BANDUNG, KOMPAS — Sungai Citarum dibiarkan tercemar mulai dari hulu di Situ Cisanti, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Butuh penanganan dan pengawasan kuat semua pihak guna menjamin keasrian dan kualitas air Sungai Citarum.
Berdasarkan pantauan Kompas, Jumat (29/12), sebagian area Situ Cisanti yang luasnya sekitar 8 hektar ditumbuhi eceng gondok dan lumut. Sampah botol plastik juga terlihat mengambang. Kondisi ini nyaris tak berubah sejak beberapa tahun terakhir.
Asepudin (35), warga Desa Tarumajaya, mengatakan, Situ Cisanti sudah lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Pada November dan awal Desember lalu, puluhan tentara Komando Daerah Militer III Siliwangi dan tim gabungan beberapa relawan membersihkan Situ Cisanti yang kedalamannya 3-4 meter.
”Lumpur dan eceng gondok banyak berkurang, tetapi sekarang mulai tumbuh lagi,” ujar Asep saat ditemui di tepi Situ Cisanti. Limbah ternak juga masih mengancam dan dibuang sembarangan ke sungai.
Deden (32), warga Desa Tarumajaya, mengatakan, dirinya masih membuang kotoran dua sapinya ke Sungai Citarum. Dia mengaku belum tahu mengolah limbah kotoran ternaknya agar tidak mengotori Sungai Citarum. ”Kalau diberi pengarahan, saya siap mempraktikkannya. Saya juga ingin Citarum tidak tercemar,” ujar Deden.
Sehari sebelumnya, kondisi ini juga menjadi bahasan utama dalam Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Barat di Bandung. Pesertanya melibatkan unsur TNI, polisi, Pemprov Jawa Barat, serta kota dan kabupaten yang dialiri Citarum.
Tumpukan sampah
Pangdam III Siliwangi Mayor Jenderal Doni Munardo mengatakan, Cekungan Bandung menjadi daerah dengan tumpukan sampah Citarum terbanyak. Volume sampah mencapai 500.000 meter kubik per tahun. Namun, 40 persen di antaranya tidak terangkut. Ada yang menggenang di sungai dan berceceran di sejumlah tempat.
Cekungan Bandung meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang. Selain itu, ada juga Kota Cimahi dan Kota Bandung.
”Butuh koordinasi kuat untuk menjaga kualitas air Sungai Citarum. Karena itu, bersama Pemprov Jabar dan Kepolisian Daerah Jabar, Citarum akan dibenahi mulai Januari 2018. Berbagai kalangan, mulai dari ulama atau tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga budayawan, akan dilibatkan dalam program bernama Citarum Harum ini,” kata Doni.
Butuh koordinasi kuat untuk menjaga kualitas air Sungai Citarum. Karena itu, bersama Pemprov Jabar dan Kepolisian Daerah Jabar, Citarum akan dibenahi mulai Januari 2018.
Kepala Polda Jabar Inspektur Jenderal Agung Budi Maryoto mengatakan, pihaknya dalam periode 2013-2017 sudah menangani 10 kasus pencemaran Sungai Citarum.
Selain itu, pihaknya juga sudah mengantongi nama 126 pabrik yang mendapat sanksi administrasi dari Dinas Lingkungan Hidup Jabar. ”Semua bentuk pelanggaran akan kami tindak lanjuti,” ucap Agung.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan berharap program ini akan efektif. Diperkirakan anggaran yang dibutuhkan untuk memuluskan program ini sekitar Rp 604 miliar pada 2018.
”Anggaran ini akan dibagi secara proporsional dengan pemerintah pusat, provinsi, juga kabupaten dan kota. Semua pihak harus terlibat bersama-sama memperbaiki Citarum,” ujarnya.
Sementara itu, pembangunan kolam retensi di Kampung Cieunteung, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, terus berjalan. Kolam ini dibuat untuk menanggulangi banjir yang kerap merendam Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Kecamatan Bojongsoang karena luapan Sungai Citarum. Kolam yang dibangun dengan biaya sekitar Rp 180 miliar itu mulai dibangun Maret 2016 dan direncanakan selesai akhir 2018.
Kepala Pelaksana Proyek Kolam Retensi Kampung Cieunteung M Nooryanto mengatakan, pembangunan sudah rampung hingga 51 persen. Dinding kolam di bagian timur sebagian sudah diturap semen dan sebagian lainnya masih dikeruk.
”Kami juga sedang memasang pompa air,” ujar Nooryanto saat ditemui di lokasi proyek, Jumat.
Nooryanto menjelaskan, kolam seluas sekitar 8 hektar tersebut akan mampu menampung 560.000 kubik air. Kolam itu akan menjadi tempat penampungan anak-anak Sungai Citarum di bagian barat dan selatan, seperti Sungai Cigado dan Ciputat, agar tidak meluap dan menyebabkan banjir di permukiman warga. Presiden Joko Widodo juga memberikan perhatian khusus terkait kolam retensi ini. (BKY/SEM/CHE)