Perekonomian Tetap Optimistis di Tahun Politik
Tahun politik, tahun yang penuh dengan peristiwa politik, diprediksi sebagian orang dapat menimbulkan ketidakpastian besar yang berpengaruh negatif terhadap pasar modal. Padahal, peluang di pasar modal pada tahun politik masih terbuka besar.
Walaupun ada risiko, masih ada beberapa katalis yang dapat menjadi pendorong positif pergerakan di pasar modal. Apalagi, tahun depan, perekonomian global diperkirakan lebih baik.
Secara historis, dalam lima belas tahun terakhir, satu tahun sebelum pemilu, perekonomian justru lebih melaju. Indeks di pasar modal juga biasanya meningkat.
Tema perekonomian global tahun 2018 pun sesungguhnya berkisar pada pemulihan ekonomi global, kenaikan suku bunga, dan stabilisasi China. Untungnya, terlihat ada kenaikan produk domestik bruto dari 3 persen pada kuartal kedua 2017 menjadi 3,6 persen pada kuartal ketiga 2017. Artinya, telah terlihat adanya pemulihan ekonomi global yang pada tahun 2016 sempat loyo.
Pemulihan ekonomi juga diperlihatkan dengan normalisasi suku bunga perbankan global. Bank-bank sentral di beberapa negara yang tadinya melonggarkan kebijakan moneter, menjaga suku bunga tetap rendah untuk tetap mendorong laju ekonomi, kini mulai melihat hasilnya.
Bank Sentral Eropa, misalnya, sudah berani memangkas target belanja obligasi. Penurunan belanja obligasi ini merupakan ancang-ancang untuk mulai menaikkan suku bunga pada tahun-tahun berikutnya. Di Amerika Serikat, penunjukan Jerome Powell sebagai pengganti Janet Yellen cukup melegakan karena diperkirakan tetap akan menaikkan suku bunga Federal Reserve secara bertahap.
Normalisasi tingkat suku bunga secara gradual ini mendukung pasar keuangan. Tidak adanya kejutan lebih karena langkah-langkah bank sentral telah dikomunikasikan dan sesuai perhitungan pasar finansial. Maklum saja, pelaku pasar tidak menyukai kejutan yang dapat membuat ketidakpastian.
Membicarakan perekonomian global tidak lengkap tanpa membicarakan pertumbuhan ekonomi China. China merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi global. Jika pada dekade lalu China tumbuh dua digit, pada era ini tumbuh wajar, satu digit saja.
Kondisi global tersebut juga akan memengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia. Walau apabila dilihat lagi, kondisi global untuk tiga pemilu dalam 15 tahun terakhir berbeda-beda.
Pada 2008, misalnya, satu tahun sebelum Pemilu Presiden 2009, ada krisis finansial yang berawal dari pecahnya gelembung supreme mortgage di AS. Bank-bank besar di AS tutup atau sahamnya dijual ke pihak lain agar selamat. Krisis ini menjalar ke sejumlah negara, termasuk Eropa.
Kalau diingat, tahun 2013, terjadi penarikan dana besar-besaran dari negara berkembang, termasuk dari Indonesia. Ketika itu, Federal Reserve memberikan sinyal akan mengurangi belanja obligasinya, lalu akan menaikkan suku bunga.
Jadi, situasi perekonomian global pada tahun 2003, 2008, dan 2013 tidak kondusif. Namun, situasi pada tahun 2018 diperkirakan lebih kondusif.
Situasi dalam negeri
Di dalam negeri, pemerintahan yang pro-pertumbuhan didukung oleh bank sentral yang rajin memangkas suku bunga. Tampaknya, stabilisasi inflasi dan peningkatan daya beli menjadi tujuan utama, dan sebagian sudah tercapai.
Meminimalkan penurunan daya beli, khususnya bagi masyarakat bawah karena kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah, seperti listrik, pemerintah menaikkan dana belanja sosial pada anggaran 2018. ”Kami melihat, ada upaya mendukung konsumsi melalui kenaikan belanja subsidi dan sosial,” kata ekonom Bank Danamon, Dian Ayu.
Subsidi listrik dan bahan bakar minyak kemungkinan naik Rp 2 triliun-Rp 3 triliun untuk memberikan ruang jika ada kenaikan harga energi. Walau secara alamiah, uang yang beredar pada tahun politik lebih banyak daripada tahun tanpa hajatan besar.
Dilihat dari sisi pendapatan negara, kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan harga komoditas juga membuat ekspor pun meningkat. Diam-diam, pendapatan dari sektor pariwisata juga telah meningkat dan porsinya setara 25 persen dari pendapatan komoditas. ”Memang, 43 persen wisatawan baru ke Bali, jadi harus ada daerah tujuan wisata lain yang perlu dikembangkan,” kata ekonom Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan.
Kebijakan pemerintah yang mendorong kemudahan berbisnis juga menarik banyak investor. Nilai penanaman modal langsung cenderung naik sejak tahun 2015.
Saham dan pemilu
Katarina mencermati pergerakan saham menjelang dan sesudah pemilu presiden dalam 15 tahun terakhir ini. Terlihat tampak indeks selalu naik dalam enam bulan setelah pilpres. Hal itu terjadi dalam tiga pilpres terakhir.
Dalam pilpres dua putaran pun, indeks tetap melaju, baik sesudah maupun sebelum dilaksanakan pemilu presiden.
Satu tahun menjelang Pemilu Presiden 2009, indeks saham turun karena penurunan harga komoditas. Akan tetapi, satu tahun setelah pemilu presiden, indeks melaju hingga mencapai 40 persen.
Pada tahun 2014, indeks tetap naik sebelum dan setelah pemilu presiden. Meski demikian, satu tahun setelah pemilu terjadi tekanan global, seperti devaluasi mata uang China, wacana normalisasi Federal Reserve, dan juga penurunan harga komoditas.
Jadi, dari tiga pemilu presiden, indeks tetap menguat dalam waktu satu tahun hingga enam bulan sebelum pemilu. Pada masa ini, kampanye dan penarikan massa sudah terjadi. Walau kampanye memanas, jika keamanan terjamin, para investor di pasar saham tetap berinvestasi.
Satu tahun setelah pemilu, indeks pun tetap menguat walaupun mungkin ada masa-masa skeptis dari para pelaku pasar terkait dengan pemilihan orang-orang yang duduk di kabinet.
Bagaimana tahun depan?
Semester pertama tahun depan, kita akan sibuk dengan 171 pemilihan kepala daerah (pilkada). Tiga pilkada akan digelar di daerah padat penduduk, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Ketiga daerah itu menjadi wadah dari pergerakan 30 persen perekonomian Indonesia.
Meski ada potensi gesekan di masyarakat ketika masa kampanye, para ekonom meyakini situasi akan tetap terkendali. Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Tito Karnavian di Bursa Efek Indonesia juga menegaskan, Polri menjamin stabilitas keamanan dan perekonomian selama tahun politik.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian di Bursa Efek Indonesia juga menegaskan, Polri menjamin stabilitas keamanan dan perekonomian selama tahun politik.
Dinamika politik memang tidak dapat dielakkan, tetapi masyarakat sudah berpengalaman dalam menghadapi tahun politik. ”Kerja Polri dan TNI dalam mengamankan pilkada 2018 akan lebih mudah kalau para kontestan politik dan pendukungnya tidak memanfaatkan isu politik yang dapat memecah belah masyarakat, yaitu masalah suku, agama, dan ras. Jual program saja. Itu jauh lebih baik,” tutur Tito.
Semoga.