Geng Motor Remaja di Jakarta Bermutasi Jadi Geng Perampok
Oleh
Windoro Adi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setahun terakhir, remaja di Jakarta yang terlibat geng motor bermutasi menjadi para perampok sepeda motor. Anggota geng motor yang bermutasi menjadi perampok sepeda motor ini juga relatif masih sangat muda. Evolusi geng motor menjadi perampok sepeda motor ini terekam jelas dari berbagai peristiwa kriminal yang terjadi di Jakarta dalam beberapa waktu terakhir.
Tanggal 20 Desember 2017 pukul 05.00, Muhammad Bayu Ardiansyah (17) menjadi korban saat melintas di Jalan Tanjung Duren, Tanjung Duren Selatan, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Saat itu segerombolan remaja naik sepeda motor, memepet korban sambil mengacungkan senjata tajam. Karena panik dan takut, Bayu turun dari motor dan berlari menyelamatkan diri. Kendaraan korban dibawa pelaku.
”Para pelakunya anggota geng motor, masih di bawah umur. Mereka mendapatkan korban dengan memepet sepeda motor korban beramai-ramai sambil mengacungkan senjata tajam mengancam korban,” kata Kanit Reskrim Polsek Tanjung Duren Ajun Komisaris Renza Aktadevia, Jumat, (5/1). Bagi korban, suasana kengerian seperti ini membuat korban menyerah sebelum melawan.
Bagi korban, suasana kengerian seperti ini membuat korban menyerah sebelum melawan
Setelah mendapat laporan, polisi pun memburu pelaku. Mereka diketahui berada di depan minimarket di Jelambar, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, menggunakan kendaraan korban. Tanpa perlawanan, kedua pelaku ditangkap. ”Kamis (4/1), mereka kami tangkap dengan sejumlah motor curian,” ujar Renza.
Dari hasil pemeriksaan, lanjutnya, geng motor ini awalnya cuma tawuran dengan geng motor lain. ”Tetapi mungkin untuk membiayai kegiatan mereka, mereka akhirnya merampok,” ucap Renza.
Dalam kasus ini, dua remaja ditetapkan sebagai tersangka. Ia adalah RPP(17) dan JH (15).
Meski di bawah umur, kata Renza, keduanya tetap menjalani proses hukum, sesuai undang-undang yang berlaku. Dalam pemeriksaan, keduanya mengaku baru sekali merampok sepeda motor.
”Kami masih melakukan pengejaran terhadap pelaku lain yang ikut merampok,” ujar Renza.
Heroisme
Menanggapi hal ini, Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Reni Kusumowhardani yang dihubungi terpisah mengatakan, mutasi geng motor dari kelompok tawuran menjadi kelompok perampok ini berhubungan dengan pencarian nilai heroisme baru kelompok mereka.
Nilai heroisme dalam geng motor ditentukan oleh seberapa berani mereka melanggar hukum. Semakin banyak melanggar hukum, dan semakin berani melanggar pasal pidana yang lebih berat, geng motor yang bersangkutan menjadi lebih eksis.
Mutasi geng motor dari kelompok tawuran menjadi kelompok perampok ini berhubungan dengan pencarian nilai heroisme baru kelompok mereka.
”Kalau tawuran sudah mereka anggap biasa dan banyak dilakukan oleh geng lain, mereka akan mencari tindakan yang lebih berisiko tinggi melanggar hukum. Dari sekadar tawuran, merampok,” kata Reni.
Ia berpendapat, remaja yang terlibat geng motor umumnya remaja yang terpinggirkan oleh lingkungannya karena dinamika perilaku mereka yang masih labil dan sering merepotkan lingkungannya. Di dalam keluarga pun, mereka tidak bisa membangun identitas diri yang sehat karena tiadanya figur orangtua. Di sisi lain, tak banyak pilihan kegiatan yang menarik bagi mereka.
Solusinya? ”Lingkungan harus berani menerima mereka kembali dengan segala kerepotannya. Bersama dengan mereka membuat sejumlah kegiatan yang menarik bagi para remaja ini. Orangtua mereka harus lebih serius bisa menjadi teladan para remaja. Dengan demikian, para remaja bisa menemukan figur yang baik, dan menjadi figur baik yang mereka maui,” kata Reni.
Di sisi lain, polisi dan aparat keamanan lain berani membubarkan paksa geng motor yang sudah sering terjerat tindak pidana.