BANDUNG, KOMPAS — Butuh pendekatan kultural dan langkah bersama antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha untuk menangani Sungai Citarum yang tercemar. Kebersamaan ini sangat penting karena masalah Citarum sangat kompleks dan terkait dengan banyak aspek.
Masalah Citarum ibarat benang kusut yang sulit diurai. Pencemaran dan kerusakan lingkungan terjadi sejak dari hulu hingga hilir sepanjang 279 kilometer selama puluhan tahun. Tak hanya merugikan negara, kerusakan itu juga merugikan sekitar 20 juta warga yang hidup di sekitar Sungai Citarum.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Yudha Mediawan berharap perhatian kepada Citarum tak hanya berkutat pada pendekatan struktural. "Langkah kultural yang melibatkan semua pihak guna mencegah limbah dan sampah masuk ke Citarum harus dilakukan bersama," kata Yudha.
Ia mencontohkan, upaya pengerukan sedimentasi Sungai Citarum yang sudah dilakukan, jika tanpa disertai perbaikan perilaku di hulu dan pengelolaan sampah, tentu percuma. Seusai normalisasi, Citarum akan cepat terisi sampah dan terjadi sedimentasi kembali.
Pengerukan Citarum dilakukan hampir sepanjang tahun. Namun, dalam satu-dua pekan, badan sungai penuh lagi oleh sampah. Selain itu, sampah yang sudah dikeruk dan diletakkan di pinggir sungai tak segera diangkut petugas dinas kebersihan ke tempat pembuangan akhir. Akibatnya, saat hujan turun, sampah masuk lagi ke sungai. Kondisi itu antara lain terlihat di ruas Sungai Cikapundung, anak Sungai Citarum, di bawah Jembatan Cijagra, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pendampingan
Panglima Kodam III/Siliwangi Mayor Jenderal Doni Monardo berharap program Citarum Harum bisa menekan kerusakan Citarum. Dimulai tahun ini, Citarum ditargetkan bersih dari sampah dalam 6 bulan, kemudian 2 tahun bersih dari limbah, dan pemulihan jangka panjang hingga 5 tahun ke depan. Personel TNI, polisi, pemuka agama, ahli lingkungan hidup, seniman, dan relawan akan menjadi garda terdepan perbaikan Citarum.
"Sebanyak 20 perwira menengah TNI akan jadi koordinator di 20 titik utama Citarum. Mereka akan mendetailkan permasalahan, menyusun kebutuhan anggaran, lalu menyampaikannya kepada bupati atau wali kota. Mungkin ini adalah operasi di luar perang terbesar yang kami lakukan," kata Doni, Jumat (5/1).
Doni mengatakan, pembenahan Citarum akan dilakukan bertahap, termasuk sosialisasi kepada warga sekitar Citarum. Warga juga akan dilatih bertani dan beternak yang ramah lingkungan, termasuk pelatihan budidaya murbei.
Tokoh masyarakat Desa Laksana Mekar, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Rosadi, berharap janji itu dipenuhi. Ia mengatakan, warga di delapan desa di Batujajar terpaksa bertani di bantaran Waduk Saguling yang tercemar.
"Warga sebaiknya ditawari alternatif pekerjaan lain. Mereka belum paham, sesungguhnya mereka hidup di antara limbah berbahaya," kata Rosadi, yang juga Koordinator Jejaring Keswadayaan Masyarakat Menjaga Mutu Air Sungai.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, koordinasi semua pihak, termasuk dengan TNI dan Polri, diyakini bisa memuluskan upaya pemulihan Sungai Citarum. Diperkirakan, dana yang dibutuhkan untuk program ini Rp 604 miliar. "Dengan dana itu, nantinya kami akan bersama-sama melakukan pembenahan agar kondisi Sungai Citarum jauh lebih baik," kata Heryawan. (CHE/BKY/SEM/MED)