dari total seluruh pembangkit listrik yang ada.
”Saat ini porsinya sudah mencapai 12,9 persen. Kami optimistis pada 2025 sudah mencapai di atas 20 persen,” ujar Jonan sebagaimana dilaporkan wartawan harian Kompas, Andreas Maryoto, dari Paris, Selasa (12/12).
Saat ini porsinya sudah mencapai 12,9 persen. Kami optimistis pada 2025 sudah mencapai di atas 20 persen.
Jonan berada di Perancis dalam rangka penandatanganan nota kesepahaman terkait pembangkit tenaga bayu (PLTB) dan surya (PLTS). Pemerintah melakukan penandatanganan kesepakatan pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan dengan sejumlah perusahaan asal Perancis.
Direktur Utama PT PLN Sofyan Basyir mengatakan, penandatanganan tiga pembangkit, yaitu satu tenaga bayu dan dua tenaga surya, di Paris ini merupakan penandatanganan kesekian kalinya terkait proyek pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan. Penandatanganan ini merupakan tambahan dari yang sudah ditandatangani 1.200 MW dari total 69 proyek pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan. Dengan penandatanganan ini, ada penambahan tiga proyek pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan.
Penandatanganan tiga nota kesepahaman pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan di Paris ini adalah untuk PLTB Tanah Laut di Kalimantan Selatan berkapasitas 70 MW dengan pengembang konsorsium Pace Energy Pte Ltd dan PT Juvisk Tri Swarna. Target COD 24 bulan dari financial date (FD), yakni tahun 2020, dan nilai investasi sebesar 153,738 juta dollar AS.
Proyek yang kedua PLTS Bali 1 di Kabupaten Karangasem berkapasitas 50 MW dengan pengembang konsorsium Equis Energy Indonesia dan PT Infrastruktur Terbarukan Fortuna. Target COD 20 bulan dari FD, yakni 2020, dan nilai investasi 91,6 juta dollar AS.
Proyek ketiga adalah PLTS Bali 2 di Kabupaten Jembrana berkapasitas 50 MW dengan pengembang Aquo Energy Indonesia Ltd. Target COD 20 bulan dari FD, yakni tahun 2020, dan nilai investasi 91,6 juta dollar AS.
”Ada beberapa tahap sesuai dengan kebutuhan sistem yang ada. Ini menurut saya sepanjang sejarah PLN baru sekarang ini bahwa komitmen energi baru terbarukan sangat tinggi tetapi tetap memperhatikan keekonomiannya. Keekonomiannya dijaga jangan sampai mengangkat harga pokok energi. Proyek ini bermanfaat untuk lokasi yang terpencil dan pedalaman. Sementara kita pakai angin atau tenaga surya,” kata Sofyan.
Menurut dia, total sumber energi terbarukan di Indonesia sekarang ini mencapai 12,9 persen dari keseluruhan pembangkit listrik yang ada. PLN menilai target hingga 25 persen pembangkit listrik energi baru terbarukan pada 2025 cukup realistis. Pembangunan sejumlah PLTA akan membantu memenuhi target ini. ”Kami akan mengejar target ini dengan PLTA di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,” katanya.