JAKARTA, KOMPAS — Stabilitas makroekonomi yang terjaga telah menjadi fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi tahun 2017. Stabilitas ini harus dipertahankan dan ditingkatkan agar perekonomian tetap bisa tumbuh dengan kuat pada 2018.
Kinerja pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional dinilai baik selama 2017. ”Kami senang dengan stabilitas ekonomi sepanjang 2017 karena memberikan kepastian berusaha. Momentum ini harus dijaga. Saat ini kami lebih confident terhadap pemerintah,” kata Deputy Chairman Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Presiden Direktur Santini Group Luki Wanandi saat dihubungi, Rabu (3/1).
Terkait ekonomi makro, Luki menganggap nilai rupiah yang berada di sekitar 13.500 per dollar AS itu tergolong stabil. Pertumbuhan ekonomi di sekitar 5 persen juga dianggap baik.
Namun, Luki mengharapkan pada 2018 pertumbuhan ekonomi nasional bisa mencapai 5,5-6 persen. Tujuannya untuk dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja.
Selain itu, pencapaian selama 2017 yang disoroti oleh Luki ialah pembangunan infrastruktur yang menunjang interkonektivitas antardaerah, bahkan hingga pulau-pulau kecil. ”Pada 2018, pembangunan ini akan terasa kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi nasional,” ucapnya.
Stabilitas ekonomi harus ditingkatkan mengingat tahun ini merupakan tahun politik. Sebab menurut Luki, di Indonesia, politik dan ekonomi tidak dapat dipisahkan sepenuhnya. Gejolak di bidang politik biasanya akan berimbas pada perekonomian.
”Terutama untuk membeli aset, perlu komitmen jangka panjang. Karenanya, stabilitas ekonomi dibutuhkan agar lebih mudah diprediksi dan kami dapat memutuskan investasi jangka panjang ini,” tuturnya.
Luki juga mengimbau agar masyarakat lebih skeptis terhadap isu SARA dan berita bohong selama tahun politik demi menjaga stabilitas nasional. Menurut dia, rasa persatuan dapat menjadi tameng untuk menghadapi tahun politik.
Moneter
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus D W Martowardojo mengatakan, pihaknya akan terus menjaga stabilitas ekonomi yang sudah terbilang baik selama ini. Salah satunya adalah menjaga inflasi tetap stabil di level rendah. Tahun ini, pemerintah dan BI menargetkan inflasi sebesar 3,5 persen dengan galat 1 persen.
BI, kata Agus, juga akan menjaga defisit transaksi berjalan tetap sehat. ”Kami mengharapkan angkanya di bawah 2,5 persen PDB,” ucap Agus saat ditemui secara terpisah di Jakarta, Rabu.
Selain itu, nilai tukar rupiah akan dijaga di level fundamentalnya. Agus mengatakan, sepanjang 2017, kurs rupiah terdepresiasi sebesar 0,7 persen, sedangkan selama 2016 terjadi apresiasi sebesar 2,3 persen.
Pencapaian 2017
Agus juga mengatakan, perekonomian Indonesia terus mendapatkan sentimen positif. Salah satu indikatornya, pembiayaan nonperbankan melalui pasar keuangan dan pasar modal terus meningkat.
Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus meningkat dari waktu ke waktu. ”Gejolak nilai tukar rupiah sepanjang 2017 hanya berkisar 3 persen, sedangkan tahun lalu 8 persen. Ini artinya volatilitas rupiah lebih terjaga,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatan BI, dalam dua minggu terakhir, dana asing yang mengalir ke Indonesia terus meningkat walaupun telah memasuki musim liburan. Aliran ini tak lepas dari respons global terhadap langkah lembaga pemeringkat internasional Fitch yang menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB minus menjadi BBB dengan outlook stabil. (DD09)