”Itu ada api di atas, suaranya menggelegar, dengarkan, dengarkan. Gunung erupsi,” kata Vincencius Pandia (56) sambil terus mengabadikan erupsi Gunung Sinabung dari Desa Payung, Kecamatan Payung, Karo, Sumatera Utara, Jumat (29/12) pukul 06.05 WIB.
Meski erupsi dibarengi percikan api beberapa kali, warga yang sudah bangun tak lagi khawatir. ”Ayo masuk rumah, abu ke arah sini, bukan ke arah Desa Berastepu, Gamber, sampai Berastagi,” ujarnya lagi.
Rabu (27/12) pukul 15.34 WIB, terjadi erupsi Sinabung terbesar sepanjang 2017 dengan ketinggian letusan mencapai 4.600 meter ke arah Berastagi. Gunung Sinabung, setinggi 2,8 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan mulai meletus pertama kali pada Oktober 2010 setelah 600 tahun tidur, hampir setiap hari erupsi.
Sejak erupsi 2010, jalur utama masuk ke desa di sekeliling Gunung Sinabung sebanyak 14 desa yang berjarak paling jauh 5 kilometer dari puncak dipasang tanda serta petunjuk ”Dilarang Memasuki Kawasaki Zona Merah” serta dipasang portal.
Jalan masuk ke Desa Gurukinayan, Berastepu, Gamber, Bekerah, Kuta Tonggal, Suka Meriah, dan Naman Teran bahkan dipasang portal dan dijaga ketat TNI. Desa-desa tersebut seluruhnya kosong karena ditinggalkan penduduk yang sudah direlokasi ke beberapa kawasan, antara lain Siosar dan Ndokum Siroga.
Walau erupsi setiap hari berlangsung, penduduk dari desa yang sudah direlokasi masih berladang di zona merah. ”Kami bolak-balik ke ladang di Kuta Tonggal yang berjarak 10 kilometer dari relokasi di Ndokum Siroga. Lokasi ladang masuk zona merah. Jadi begitu erupsi, langsung berusaha menjauh dari ladang,” tutur Bagelit br Pandia (70), penduduk Gamber.
Walau gunung masih erupsi, kehidupan warga di sekeliling Sinabung tak lantas berhenti.
Walau gunung masih erupsi, kehidupan warga di sekeliling Sinabung tak lantas berhenti. Gempuran awan panas dan lahar dingin yang saling berganti terjadi memang harus dijauhi karena hidup tidak untuk mati sia-sia. Karena itu, meski erupsi entah sampai kapan berlangsung, warga tetap berjuang menjalani hidup dengan melakukan aktivitas biasanya, terutama berladang, karena hampir 80 persen penduduk Kabupaten Karo hidup dari sektor pertanian.
Bagi warga, erupsi menjadi pemandangan abadi yang nyaris setiap hari terjadi. Telinga penduduk pun kian peka saat mendengar suara gemuruh, pertanda Sinabung pasti erupsi. Tinggal diamati saja ke mana arah angin membawa awan. Selama awan tak mengarah ke kampung sendiri, mereka tetap beraktivitas.