Sekolah Terancam Longsor, Murid Sekolah di Bantul Belajar di Tenda
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Ratusan murid di dua sekolah di Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terpaksa belajar di tenda sejak awal pekan ini. Pihak sekolah terpaksa memindahkan kegiatan belajar-mengajar di tenda karena gedung sekolah mereka terancam bencana tanah longsor.
Dua sekolah yang terpaksa menggelar kegiatan belajar-mengajar di tenda itu adalah SD Seropan dan SMP Muhammadiyah 2 Dlingo. Lokasi gedung dua sekolah itu memang berdekatan dan kini sama-sama terancam terkena bencana tanah longsor.
”Anak-anak terpaksa belajar di tenda sejak Selasa (2/1) kemarin,” kata Kepala SD Seropan Wagiran saat ditemui di lokasi sekolah sementara di Desa Muntuk, Rabu (3/1).
Menurut Wagiran, seluruh murid SD Seropan dari kelas I sampai kelas VI yang berjumlah 122 orang itu terpaksa belajar di lokasi sementara karena gedung sekolah mereka berpotensi terkena tanah longsor. Dia menjelaskan, di belakang gedung SD Seropan terdapat tebing yang sudah mulai retak-retak. ”Apabila tebing itu longsor, akan menimpa ruang kelas sekolah kami,” katanya
Selain itu, Wagiran menuturkan, lantai halaman sekolah tersebut juga telah ambles dengan kedalaman sekitar 80 sentimeter dan beberapa dinding gedung sekolah itu juga sudah mengalami retak-retak. Di halaman sekolah itu juga ada retakan tanah dengan jalur melingkar. ”Ada juga fondasi gedung yang sudah ambles dengan kedalaman sekitar 1 meter,” tuturnya.
Wagiran mengatakan, retakan di beberapa bagian sekolah itu mulai diketahui sejak 21 Desember 2017. Kondisi itulah yang membuat pihak sekolah akhirnya memutuskan memindahkan kegiatan belajar-mengajar untuk menghindari adanya korban apabila longsor benar-benar terjadi.
Saat ini, murid kelas I sampai kelas V SD Seropan belajar di dua tenda ukuran besar yang merupakan bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul. Tenda tersebut dibangun di lokasi aman yang berjarak sekitar 1 kilometer (km) dari gedung sekolah lama. Khusus untuk siswa-siswi kelas VI, mereka belajar di sebuah ruangan milik taman kanak-kanak yang lokasinya tak jauh dengan tenda darurat.
Wagiran berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul bisa segera membangun gedung baru untuk tempat belajar murid SD Seropan. Hal ini karena proses belajar-mengajar di tenda tidak bisa berlangsung dengan nyaman karena hawa di dalam tenda sangat panas apabila siang hari. ”Anak-anak jadi tidak konsentrasi belajar karena kalau siang hari, hawanya sangat panas,” katanya.
Sementara itu, Kepala SMP Muhammadiyah 2 Dlingo Maryono mengatakan, murid sekolah tersebut mulai belajar di tenda sejak Rabu ini. Saat ini, murid kelas VIII dan kelas IX SMP itu belajar di dua tenda bantuan dari BPBD Kabupaten Bantul. Sementara itu, murid kelas VII belajar di sebuah ruangan di salah satu masjid di Desa Muntuk.
Lokasi sekolah sementara SMP Muhammadiyah 2 Dlingo itu berada di dekat lokasi sekolah sementara SD Seropan. ”Jumlah murid kami dari kelas VII sampai kelas IX ada 70 orang. Kami sangat berharap bisa segera mendapatkan gedung yang layak untuk tempat belajar,” kata Maryono.