Infrastruktur Telekomunikasi Menjadi Penentu
TANGERANG, KOMPAS — Pengembangan infrastruktur telekomunikasi menjadi penentu peningkatan literasi internet di Indonesia. Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2016, penetrasi pengguna internet di Indonesia sebanyak 51,8 persen atau sekitar 132 juta penduduk dari 256,2 juta penduduk. Sementara untuk tahun 2017, hasil survei APJII yang baru akan keluar Februari, diharapkan peningkatan penetrasi internet di Indonesia mencapai 15 persen dari pencapaian tahun 2016.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza mengatakan, peningkatan penetrasi internet berbanding lurus dengan pengembangan infrastruktur.
”Itu sebabnya, saat ini kami gencar mengembangkan infrastruktur, mulai dari daerah pinggir Indonesia, sesuai program Nawacita Presiden,” ujarnya dalam konferensi pers kick off Miss Internet 2018 di Tangerang Selatan, Rabu (10/1).
Program Nawacita, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah serta desa, dalam kerangka negara kesatuan.
Hasil survei APJII tahun 2016 juga menyebutkan, dari 132 juta penduduk Indonesia yang menggunakan internet, sebanyak 65 persennya berada di Pulau Jawa.
”Kami harapkan, dengan pembangunan infrastruktur yang semakin masif dilakukan, peningkatan penetrasi internet pada 2017 bisa mencapai 15 persen,” ujar Jamalul.
Menurut dia, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mendukung peningkatan penetrasi tersebut. Selain infrastruktur, ujar Jamal, regulasi pemerintah juga menentukan perkembangan yang akan dilakukan. Saat ini regulasi yang dibentuk dinilai cukup baik, terutama dalam mendukung penyelengaraan telekomunikasi. Namun, tambahnya, penerapan yang dilakukan harus tepat dan terukur.
Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono menambahkan, pembangunan proyek pelengkap Palapa Ring yang hampir rampung dinilai sangat berdampak pada perkembangan penetrasi internet. Menurut dia, proyek Palapa Ring sangat strategis karena menjadi titik tolak pembangunan tulang punggung (backbone) serat optik di wilayah Indonesia.
”Harapannya, lima tahun ke depan, penetrasi internet di Indonesia bisa mencapai 90 persen,” katanya.
Beberapa kendala, diakui Henri ditemui dalam pengembangan infrastruktur di Indonesia. Pertama, wilayah Indonesia yang merupakan negara kepuluan sehingga akses cukup sulit dibangun. Kedua, jumlah penduduk di Indonesia yang cukup padat. Saat ini, ada sekitar 50 juta rumah yang tercatat di Indonesia.
Proyek Palapa Ring sangat strategis karena menjadi titik tolak pembangunan tulang punggung (backbone) serat optik di wilayah Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut, kata Henri, adalah melalui pembangunan satelit baru. ”Mulai Maret 2018, satelit milik APJII akan mulai dioperasikan secara bertahap. Satelit ini nantinya menjadi tumpuan untuk mengembangkan konektivitas internet di daerah Indonesia bagian timur,” katanya.
Pemilu elektronik
Jamalul menyampaikan, berbagai manfaat bisa didapatkan jika penetrasi internet di Indonesia tinggi. Pelaksanaan pemilu secara elektronik merupakan salah satu bentuk manfaat yang bisa dilakukan.
”Dengan melakukan e-pemilu atau pemilu elektronik, penghitungan suara tentu lebih cepat dan akurat. Karena data bisa langsung diproses dari pusat. Selain itu, anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemilu bisa lebih efisien,” katanya.
Namun, ujar Jamal, pelaksanaan pemilu secara elektronik butuh persiapan yang matang dari pemerintah. Infrastruktur harus sudah siap dan bisa diakses oleh semua masyarakat Indonesia. Menurut dia, pelaksanaan pemilu di Indonesia diharapkan bisa dilakukan sekitar 10 tahun mendatang.
”Bukan tidak mungkin dilakukan. Buktinya negara maju sudah mulai menerapkan sistem ini. Namun, pemerintah harus dipastikan sudah siap melakukannya,” ujar Jamal.
Bukan tidak mungkin pemilu elektronik dilakukan. Buktinya negara maju sudah mulai menerapkan sistem ini. Namun, pemerintah harus dipastikan sudah siap melakukannya
Ia menambahkan, masih banyak tugas yang harus diselesaikan terkait penggunaan internet di Indonesia. Edukasi kepada masyarakat dan penindakan pelanggaran melalu internet harus terus ditingkatkan. Untuk itu, berbagai upaya harus terus ditegakkan di tengah masyarakat.
”Salah satu upaya yang kami lakukan adalah melalui penyelenggaraan Miss Internet,” kata Jamal.
Ia menyampaikan, Miss Internet merupakan bentuk inisiatif yang dilakukan APJII untuk meningkatan penggunaan internet yang kreatif dan cerdas. Selain kecantikan, ajang yang sudah dua kali diselenggarakan secara nasional ini juga menekankan pada intelektualitas di bidang teknologi bagi persertanya.
Ketua Panitia Miss Internet Indonesia 2018 Zulfadly Syam yang juga Kepala Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah APJII mengatakan, ajang ini sekaligus sarana edukasi ke masyarakat mengenai penggunaan internet yang tepat.
”Biasanya, bahasa teknologi informasi disampaikan secara teknis dan susah diterima masyarakat. Namun, melalui Miss Internet, diharapkan edukasi yang diberikan lebih mudah diterima dan diterapkan dengan baik,” kata Zulfadly.
Henri menambahkan, Miss Internet yang dipilih tidak hanya berdasarkan kecantikannya, tetapi juga harus bisa menyampaikan pesan kepada masyarakat mengenai penggunaan teknologi digital yang baik. Misalnya, cara mengelola blog, membuat vlog, dan bermedia sosial yang kreatif dan tidak menggunakan unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Ia mengatakan, penggunaan internet yang bijak sangat penting diterapkan. ”Kami ingin menujukkan hal baik saat menggunakan internet dan menegaskan untuk tidak menoleransi berita bohong atau hoax yang justru menjatuhkan masyarakat,” kata Henri.
Masya Gusman, Miss Internet 2017 menyampaikan, dalam program yang sudah dilakukannya selama hampir setahun, ia aktif mengampanyekan penerapan internet bersih, selektif, dan aman di Indonesia. Secara rutin, ia bersama timnya memberikan edukasi, mulai dari anak-anak, remaja, ibu, dan pegawai kantoran.
“Bangsa kita tidak boleh kalah dalam pemahaman era digital yang sehat di zaman now ini dari negara-negara lain,” katanya.
Principal Jingga PR dan Media Firm Martha D Silalahi, selaku co-promoter kegiatan Miss Internet Indonesia 2018 menyampaikan, pencarian finalis Miss Internet tahun ini akan dilakukan di 12 kota wilayah APJII. Sejumlah kota tersebut adalah Medan, Batam, Balikpapan, Lampung, Bali, Pekanbaru, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, dan Banten.
”Finalis akan dipilih melalui video blog (vlog) yang dikirimkan melalui Vidio.com dengan mencantumkan tagar nama wilayahnya, misanya tagar (#) Medan,” katanya.
Ia menambahkan, syarat untuk ikut serta dalam ajang ini adalah perempuan usia 17-25 tahun yang sudah lulus SMA, menyukai teknologi, berwawasan luas, bisa berbahasa Indonesia dan bahasa lain, serta memiliki keahlian seni kreatif.
Agenda penyisihan akan dilakukan pada awal September hingga Oktober 2018. Sementara,untuk acara grand finale pemilihan Miss Internet 2018 berlangsung pada 3 November 2018 di ICE BSD, Serpong, Tangerang Selatan.