KARANGASEM, KOMPAS — Penurunan emisi gas magmatik dari kawah Gunung Agung dilaporkan Pos Pemantauan Gunung Agung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Sabtu (16/12). Angka kadar kandungan emisi sulfurdioksida, karbohidrat, dan uap air menurun sejak pemantauan dengan pesawat nirawak (drone) mulai Sabtu pekan lalu hingga Sabtu kemarin.
Data emisi sulfurdioksida menunjukkan penurunan di bawah angka 5.494 ton per hari saat pengambilan 26 November lalu. Bahkan, pada 10 Desember, emisi sulfurdioksida tercatat 82 ton per hari.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gede Suantika mengatakan, pemantauan dilakukan sejak Sabtu pekan lalu hingga Jumat (15/12) dan berlanjut sepekan ke depan. ”Hasilnya fluktuatif dan cenderung menunjukkan penurunan aktivitas magma. Jumlah kadar emisinya pun jauh di bawah angka maksimal, di 5.494 ton per hari,” kata Gede di pos pemantauan, Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, kemarin.
Ia menjelaskan, kandungan gas emisi pada Sabtu (9/12) sebanyak 125 ton per hari. Jumlah itu meningkat menjadi 482 ton per hari, Minggu (10/12). Pada Senin (11/12) naik drastis menjadi 2.338 ton per hari. Keesokan harinya, Selasa (12/12), turun drastis ke 82 ton per hari. Pengukuran pada Rabu (13/12), emisi gas naik menjadi 720 ton per hari. Jumat (15/12) turun lagi ke 246 ton per hari.
Menurut Gede, kendati fluktuatif, jumlah gas emisi dalam sepekan terakhir jauh di bawah jumlah maksimal yang pernah tercatat sejak erupsi pertama, Selasa (21/11). Angka tertinggi mencapai 5.494 ton per hari.
”Penurunan gas emisi ini menunjukkan dua kemungkinan. Pertama, ada sumbatan. Kedua, suplai magma mulai habis. Namun, PVMBG belum bisa memastikan kemungkinan mana yang terjadi,” ujarnya.
Penurunan gas emisi ini menunjukkan dua kemungkinan. Pertama, ada sumbatan. Kedua, suplai magma mulai habis.
Pengukuran gas emisi menjadi salah satu instrumen guna mengetahui aktivitas vulkanik Gunung Agung. Hasil pengukuran gas emisi itu nantinya akan menjadi bahan evaluasi untuk penentuan status Gunung Agung.
Sementara itu, sejumlah kelompok masyarakat Bali menggelar bersamaan upacara mulang pekelem,yakni upacara mohon ampunan dan keselamatan kepada alam agar tetap mengayomi.
Upacara ini digelar di beberapa pura sekitar pantai atau danau, di antaranya kompleks Pura Batu Bolong, Pantai Batu Bolong, Kabupaten Badung; kawasan Danau Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli; Danau Beratan, Baturiti, Kabupaten Tabanan; serta Danau Buyan dan Danau Tamblingan, Kabupaten Buleleng.
Doa itu terkait aktivitas vulkanik Gunung Agung yang masih berstatus Awas. Persembahyangan dan ritual mulang pekelem di Pantai Batu Bolong, Canggu, dipimpin Ida Rsi Bhujangga Wesnawa Agung Suryayana bersama Ida Rsi Bhujangga Wesnawa Candra Kusuma Dewi. Jika Gunung Agung meletus, harapannya tidak sedahsyat pada 1963.