Pertaruhan Ambisi Klopp
LIVERPOOL, SELASA — Manajer Juergen Klopp memiliki ambisi untuk membawa Liverpool tetap berada pada posisi empat besar hingga akhir musim kompetisi.
Laga ”The Reds” versus Swansea di Stadion Anfield, Rabu (27/12), akan menjadi pertaruhan Klopp dalam mengejar ambisinya.
Liverpool saat ini berada di peringkat keempat klasemen dengan mengantongi 35 poin atau hanya terpaut satu poin di atas Tottenham Hotspur yang berada di peringkat kelima dan Arsenal di posisi keenam.
Kekalahan atau hasil imbang dapat membuat posisi The Reds tergelincir.
”Kami perlu lolos ke Liga Champions. Untuk itu, kami harus finis (dengan peringkat) setinggi mungkin. Kami yakin ini bukan mimpi, melainkan situasi yang fantastis,” ujar Klopp menjelang laga melawan Swansea pada Boxing Day.
Klopp menyadari peluang Liverpool untuk bersaing dalam perburuan gelar juara Liga Inggris sangat berat dengan selisih 20 poin dari pemuncak klasemen, Manchester City.
Namun, dia berharap posisi Liverpool tidak goyah hingga akhir musim kompetisi agar setidaknya dapat meraih tiket ke Liga Champions musim depan.
Untuk itu, Klopp tidak ingin anak asuhnya meremehkan Swansea yang saat ini menghuni zona degradasi karena belum tentu kemenangan ada di tangan Liverpool.
”Mereka (Swansea) dalam kondisi tertekan maka saya yakin mereka akan mati-matian berjuang,” kata Klopp.
Klopp berharap posisi Liverpool tidak goyah hingga akhir musim kompetisi agar setidaknya dapat meraih tiket ke Liga Champions musim depan.
Apalagi, Liverpool masih terbelit persoalan inkonsistensi performa. Hasil imbang dengan Arsenal 3-3 di Stadion Emirates akhir pekan lalu menunjukkan celah kelemahan pertahanan The Reds yang perlu dibenahi.
”Kami harus menghindari kesalahan seperti saat melawan Arsenal. Pertahanan adalah kerja sama tim dan hari itu kami membuat kesalahan personal,” ujar Klopp menegaskan.
Arsenal mampu mengubah keadaan saat Liverpool sudah unggul 2-0 pada awal babak kedua.
Hanya dalam waktu lima menit, ”The Gunners” berbalik memimpin 3-2 berkat gol Alexis Sanchez pada menit ke-53, Granit Xhaka menit ke-56, dan Mesut Oezil menit ke-58.
Roberto Firmino akhirnya menyelamatkan Liverpool lewat gol hasil tendangan kaki kiri pada menit ke-71.
Laga melawan Arsenal tersebut mengingatkan performa Liverpool ketika dijamu Sevilla pada fase penyisihan grup Liga Champions yang berakhir imbang 3-3 akhir November silam.
Sevilla berhasil menyamakan kedudukan setelah tertinggal 3-0 lebih dulu. Klopp menilai, kondisi itu terjadi karena pengalaman bermain Liverpool yang minim di level kompetisi Eropa.
Sebelum bermain seri dengan Arsenal, Liverpool sempat terbang tinggi dengan melumat Bournemouth 4-0 dalam laga tandang.
Oleh karena itu, Klopp meyakini The Reds dapat terus meraih kemenangan asalkan tidak mengulang kesalahan serupa seperti di Emirates.
Gelandang Liverpool, James Milner, mengakui, Liverpool perlu bermain lebih membosankan dengan mengetatkan benteng pertahanan agar kesalahan seperti saat melawan Arsenal tidak lagi terjadi.
Tim perlu cepat dalam melakukan transisi dari permainan menyerang ke bertahan total.
Liverpool perlu bermain lebih membosankan dengan mengetatkan benteng pertahanan agar kesalahan seperti saat melawan Arsenal tidak lagi terjadi.
”Kami memainkan sepak bola yang menarik, tetapi terkadang kami harus mencoba beralih untuk bermain lebih ketat bertahan dengan menahan bola lebih lama,” kata Milner kepada Sky Sports.
Menjamu Swansea di Anfield, Liverpool dipastikan tidak akan diperkuat sang kapten, Jordan Henderson, yang mengalami cedera otot paha bagian belakang.
Namun, bek Joel Matip yang sebelumnya cedera kemungkinan dapat kembali bermain.
Adapun bagi Swansea, laga ini menjadi debut Leon Britton sebagai manajer sementara menggantikan Paul Clement yang dipecat.
Seteru Manajer Argentina
Dua manajer asal Argentina, Mauricio Pochettino dan Mauricio Pellegrino, akan beradu strategi saat Tottenham Hotspur menghadapi Southampton di Stadion Wembley, Selasa malam.
Pochettino dan Pellegrino pernah sama-sama bermain untuk tim nasional Argentina.
”Saya dan Pellegrino menjalani masa muda bersama di Buenos Aires. Saya tahu dia sangat baik, tetapi kali ini kami harus menjadi musuh,” ujar Pochettino, seperti dikutip dari situs resmi Tottenham Hotspur.
Dalam laga melawan Southampton, penyerang Spurs, Harry Kane, berpeluang memecahkan rekor Alan Shearer yang mencetak 36 gol dalam satu tahun pada 22 tahun silam.
Bagi Pochettino, pertandingan melawan Southampton merupakan suatu hal yang istimewa. Tidak hanya dapat bertemu kolega lama di Argentina, tetapi juga karena Pochettino pernah membesut tim berjuluk ”The Saints” tersebut selama 1,5 tahun.
Dalam laga melawan Southampton, penyerang Spurs, Harry Kane, juga berpeluang untuk memecahkan rekor Alan Shearer yang mencetak 36 gol dalam satu tahun pada 22 tahun silam.
Kane yang mencetak hattrick ketika Spurs menaklukkan Burnley 3-0 akhir pekan lalu telah menyamai rekor Shearer dengan membuat 36 gol pada tahun ini.
Dalam laga lain, Manajer Jose Mourinho berupaya mengatasi masa sulit saat Manchester United menjamu Burnley di Old Trafford, Selasa (26/12).
Banyaknya pemain MU yang cedera membuat Mourinho berpikir keras untuk tetap berada di jalur perebutan gelar juara liga.
Tiga pemain belakang, yakni Chris Smalling, Eric Bailly, dan Antonio Valencia, diragukan dapat bermain karena dibelit cedera.
Padahal, MU yang kini berada di peringkat kedua membutuhkan kemenangan setelah akhir pekan lalu ditahan imbang Leicester 2-2 di Stadion King Power.
”Apa yang saya sebut sebagai masa cedera di bulan Desember datang juga,” ucap manajer asal Portugal itu.
Perasaan yang dialami Mourinho cukup dapat dipahami mengingat manajer berjuluk ’Si Spesial’ ini tidak pernah gagal meraih titel juara pada musim kedua di klub yang ditangani sebelumnya.
Hasil imbang dengan Leicester disertai banyaknya pemain yang cedera membuat Mourinho frustrasi terlebih kini MU tertinggal 13 poin dari Manchester City sebagai pemuncak klasemen.
Situasi itu membuat MU semakin berat untuk bersaing dengan City menuju gelar juara.
Usai menyalahkan para pemainnya karena bertindak kekanak-kanakan saat ditahan imbang Leicester, Mourinho kini menuding City memiliki keuntungan karena memiliki jeda waktu lebih lama satu hari dibandingkan MU pada laga Boxing Day.
Seperti dilansir Guardian, perasaan yang dialami Mourinho cukup dapat dipahami mengingat manajer berjuluk ”Si Spesial” ini tidak pernah gagal meraih titel juara pada musim kedua di klub yang ditangani sebelumnya. (AFP/REUTERS)