Barca Taklukkan Madrid dengan Filosofi ”Tari Sardana”
BARCELONA, SABTU — Barcelona menjebak tuan rumah Real Madrid dengan filosofi Sardana, tarian khas Katalan, untuk merebut kemenangan dengan skor 3-0 di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Sabtu (23/12). Kemenangan itu menjadi kado Natal yang manis bagi Barca, sekaligus mengukuhkan tim asal Katalan itu sebagai tim terbaik La Liga pada akhir tahun.
Tiga poin dari laga itu mengokohkan posisi Barcelona di puncak klasemen La Liga dengan 45 poin. ”Blaugrana” merentang selisih nilai menjadi 14 poin atas Real Madrid yang menempati posisi keempat dan menjadi unggul sembilan poin atas Atletico Madrid di posisi kedua.
”Kami melangkah lagi di liga. Namun, kami tidak menyepelekan Madrid. Ini adalah lomba jarak jauh. Madrid adalah tim yang sangat bagus dan mereka tidak akan berhenti mengejar gelar,” kata Ernesto Valverde, Manajer Barcelona.
Kami tidak menyepelekan Madrid. Ini adalah lomba jarak jauh. Madrid adalah tim yang sangat bagus dan mereka tidak akan berhenti mengejar gelar
Dengan kemenangan telak itu, Barcelona menampar muka Madrid di kandang mereka sendiri. FC Barcelona yang sering menjadi simbol perlawanan kaum nasionalis Katalan seperti membalas sikap keras pasukan keamanan Spanyol terhadap pendukung referendum kemerdekaan Katalan, 1 Oktober.
Apalagi, Barcelona menggunakan filosofi tari sardana untuk membuat Madrid tidak berdaya. Tari sardana, atau sardane dalam bahasa Katalan, adalah tarian khas yang dimainkan dalam lingkaran. Para penari pria dan wanita saling bergandengan tangan dengan posisi berselang-seling.
Irama dan gerakan tarian itu dimulai dengan sangat pelan dan makin lama makin cepat. Kadang-kadang irama berubah dari cepat menjadi pelan atau sebaliknya secara mendadak. Kelincahan gerak kaki menjadi kunci keindahan tarian itu. Gandengan tangan itu juga tidak terlepas selama tarian digelar.
Filosofi itu yang diterapkan Valverde untuk melibas Real Madrid. Valverde memahami gaya para pemain Madrid yang selalu berambisi untuk menekan, mendominasi penguasaan bola, dan mencuri gol cepat.
Ketergesa-gesaan dan nafsu untuk unggul secara cepat itu dimanfaatkan Barcelona untuk menilik kelemahan Madrid. Cristiano Ronaldo, Marcelo, Luka Modric, Karim Benzema, dan Toni Kroos terus menggempur dalam tempo cepat, tetapi Barcelona bersikeras memainkan ritme yang lambat untuk merusak tempo laga Madrid.
Ronaldo yang sangat dominan sempat mencetak gol pada menit kedua, tetapi dianulir karena off-side. Setelah itu, para pemain Barca menghadang pasokan bola bagi Ronaldo dan mempersempit ruang geraknya dengan bahu-membahu, seperti para penari sardana yang terus bergandengan tangan.
Dua bek tengah Barca, Gerard Pique dan Thomas Vermaelen, menjadi benteng tangguh untuk mematikan pergerakan Ronaldo dan Karim Benzema di sekitar kotak penalti. Taktik pertahanan rapat dan ritme permainan lambat itu cukup efektif untuk merangsang nafsu bek kiri dan kanan Madrid, Marcelo dan Dani Carvajal, yang ikut maju menyerang dari sayap guna memasok bola bagi Ronaldo dan Benzema.
Lubang yang ditimbulkan oleh kedua bek sayap itu beberapa kali coba dimanfaatkan Lionel Messi dan Luis Suarez. Serangan di kedua sayap pertahanan itu memaksa gelandang Madrid ikut membantu pertahanan sehingga Paulinho leluasa ikut membantu serangan Barcelona.
Setelah memahami kelemahan Madrid, Barca memainkan serangan cepat pada babak kedua. Diawali pergerakan Ivan Rakitic, Sergi Roberto menusuk sisi kiri pertahanan Madrid dan mengirim umpan silang kepada Luis Suarez, yang langsung menyambar bola dan mencetak gol pada menit ke-54.
Pengaturan ritme permainan Barca terus dilakukan secara berbeda saat bertahan dan menyerang. Menghadapi para pemain Madrid yang bernafsu mengatasi ketertinggalan, Barca memainkan ritme permainan lambat dan jalinan pertahanan rapat.
Begitu membawa bola di pertahanan Madrid, Messi, Suarez, dan Paulinho berubah menjadi sangat cepat. Lambannya Manajer Madrid Zinedine Zidane mengantisipasi taktik itu memudahkan Barca mencetak gol kedua pada menit ke-64 melalui tendangan penalti Messi.
Gol itu diawali tendangan keras Suarez yang diblok kiper Madrid Keylor Navas. Bola liar disundul Paulinho melewati Navas, tetapi dihalau Carvajal dengan tangan. Carvajal diganjar kartu merah dan Madrid dihukum penalti.
Saat Zidane memasukkan gareth Bale, Nacho, dan Marco Asensio, kondisi Madrid sudah sulit untuk bangkit. Bale memiliki dua peluang, tetapi semuanya dimentahkan kiper Marc-Andre ter Stegen.
Dalam kondisi psikologis tertekan, Madrid kembali kebobolan pada menit ke-90+3 melalui gol Aleix Vidal. Gol itu diawali tusukan dan umpan tarik Messi yang disambut tendangan keras Vidal.
Mengejar gelar
Kemenangan atas Madrid itu membuat Barcelona tidak terkalahkan dalam 17 laga La Liga sejak awal musim ini. Barca menang pada 14 laga dan imbang pada tiga laga.
Atletico yang semula menjadi pesaing berat karena juga tidak terkalahkan justru terseok pada laga ke-17 karena kalah 0-1 dari Espanyol, Jumat (22/12).
Tumbangnya Atletico membuat Barca semakin sulit dikejar. Saat ini, hanya Atletico, Valencia, dan Real Madrid yang masih membayangi Barca. Valencia dan Real Madrid sering tampil tidak konsisten sehingga sulit mengejar Barca. Bagi Madrid, kekalahan ini kian menyulitkan posisinya untuk memburu gelar juara.
”Kami akan memulai 2018 dengan posisi yang sulit,” kata Raphael Varane, bek Madrid.
Hanya Atletico yang bakal mengancam Barca memasuki paruh kedua musim ini. Atletico akan mendapat suntikan penyerang baru saat Diego Costa dan Vitolo dapat dimainkan bagi ”Los Rojiblancos”. Atletico sering kesulitan menang karena tumpulnya lini depan. Kehadiran keduanya diharapkan membuat Atletico lebih sering menang. Namun, hal itu belum tentu cukup untuk mengejar Barca di tangga juara. (AFP/AP/Reuters/ECA)