Pancing Ketertarikan Masyarakat Naik Kereta Cepat
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus berusaha mendorong pembangunan transportasi berbasis rel di Indonesia untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di jalan raya. Namun, upaya tersebut dinilai perlu diimbangi dengan evaluasi yang matang agar masyarakat berminat menggunakan kereta api ketika mulai beroperasi.
Saat ini, pemerintah sementara mengerjakan proyek kereta api (KA) cepat Jakarta-Bandung. Pemerintah juga merencanakan pembangunan proyek KA semicepat Jakarta-Surabaya.
Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menyatakan, pembangunan proyek harus memperhatikan antusiasme masyarakat ketika kereta mulai beroperasi. Hal tersebut diperlukan agar proyek tidak sia-sia ketika selesai dikerjakan.
”Proyek KA cepat Jakarta-Bandung, misalnya, memiliki biaya investasi yang mahal sehingga akan berimbas kepada harga tiket,” kata Djoko, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (5/1). Pemerintah dinilai perlu mempertimbangkan apakah daya beli masyarakat sesuai dengan yang diproyeksikan.
Apalagi, sudah banyak kereta Jakarta-Bandung yang tersedia dengan harga yang terjangkau. Ia mengingatkan pemerintah agar proyek tersebut tidak justru mematikan bisnis kereta api lainnya yang beroperasi di jalur itu terlebih dahulu.
Djoko juga mengungkapkan hal senada mengenai KA semicepat Jakarta-Surabaya. Tujuan utama pembangunan adalah mengalihkan pengguna kendaraan bermotor dan pesawat terbang menuju kereta api.
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan selesai dan beroperasi tahun 2019.
Ia menjabarkan, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menuju bandara di kota Jakarta dan Surabaya kini membutuhkan waktu 2 jam karena berada di luar kota. Adapun waktu penerbangan dan proses pengurusan administrasi dapat mencapai 3 jam. Total waktu yang dibutuhkan bisa mencapai 5 atau 6 jam.
Jika proyek tersebut lancar, lanjutnya, masyarakat yang akan pergi dari Jakarta menuju Surabaya dan sebaliknya hanya akan membutuhkan waktu rata-rata 5 jam untuk tiba di tengah kota. Tarif kereta seyogianya tidak setara dengan tiket pesawat sehingga masyarakat tertarik beralih. ”Nilai waktu dan tarif yang perlu dijual pemerintah agar pembangunan berhasil,” kata Djoko.
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan selesai dan beroperasi tahun 2019. Proyek kereta cepat merupakan proyek kerja sama Indonesia-China guna mendorong konektivitas kota Jakarta dan Bandung serta kota-kota lain di Jawa Barat. Kereta akan diupayakan berintegrasi dengan proyek infrastruktur lainnya di Pulau Jawa.
Jalur kereta cepat Jakarta-Bandung akan memiliki jalur layang sepanjang 81 kilometer dan terowongan sepanjang sekitar 20 kilometer. Peletakan batu pertama proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dilakukan pada 21 Januari 2016.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan sebelumnya mengatakan, tanah yang dibutuhkan sekitar 669,63 hektar untuk membangun trase dan stasiun di wilayah Jawa Barat (Kompas, 18 September 2017).
KA cepat Jakarta-Bandung dibangun dengan biaya murni swasta dengan membentuk perusahaan baru, yaitu PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC). Perusahaan Indonesia yang tergabung konsorsium PT KCIC adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Keempat perusahaan ini membentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang bekerja sama dengan tiga perusahaan China membentuk PT KCIC.
Pembangunan biaya ditanggung BUMN Indonesia dan China, yaitu senilai 5,998 miliar dollar AS. Kesepakatan keuangan antara PT (KCIC) dan Bank Pembangunan China (CDB) ditandatangani pada 14 Mei 2017 di Beijing, China. Pinjaman yang akan diberikan CDB sebesar 4,498 miliar dollar AS atau sekitar Rp 59,8 triliun. Sisa kebutuhan anggaran akan dipenuhi dari ekuitas PT KCIC.
”Kami belum dapat menjelaskan perkembangan proyek tersebut karena rapat baru akan dilakukan pada Senin, 8 Januari,” ujar Kepala Bagian Humas dan Protokol Kementerian BUMN Ferry Andrianto.
Sementara itu, pemerintah masih membahas proyek kereta api Jakarta-Surabaya. Proyek kereta semicepat Jakarta-Surabaya diajukan untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan pesawat terbang.
Sebelumnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menargetkan Prastudi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya pada Desember 2017. ”Prastudi kelayakan masih belum selesai,” kata Kepala Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Joice Hutajulu saat dihubungi.
Jika kereta semicepat Jakarta-Surabaya jadi menggunakan jalur lama, kereta itu akan menggunakan jalur lintas utara Jawa. Pada lintas utara Jakarta-Surabaya saat ini beroperasi KA lokal, eksekutif, bisnis, ekonomi, dan barang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, penggunaan jalur lama sepanjang 750 km akan menghemat anggaran proyek dan tidak terkendala masalah pembebasan lahan. Adapun konsekuensinya adalah penghilangan lebih dari 800 pelintasan sebidang sepanjang jalur. Pelintasan akan diganti dengan jalan layang atau jalan di bawah tanah agar jalur kereta tidak terganggu (Kompas, 8 Oktober 2017).
Kereta semicepat yang dirancang adalah yang berjenis kereta listrik berkecepatan 166 km per jam sehingga waktu tempuh sekitar 4 jam 20 menit. Selama ini, kereta dengan lokomotif diesel memiliki kecepatan kereta 60 km per jam dengan waktu tempuh rata-rata 10 jam.
Pembiayaan pembangunan kereta semicepat Jakarta-Surabaya didukung oleh Jepang. Selain dana pinjaman lunak Jepang, digunakan pula Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (DD13)