Jumono (51) tampak bersemangat. Mengenakan kemeja putih dan jins biru, laki-laki yang bekerja sebagai pekerja lepas ini telah berada di Stasiun Sudirman Baru atau dengan nama yang akan lebih dikenal sebagai Stasiun BNI City, Jakarta, Selasa (26/12), sejak pukul 01.45. Padahal, Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta yang dia tunggu baru tiba di stasiun pukul 03.40.
Sesekali ia mengambil telepon selulernya untuk memfoto dan merekam keadaan stasiun baru yang belum sepenuhnya beroperasi itu di area tunggu lantai dua. Ia juga tidak lupa beberapa kali melirik kertas putih yang dipegangnya erat. Kertas putih itu adalah tiket KA Bandara Soekarno-Hatta yang menandakan kereta telah mulai dapat digunakan oleh publik walaupun masih sebatas tahap uji coba.
”Saya ingin mencoba naik kereta itu supaya tahu seperti apa rasanya,” ujarnya dengan senyum yang merekah. Laki-laki yang tinggal di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat, itu sebenarnya tidak memiliki rencana keberangkatan sama sekali. Ia hanya mendengar kabar mengenai peluncuran kereta secara uji coba berbayar dari media berita daring dan tertarik untuk mencobanya.
Saya ingin mencoba naik kereta itu supaya tahu seperti apa rasanya.
Pada 26 Desember, PT Railink secara resmi mengoperasikan KA Bandara Soekarno-Hatta dengan tarif Rp 30.000 hingga 1 Januari 2018. Pengoperasian kereta api ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendorong penggunaan transportasi publik. Pemerintah berharap, sekitar 30 persen masyarakat yang menuju bandara akan beralih menggunakan kereta ini.
Keberadaan transportasi publik yang aman, nyaman, dan efisien memang telah menjadi dambaan warga Jakarta dan kota-kota di sekitarnya sedari dulu. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya antusiasme warga yang bahkan mulai terlihat padat mengantre sejak dini hari dan semakin ramai sekitar pukul 09.30.
KA tersebut akan melayani 42 perjalanan dengan rute Stasiun BNI City hingga Stasiun Bandara Soekarno-Hatta pukul 03.40 sampai 21.40 dan rute Stasiun Bandara Soekarno-Hatta hingga Stasiun BNI City pukul 06.10 sampai 23.10.
Perjalanan memiliki waktu antara (headway) atau waktu tunggu setiap satu jam untuk satu kali perjalanan. Kereta yang beroperasi berjumlah enam dari sepuluh rangkaian kereta yang tersedia. Setiap rangkaian memiliki enam gerbong dengan kapasitas 272 penumpang.
Pemerintah berharap, sekitar 30 persen masyarakat yang menuju bandara akan beralih menggunakan kereta ini.
Banyak orang, baik tua maupun muda, sibuk mengabadikan momen ketika mereka pertama kali menginjakkan kaki di stasiun tersebut. Beberapa orang sibuk berswafoto, merekam video, atau bertanya kepada petugas yang bertugas.
”Saya senang sekarang ada transportasi yang lebih cepat dan mudah untuk diakses dari dan ke bandara,” ujar Jumono. Ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan macet atau risiko kecelakaan yang harus ditempuh dengan jarak yang lumayan jauh ketika menggunakan kendaraan bermotor di jalan raya.
Semangatnya dihargai oleh Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto. Heru mengalungkan rangkaian bunga berwarna ungu sebagai bentuk apresiasi kepada Jumono. Tidak lupa, Heru juga menjabat erat tangan Jumono sebelum Jumono berangkat.
Sama seperti Jumono, Doni Lubis (45), calon penumpang di Stasiun BNI City, melakukan hal serupa. Pagi itu dia mengira akan menjalani hari liburnya seperti biasa. Tetapi, ia menjadi tertarik untuk datang ke Stasiun BNI City setelah melihat tayangan di televisi mengenai kereta tersebut.
”Ini merupakan kemajuan perkeretaapian Indonesia. Tetapi, tentu saja, saya tertarik datang juga karena harga tiket yang murah,” ujar Doni.
Harga tiket Rp 30.000 yang direncanakan akan naik menjadi Rp 70.000 pada 2 Januari 2018 setelah diresmikan Presiden Joko Widodo dinilai bukan suatu masalah bagi Doni.
Kereta secara resmi dioperasikan tahun depan. Kereta seharusnya melewati lima stasiun secara berturut-turut, yaitu Manggarai, BNI City, Duri, Batuceper, dan Bandara Soekarno-Hatta, dengan waktu tempuh 55 menit. Namun, revitalisasi Stasiun Manggarai dan Duri yang belum kunjung usai, membuat tiga stasiun lain menjadi stasiun pemberhentian utama untuk sementara.
Menurut rencana, 10 rangkaian kereta dapat mengangkut 33.728 penumpang per hari. Sementara itu, target ideal perjalanan adalah 124 perjalanan bolak-balik dengan waktu antara 15 menit ketika beroperasi penuh nanti. Adapun tarif sebesar Rp 70.000 belum dapat dipastikan akan diterapkan hingga kapan.
Doni berharap, proyek KA dapat segera dituntaskan sehingga pelayanan kepada masyarakat akan terus ditingkatkan. Ia tidak ingin lagi menghabiskan sekitar Rp 200.000 untuk berangkat dari rumahnya yang terletak di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, menuju bandara. Padahal, ia cukup menghabiskan sekitar Rp 100.000 dengan menggunakan kereta bandara.
Berdasarkan pengamatan, kedatangan dan keberangkatan KA bandara masih dalam proses penyesuaian. Pada keberangkatan pukul 05.51, misalnya, kereta bahkan berangkat sejak pukul 05.48. Pengumuman dari pengeras suara mengenai kedatangan kereta dari stasiun belum terlalu jelas sehingga penumpang harus memasang telinga dengan saksama. Apalagi, mereka hanya diberi waktu untuk melewati gerbang elektronik menuju peron dalam waktu 15 menit.
KA berhenti di Stasiun Duri pukul 05.57 selama 11 menit walaupun tidak mengangkut penumpang. Kemudian, KA tiba di Stasiun Batuceper pukul 06.29. Kereta lalu tiba di Stasiun Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.50. Dengan demikian, total waktu yang ditempuh 58 menit. Selisih 13 menit dari waktu yang ditargetkan meskipun uji coba telah berkali-kali dilakukan.
Penumpang kemudian harus berjalan kaki sekitar tiga menit menuju area tunggu kereta layang (skytrain). Mereka harus menunggu 15-20 menit hingga skytrain datang dan membawa mereka menuju terminal tujuan. Target maksimal waktu tunggu bagi penumpang kereta untuk diangkut kereta layang adalah 15 menit agar penumpang tidak terlambat.
Vice President Corporate Communication PT Angkasa Pura II (Persero) Yado Yarismano membenarkan hal tersebut. ”Keterlambatan terjadi karena baru dua skytrain yang beroperasi. Nantinya, headway (waktu antara) lebih kurang menjadi lima menit ketika ketiga trainset telah beroperasi,” ujarnya.
Masalah teknis pun masih terjadi. Beberapa tiket penumpang yang juga berfungsi sebagai boarding pass di area stasiun tidak dapat diaktifkan ketika waktu keberangkatan dari Stasiun Bandara Soekarno-Hatta menuju Stasiun BNI City sudah tiba. Alhasil, penumpang harus menunggu bantuan dari petugas untuk dapat masuk ke peron.
Perbaikan terus dilakukan agar harapan masyarakat akan keberadaan transportasi publik yang nyaman, aman, dan murah dapat tercapai. KA Bandara Soekarno-Hatta menjadi salah satu pengobat rindu warga Jakarta yang mulai jenuh akan kemacetan akibat semakin banyaknya kendaraaan pribadi. (DD13)