Pengembang Indonesia Lestarikan Situs Bersejarah di Australia
JAKARTA, KOMPAS — Sebuah reruntuhan rumah tahanan dan hotel di Parramatta, kawasan pinggiran kota Sydney, Australia, yang berusia 200 tahun berhasil dikonservasi. Situs ini akan dipamerkan bagi masyarakat umum untuk pertama kali. Pelestarian ini dilakukan seorang pengembang besar di Australia asal Indonesia, Iwan Sunito, yang juga CEO Crown Group.
Selama ini, situs Parramatta itu tersembunyi di bawah tanah. Reruntuhan rumah tahanan tahun 1800-an dan gudang bawah tanah itu di salah satu pub tertua di Parramatta yang dibangun pada 1801, Hotel Wheatsheaf.
Situs tersebut ditemukan saat proses pembangunan menara hunian baru di 45 Macquarie Street yang merupakan lokasi Kampung Vertikal Parramatta, V, sebuah proyek properti yang dikelola Crown Group. V memiliki 29 lantai dan 590 unit apartemen, kolam renang, pusat kebugaran, hotel bintang lima, dan restoran modern.
Kepala Pemerintahan Negara Bagian NSW Gladys Berejiklian, bersama dengan Komisaris dan CEO Crown Group Iwan Sunito, dalam siaran pers Crown, Selasa (19/12), meresmikan situs itu, yang ditandai dengan pemotongan pita, untuk membuka pusat peninggalan sejarah tersebut di hadapan lebih dari 100 undangan dan pemuka masyarakat.
Hotel Wheatsheaf (1801-1809) terletak di Western Road di Parramatta dan telah menjadi salah satu bangunan besar pertama yang terlihat ketika memasuki area kota dari arah barat antara tahun 1801 dan 1810.
Selama proses penggalian, terungkap bahwa Hotel Wheatsheaf dahulu adalah reruntuhan hotel tertua di Australia.
Selama proses penggalian, terungkap bahwa Hotel Wheatsheaf dahulu adalah reruntuhan hotel tertua di Australia.
Arkeolog juga menemukan sumur yang pernah digunakan untuk mengakses air minum serta bengkel yang digunakan untuk membuat roda untuk gerobak tahun 1800-an. Oven roti yang digunakan untuk membuat roti dalam jumlah besar pun ditemukan selain piring makan, mainan anak-anak, botol dari abad ke-19, dan ratusan artefak, yang juga ikut dipamerkan.
Setelah proses penggalian selesai, situs yang sensitif tersebut dilindungi dengan sebuah kanopi beton yang memungkinkan pembangunan menara apartemen setinggi 590 terus dilanjutkan. Kemudian, situs sejarah ini diabadikan menjadi ”Philip Ruddock Heritage Centre” yang baru dan akan dibuka untuk umum setiap hari.
Pusat peninggalan sejarah yang terletak di lantai dasar bangunan ini secara resmi diabadikan dengan nama mantan anggota Parlemen Parramatta dan salah satu politisi federal terlama di Australia, Philip Ruddock, yang baru-baru ini terpilih menjadi Wali Kota Hornsby.
Ruddock merasa sangat terhormat mengetahui pusat peninggalan sejarah itu diabadikan sesuai namanya. ”Crown Group telah melakukan pekerjaan yang luar biasa untuk proyek ini dan saya bangga mengetahui bahwa nama saya digunakan untuk situs ini,” kata Ruddock.
Pusat peninggalan sejarah ini secara resmi diabadikan dengan nama salah satu politisi federal terlama di Australia, Philip Ruddock, yang baru-baru ini terpilih menjadi Wali Kota Hornsby.
”Ini sangat mencerminkan pandangan saya tentang pembangunan, kita perlu terus melangkah maju, tetapi pada saat bersamaan sangat penting untuk mempertahankan warisan kita,” lanjutnya.
Iwan Sunito mengatakan, V by Crown Group telah menetapkan sebuah standar baru dalam integrasi ruang publik dan pribadi dalam pembangunan hunian.
”Saat mengakuisisi situs ini di Parramatta, kami langsung tahu bahwa kami harus membuat bangunan yang benar-benar istimewa. Situs ini terletak di persimpangan utama dari CBD Parramatta yang sedang tumbuh dan kami tahu ini harus menjadi desain yang luar biasa untuk masa depan, sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya,” tutur Sunito.
”Banyak pengembang akan melihat penemuan arkeologi penting seperti ini sebagai rintangan yang tidak diinginkan. Namun, kami melihatnya sebagai kesempatan sekali dalam seumur hidup untuk menciptakan sesuatu bagi masyarakat. Visi kami untuk V by Crown Group adalah membawa masa lalu, saat ini, dan masa depan bersama-sama,” ujarnya.
Kepala arkeolog untuk proyek tersebut, Dr Ted Higginbotham, mengatakan, penemuan ini merupakan sebuah kejutan besar karena sebelumnya diperkirakan situs di Macquarie Street itu kurang terjaga. Higginbotham memimpin tim yang terdiri dari lebih dari 20 arkeolog profesional dan sukarelawan selama proses penggalian.
”Ini adalah penemuan yang menarik. Meskipun ada tiang beton dari pembangunan sebelumnya, situs ini terpelihara dengan baik. Ini untuk pertama kali reruntuhan rumah tahanan dapat dipamerkan. Oven tukang roti, bengkel tukang roda, pondok batu bata yang kemudian bisa dicocokkan dengan sejarah penghuni yang diketahui berdiam di lokasi tersebut,” ucap Higginbotham.
Ini adalah penemuan yang menarik. Meskipun ada tiang beton dari pembangunan sebelumnya, situs ini terpelihara dengan baik. Ini untuk pertama kali reruntuhan rumah tahanan dapat dipamerkan.
”Arkeologi ini juga mengungkapkan banyak kontribusi dari para pemukim awal terhadap perkembangan Parramatta. Rumah tahanan terlihat mencolok jika dibandingkan dengan Gedung Pemerintahan Lama di Taman Parramatta,” ucapnya.
Ini untuk pertama kali reruntuhan rumah tahanan bisa ditampilkan ke publik. Sebelumnya pernah ditemukan reruntuhan rumah tahanan lainnya di lokasi berbeda, tetapi tidak mungkin ditampilkan kepada publik. Ini karena materi kayunya tidak bertahan. Namun, dalam kasus ini, tetap dapat dilestarikan di pusat peninggalan sejarah ini dengan kondisi materi kayu yang masih terjaga dengan baik.
Philip Ruddock Heritage Centre juga dilengkapi dengan dinding walk-through yang menampilkan sejarah Parramatta secara lebih luas dan sebuah video yang menjelaskan secara kronologis dan rinci tentang penemuannya.
Pusat sejarah ini terbuka untuk umum setiap hari pukul 10.00-11.30 dan 14.30-16.00 waktu setempat. Pengunjung dapat masuk dengan nyaman dan meluangkan waktu menjelajahi sejarah daerah Parramatta yang kaya.