Teroris di Sumsel Rencanakan Penyerangan Mapolres OKU dan Mako Brimob Depok
Oleh
Rhama Purna Jati
·4 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS -- Polisi telah menetapkan enam orang tersangka terhadap 12 teduga teroris yang ditangkap pada Minggu (10/12) lalu. Mereka diduga telah mempersiapkan penyerangan ke Polres Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan dan Markas Komando Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat.
Hal ini disampaikan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara saat dihubungi, Rabu (13/12). Rencana penyerangan itu terungkap dari keterangan sejumlah tersangka yang saat ini tengah diperiksa oleh penyidik dari Densus 88 Anti teror Polri di markas Brimob Polda Sumsel. "Saat ini terus dilakukan pengembangan," jelas Zulkarnain.
Kelompok teroris yang ditangkap ini bermarkas di JL SP 1, Trans Barito, Desa Lubai Persda, Kecamatan Lubai Ulu, Kabupaten Muara Enim pimpinan Solihin. Mereka merupakan teroris yang melarikan diri dari berbagai aktivitas terorisme di Jawa Timur, Solo, dan Poso. "Mereka membuat kelompok sendiri yang dipimpin langsung oleh Solihin.
Bahkan, skema penyerangan itu sudah sampai pada mempersiapkan lima orang yang akan dijadikan "pengantin" amaliyah. Mereka bernama Jafar Saputra alias Fajar, Irfai, , Zakri, Slamet Widodo, dan Abdul Majid, Bahkan Solihin menggerakan dan mempublikasikan rencana ini kepada pendukung Dullah di Indonesia untuk bergabung di komplek pelatihan yang dia buat.
Fajar tergiur mengikuti arahan dari Solihin lantaran adanya doktrin radikan dimana pengantin akan mendapat upah masuk surga dengan didampingi bidadari cantik. Doktrin ini terus disampaikan Solihin di pengajiannya sehingga tertanam kuat di setiap benak anggotannya," ujarnya.
Rencananya, target sasaran penyerangan adalah Markas Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan dan Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Kedua tempat ini disasar lantaran mereka menganggap polisi adalah penghalang aksi mereka. Tujuan lain adalah untuk membebaskan tahanan teroris.
Target sasaran penyerangan adalah Markas Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan dan Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Bahkan, di kawasan pondok pengajian tersebut,terdapat tempat pelatihan fisik dan memanah bagi para anggota sehingga saat dinilai siap penyerangan akan dilakukan. Penyerangan juga dilakukan untuk merebut senjata yang ada di markas kepolisian.
Jaringan ini diduga terafiliasi dengan Jamaah Anashar Dualah/Khilafah (JAD/JAK). Penangkapan tersangka teroris ini juga hasil pengembangan dari sejumlah kasus terorisme yang ada di Sumatera Selatan.
Berdasarkan catatan, pada April 2016, Detasemen Khusus 88 Mabes Polri pernah menangkap Asep Nurjaman, dan Ramadani di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan. Selanjutnya pada Maret 2017, Polda Sumsel kembali menangkap dua tersangka jaringan Abu Faisal yang berperan memasok senjata api rakitan (Senpira) untuk kegiatan terorisme. Keduanya adalah Edi Waluyo (39) dan Rahmat Chandra (41) juga di Kabupaten OKU selatan.
Zulkarnain menuturkan, sampai saat ini, penyidik masih terus mengembangkan kasus ini. "Ada kemungkinan beberapa pelaku akan dibawa ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan lanjutan," kata dia. Penangkapan terduga terorisme ini juga untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat terutama jelang natal dan tahun baru.
Berdasarkan laporan dari lapangan, ujar Zulkarnain, para terduga terorisme tersebut dikenal sangat tertutup dengan masyarakat. Zulkarnain berharap agar masyarakat lebih peduli untuk memperhatikan lingkungannya. "Jika ada tindakan yang mencurigakan segera laporan," kata dia.
Pantauan Kompas di tempat tinggal salah satu terduga teroris yakni SU yang terletak di Lorong Perdamaian, Kelurahan Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami, Palembang menunjukan kondisi rumah tampak sepi. Hanya ada seseorang penghuni rumah yang mengintip dari pintu dan berkata, "Maaf ya mas, kalau di rumah tidak ada laki-laki tidak boleh menerima tamu,"kata dia langsung menutup pintunya.
Ketua RT 73 Kelurahan Kebun Bunga Mashur (60) tempat tinggal salah satu pelaku terorisme berinisial SU mengungkapkan warganya itu memang dikenal sangat tertutup dengan warga setempat. "Dalam kesehariannya, SU bekerja sebagai penjual keripik. Namun dia lebih sering pergi ke Muara Enim, entah untuk apa," ungkapnya.
Mashur mengatakan sejak satu tahun lalu, pihaknya dimintai oleh petugas dari Mabes Polri untuk memantau pergerakan SU. Sepanjang pengamatannya, ujar Mashur, ada sejumlah kegiatan yang cukup mencurigakan. “Hampir setiap minggu ada kegiatan keagamaan di rumahnya. Namun, pintu selalu tertutup sehingga kami tidak mengetahui kegiatan apa itu,” kata dia.
Pada Minggu (10/12), puluhan polisi datang untuk melakukan penggeledahan di rumahnya. "Saat itu, polisi membawa beberapa buku dan paspor," kata Mashur. Adapun, penangkapan terhadap SU dilakukan di Muara Enim. Selain membawa SU, ujar Mashur, polisi juga membawa serta ketiga anaknya untuk dimintai keterangan.