Warga Khawatirkan Gempa Besar Susulan
Apalagi, di masyarakat beredar video dari Earth Logs, yang meramalkan akan ada gempa besar dan tsunami di wilayah Samudra Hindia, termasuk Indonesia, sebelum 31 Desember 2017. Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mohamad Sadly dalam siaran pers menyatakan, ramalan itu tak bisa dipertanggungjawabkan. Masyarakat diminta tak terpancing sebab hingga kini belum ada teknologi yang bisa meramalkan gempa.
Korban tewas
Sesuai data BNPB, korban tewas adalah Ny Aminah (80), warga Pekalongan Timur, Kota Pekalongan, Jawa Tengah; Ny Dede Lutfi (62), warga Kabupaten Ciamis, Jabar; dan Fatimah (34), warga Sedayu, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Kerusakan bangunan terbanyak terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran, yang terdekat dengan pusat gempa.
Ny Aminah dan Ny Dede Lutfi meninggal tertimpa tembok rumah yang roboh. Fatimah meninggal akibat terpeleset karena panik saat hendak lari ke luar rumahnya.
Kepanikan ibarat ”hantu” menakutkan dalam bencana kali ini. Selain korban tewas, korban luka dipicu kepanikan. Nenden Lestari (30), warga Desa Cipatujah, Tasikmalaya, mengatakan, kepanikan terjadi karena gempa terasa amat lama. Listrik yang mati tak lama setelah gempa membuat keadaan menjadi lebih mencekam.
”Mendadak pintu depan susah dibuka. Penghuni rumah, yakni ibu mertua, suami, dan bayi saya, terjebak di rumah. Untung ada pintu samping yang lebih mudah terbuka,” ungkap Nenden yang tinggal beberapa ratus meter dari pantai selatan Jabar.
Beberapa tetangga, kata Nenden, juga berhamburan ke luar rumah. Di jalan, sudah banyak orang berlari menuju Balai Desa Cipatujah. Kantor desa berjarak sekitar 1 kilometer dari pantai selatan ini, letaknya agak tinggi. Sekitar pukul 24.00, Jumat, balai desa dipenuhi warga.
Kepanikan serupa dirasakan Eha Jualeha (58), warga Desa Cidadap, Kecamatan Karangnunggal, Tasikmalaya. Saat gempa terjadi, ia dan penduduk lainnya merunduk, menghindari runtuhnya rumah. Guncangan sangat besar. ”Kami panik tak karuan. Genteng rumah pun berjatuhan,” ujar Eha.
Isu tsunami berkembang setelah gempa. Beberapa pemuda berusaha melihat pantai untuk melihat kondisi laut ”Ternyata, kondisi air laut normal sehingga kami tenang,” ujar Eha lagi.
Teringat gempa 2006
Guncangan gempa yang kuat juga dirasakan warga DIY, Jumat malam. Banyak warga keluar rumah untuk menghindari robohnya rumah akibat gempa.
Bagi sejumlah penduduk DIY, gempa itu mengingatkan mereka pada gempa tahun 2006. ”Guncangan tadi malam (Jumat malam) keras sekali dan cukup lama. Saya membangunkan semua anggota keluarga agar bersiap keluar rumah. Kami masih trauma dengan gempa 2006,” kata Partini (51), warga Kampung Bausasran, Kota Yogyakarta.
Di Jateng, Kabupaten Banyumas menjadi daerah yang paling terdampak gempa di selatan Pulau Jawa, Jumat malam. Kerusakan dialami puluhan rumah dan fasilitas publik. Sejumlah ruangan dan gedung di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas juga rusak. Akibatnya, pelayanan laboratorium, hemodialisa atau cuci darah, dan radiologi dihentikan untuk sementara.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Sarwa Pramana, Sabtu, di Semarang mengatakan, dampak gempa bumi di Jateng dirasakan di sejumlah daerah. Selain Banyumas, yang juga terdampak adalah Cilacap, Pekalongan, Banjarnegara, Kebumen, dan Brebes. ”Korban meninggal (Ny Aminah) di Kota Pekalongan. Namun, Banyumas yang dampaknya terparah sehingga didorong penetapan darurat bencana,” katanya.
Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, semua daerah terdampak menetapkan status tanggap darurat hingga tujuh hari ke depan. Dalam masa tanggap darurat, penanganan masyarakat terdampak menjadi prioritas utama.
”Dengan status tanggap darurat itu, pemerintah pusat mengeluarkan anggaran yang disebut dana siap pakai. Dana itu dana operasionalisasi posko. Jumlah anggaran akan kami lihat dari pusat dan daerah,” ujarnya.
Di Kabupaten Sleman, DIY, Presiden Joko Widodo memastikan langkah penanganan dampak gempa bumi yang terjadi pada Jumat malam telah dilakukan sejumlah instansi pemerintah. Presiden mengimbau masyarakat tidak panik sekaligus terus waspada terhadap kemungkinan gempa karena banyak wilayah Indonesia rawan gempa.