Proyek Infrastruktur Harus Selesai Tepat Waktu agar Macet Tak Berkepanjangan
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan sejumlah proyek infrastruktur menjadi biang penyebab kemacetan lalu lintas di beberapa lokasi Ibu Kota. Pembangunan proyek ini harus selesai tepat waktu agar beban kemacetan bisa segera berkurang.
Pejabat Pembuat Komitmen Prasarana LRT Jabodebek Kementerian Perhubungan Jumardi menjelaskan, lokasi kemacetan akibat pembangunan kereta ringan (LRT) memang tidak bisa dihindari.
Beberapa lokasi kemacetan akibat pembangunan LRT semakin parah karena juga bersamaan dengan pembangunan jalan layang (flyover).
”Titik kemacetan yang kita lihat sehari-hari akibat pembangunan LRT ini adalah di lintas Cawang hingga Kuningan. Di daerah MT Haryono kemacetan terjadi karena pekerjaan LRT bersamaan dengan pekerjaan flyover Pancoran sehingga kemacetannya semakin parah,” tutur Jumardi saat dihubungi, Selasa (26/12).
Kemacetan di beberapa lokasi pembangunan LRT semakin parah karena bersamaan dengan pembangunan jalan layang.
Jumardi menjelaskan, analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) untuk proyek LRT ini sudah keluar sejak tahun 2016. Amdal tersebut juga termasuk cara merekayasa lalu lintas saat konstruksi supaya meminimalkan faktor kemacetan.
”Selain itu, pembangunan ini kami lakukan secara bertahap sambil menunggu jalan layang Pancoran selesai pada Januari 2018. Diharapkan, setelah jalan layang ini selesai, dapat mengurangi kemacetan,” lanjut Jumardi.
Hingga saat ini, proyek pengerjaan LRT Cawang-Dukuh Atas mencapai 12,4 persen. Jumardi menyebutkan, prosesnya sudah selesai pada pekerjaan fondasi mainline dan konstruksi long span.
Selain itu, pengerjaan tiang dan pemasangan pier head juga sudah dikerjakan. Di Cikoko, MT Haryono (depan Korlantas), pemasangan U-shape girder juga telah dikerjakan.
”Pembangunan ini terlambat karena perubahan trase di era Gubernur Ahok. Selain itu, pihak LRT juga menunggu keputusan desain karena perubahan trase ini,” kata Jumardi.
Banyak pula utilitas yang perlu direlokasi, seperti pipa gas, pipa air, kabel listrik, dan kabel fiber optik. Khusus di Jalan Rasuna Said, pengerjaan LRT harus menyesuaikan dan merelokasi sementara halte transjakarta.
”Selain LRT Cawang-Dukuh Atas, ada juga proyek LRT Cawang-Bekasi Timur dengan progres mencapai hampir 27 persen, sedangkan untuk jalur Cawang-Cibubur progresnya telah mencapai 46,6 persen. Ditargetkan, proyek LRT Jabodebek selesai pada Mei 2019,” ujar Jumardi.
Berdasarkan pantauan Kompas, Selasa (26/12), terjadi penyempitan jalan dari sembilan lajur di Cawang di depan Universitas Kristen Indonesia hingga menjadi hanya 1,5 lajur di Pancoran.
Selain itu, kondisi trotoar juga rusak akibat pembangunan proyek LRT. Beberapa kendaraan seperti ekskavator dan alat-alat berat juga terparkir di pinggir jalan.
”Kalau hari ini tampak lengang, karena mungkin sedang suasana libur Natal. Biasanya, kalau jam sibuk, seperti pagi sekitar pukul 7 dan sore sekitar pukul 5, macetnya sangat parah,” tutur Ari, pengemudi ojek daring, saat dijumpai di daerah Cawang.
Ia menyebutkan, dari Cawang hingga Pancoran bisa memakan waktu sekitar 45 menit pada jam sibuk. Padahal, pada kondisi normal bisa ditempuh dalam waktu 15 menit.
”Kalau saya, sih, merasa wajar kemacetan terjadi karena proyek LRT. Harapan saya, proyek ini bisa selesai tepat waktu dan mengurangi kemacetan di sini,” ucapnya.
Penyempitan jalan akibat pembangunan LRT juga tampak di daerah Rawamangun, tepatnya pada pembangunan LRT Velodrome.
Direktur Proyek LRT Jakarta PT Jakarta Propertindo Allan Tandiono mengatakan, pembangunan prasarana LRT Jakarta ditargetkan selesai pada Agustus 2018 sebelum Asian Games.
”Untuk enam stasiun layang LRT Jakarta, antara lain stasiun Depo Pegangsaan Dua, stasiun di depan Mal Kelapa Gading, stasiun di Jalan Boulevard Raya, stasiun di Jalan Kayu Putih Raya (Pulomas), stasiun di depan Gelanggang Olahraga Velodrome Rawamangun, sudah mencapai 50,85 persen progresnya,” lanjut Allan.
Progres ini juga meliputi pekerjaan konstruksi fisik LRT Jakarta Koridor I Fase I (Kelapa Gading-Velodrome). Terkait amdal proyek ini, Allan menjelaskan sudah ada izin amdal lalu lintas pada 2 Agustus 2017.
Cawang hingga Pancoran bisa memakan waktu sekitar 45 menit pada jam sibuk. Padahal, pada kondisi normal bisa ditempuh dalam waktu 15 menit.
”Setiap adanya perubahan arus lalu lintas, tim proyek akan mengusulkan penerapan manajemen lalu lintasnya. Hal ini didiskusikan terlebih dahulu oleh pihak Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Dinas Perhubungan Pemprov DKI, dan pihak kecamatan,” kata Allan.
Terowongan
Selain pengerjaan LRT, beberapa proyek terowongan (underpass) juga menjadi penyebab kemacetan di sejumlah ruas jalan. Beberapa proyek tersebut ialah proyek terowongan Matraman dan Mampang.
Kepala Bidang Simpang dan Jalan Tak Sebidang dari Dinas Bina Marga DKI Jakarta Heru Suwondo mengatakan, saat ini progres proyek terowongan Mampang-Kuningan sudah mencapai 76 persen, sedangkan proyek terowongan Matraman sudah 86 persen.
”Untuk terowongan Mampang-Kuningan, target kami selesai pada Maret atau April 2018, sedangkan untuk terowongan Matraman target selesai pada Februari 2018,” ujar Heru.
Roy, pengemudi taksi, menjelaskan, akibat pembangunan terowongan Matraman, kemacetan sangat terasa di Jalan Salemba, Jalan Pramuka, dan Jalan Matraman Raya.
”Terjadi penyempitan jalur serta pengalihan arus lalu lintas. Semoga pengerjaan proyek ini tidak molor waktu penyelesaiannya,” kata Roy.
Heru menjelaskan, kendala terkait pengerjaan proyek ini karena utilitas kabel PLN dan pipa PAM.
Masalah cuaca juga menjadi faktor kendala pengerjaan karena pekerja tidak bisa mengecor beton saat hujan.
Saat ini, masalah utilitas tersebut sudah dapat diselesaikan. Namun, masalah cuaca juga menjadi faktor kendala pengerjaan karena pekerja tidak bisa mengecor beton saat hujan.
”Untuk masalah kemacetan lalu lintas, kami sudah berkoordinasi dengan dinas perhubungan dan kepolisian. Saat ini di lapangan, area tengah (posisi box underpass) juga sudah mulai terbuka sehingga lalu lintas mulai agak longgar di persimpangan, baik di Matraman maupun di Mampang,” tutur Heru.
Drainase
Jumardi menjelaskan, akibat pembangunan LRT Jabodebek, beberapa drainase rusak karena tidak mampu menahan beban alat berat. Petugas pun berencana merapikan drainase setelah selesai pengerjaan fondasi.
”Khususnya di Jalan MT Haryono, kondisi drainase awalnya memang sudah kecil, ditambah lagi harus menanggung alat berat sehingga drainase tersebut jadi tertutup,” ucap Jumardi.
Allan menambahkan, terkait pengerjaan proyek LRT Jakarta, pihaknya telah melakukan rapat dengan perwakilan dari Dinas PU Tata Air, Town Management Summarecon Kelapa Gading, dan Kecamatan Kelapa gading.
Ada beberapa titik saluran yang kondisinya sudah kurang baik, tepatnya di Jalan Boulevard Raya Kelapa Gading dan di simpang Jalan Raya Kelapa Nias.
”Nantinya, saluran ini akan diperbaiki WIKA (PT Wijaya Karya) selaku kontraktor dan pihak Town Management Summarecon Kelapa Gading akan menyiapkan pompa. Pompa ini akan dipasang WIKA agar air dapat dialirkan ke kanal sepanjang Jalan Raya Kelapa Nias,” lanjut Jumardi. (DD05)