Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sedianya mengumumkan bakal calon gubernur yang diusung pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah, Kamis (4/1) di Jakarta. Sebagai partai politik dengan perolehan suara terbesar, PDI-P mesti diakui menjadi kekuatan besar. Posisi Jawa Tengah yang selama ini mendapat label ”kandang banteng” menjadi pertaruhan.
Akankah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai balon petahana masih diusung lagi, atau PDI-P mengalihkan rekomendasinya kepada bakal calon lain? Dengan penduduk lebih dari 35 juta orang, Jateng tetap menjadi daerah strategis bagi parpol untuk mengetes kekuatan sebelum Pilpres 2019.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI-P Jawa Tengah Bambang Wuryanto, Selasa (2/1), mengatakan, rencana pengumuman balon gubernur Jateng akan dibarengkan dengan balon gubernur Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat. ”Kalau tidak ada perubahan, memang jadwalnya seperti itu. PDI-P juga sementara masih sendirian, belum rencana gandeng parpol lain,” ujarnya.
DPD PDI-P Jateng telah membuka pendaftaran balon hingga Oktober 2017. Mereka menerima lamaran sebanyak 25 balon gubernur dan balon wakil gubernur. Dari jumlah itu, sekitar 19 orang mengembalikan formulir pendaftaran, seperti Bupati Kudus Mustofa, Bupati Sukoharjo Wardoyo, Sunarna (mantan Bupati Klaten), dan Ganjar Pranowo.
Di posisi balon wakil gubernur muncul nama Bupati Pemalang Junaedi, Heru Sudjatmoko (wakil gubernur petahana), mantan Pangdam Diponegoro Mayjen TNI Purn Sunindyo, Bupati Jepara Ahmad Marzuki, dan sejumlah tokoh masyarakat lain.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah Joko Purnomo mengemukakan, proses partai politik mendaftarkan balon berlangsung selama tiga hari, yakni pada 8-10 Januari. Syarat parpol berhak mengajukan balon minimal memiliki 20 kursi di DPRD Jateng. Untuk Pilgub Jateng, pemenang ditetapkan suara terbanyak, berbeda di Pilgub DKI yang mensyaratkah cagub harus menang dengan komposisi perolehan suara 50 persen+1.
Pengamat politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Diponegoro Semarang, Teguh Yuwono, menilai, untuk mengalahkan cagub dari PDI-P di Jateng memang agak sulit, tetapi bukan berarti tidak bisa. Dengan 31 kursi di DPRD Jateng, PDI-P memiliki kader loyalis dan pendukung setia setidaknya sebesar 36 persen dari total pemilih. Hal itu yang menjadi modal bagi gubernur petahana sekiranya tetap diusung kembali oleh PDI-P pada Pilgub 2018.
”Kalau kesan umumnya Pilgub Jateng tidak ramai, penyebabnya tiga hal, yakni parpol lain belum menemukan figur pemimpin yang setara dengan Ganjar Pranowo. Kedua, parpol di luar PDI-P tidak punya kekuatan kecuali berkoalisi. Faktor lain yang krusial, mitos Jateng ’kandang banteng’ boleh jadi diyakini partai lain,” kata Teguh.
Poros tengah
Meskipun PDI-P ancang-ancang mengumumkan nama cagub pekan ini, koalisi Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah lebih dulu mendeklarasikan Sudirman Said, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebagai balon gubernur Jateng. Koalisi tiga partai dengan modal 29 kursi ini bisa melenggang mengajukan Sudirman Said, warga asal Brebes ini ke KPUD.
Sebagai pemenang pemilu kedua terbesar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jateng bermodal 13 kursi masih belum ada tanda-tanda membentuk koalisi parpol ataupun minat hendak bergabung ke arah mana. Menurut Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jateng KH Muhammad Yusuf Chudlori atau akrab dipanggil Gus Yusuf, komunikasi politik dengan parpol lain intensif digodok pihak DPP.
”Sebagai parpol terbesar kedua, tentu wajar apabila mengajukan tokohnya sebagai wakil gubernur apabila diajak oleh parpol lain pada pilgub Jateng mendatang. Kemungkinan lain, komunikasi di pusat lebih mengarah pada terbentuknya poros baru untuk menggusung cagub alternatif. Jadi tunggu 1-2 hari ini pasti ada titik terang posisi PKB,” ujar Gus Yusuf.
Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Jateng Ferry Wawan Cahyono menjelaskan, bersama Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golkar telah berupaya berkoalisi untuk membentuk poros tengah. Tujuannya, gabungan parpol dengan modal 27 kursi ini sudah dapat mengajukan bakal calon sendiri.
”Hanya saja, kesepakatan itu masih bisa berubah, apakah mau mengajukan balon cagub sendiri atau bergabung dengan koalisi parpol lain,” ujar Ferry.
Teguh Yuwono mengemukakan, peta jalan demokrasi pada Pilgub Jateng makin jelas. Jika PDI-P tetap sendirian, kemudian ada koalisi Gerindra, PAN, dan PKS disusul koalisi poros tengah, yakni gabungan PPP, Partai Demokrat, dan Partai Golkar, maka pilgub akan diikuti tiga pasangan balon gubernur. Hal itu dimungkinkan sekiranya PKB memutuskan bergabung dengan salah satu poros.