Moon Ingin Bertemu Kim Jong Un demi Denuklirisasi
SEOUL, RABU — Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Rabu (10/1), mengatakan, dirinya ingin sekali mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan pemimpin negara bersenjata nuklir Korea Utara, Kim Jong Un, tetangganya yang selama ini bersitegang.
Moon ingin negara tetanggannya itu mengakhiri program nuklirnya yang mengancam dunia dan mengupayakan perdamaian kawasan.
Keinginan Moon itu diungkapkan sehari setelah delegasi Korut dan Korsel mengadakan pertemuan pertama mereka dalam dua tahun terakhir di Panmunjom, zona demiliterisasi (DMZ) di perbatasan kedua negara itu, Selasa (9/1).
Dalam pertemuan pertama mereka di Panmunjom itu delegasi Korut mengungkapkan keinginan mereka untuk mengirim kontingen atletnya ke Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korsel, bulan depan. Komunitas internasional pun menyambut baik langkah Korut itu.
Olimpiade Musim Dingin itu telah dibayang-bayangi oleh ketegangan geopolitik. Korut telah enam kali menguji kemampuan senjata nuklirnya dan melakukan lebih dari 10 kali uji coba rudal balistiknya.
Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korsel, telah dibayang-bayangi oleh ketegangan geopolitik.
Uji nuklir yang paling menghebohkan, yaitu uji keenam, adalah yang terjadi pada 3 September 2017. Pyongyang mengklaim uji nuklir keenam itu untuk mengetes kemampuan senjata termonuklir atau juga disebut bom hidrogen.
Pengujian bom hidrogen, perangkat nuklir yang sejauh ini diklaim ”paling dahsyat”, itu sempat menimbulkan gempa kuat dengan Magnitudo 6,3 di situs nuklir Punggye-ri dan sekitarnya hingga terasa di perbatasan Korsel.
Namun, Pyongyang, yang memboikot Olimpiade Musim Panas 1988 di Seoul, pada Selasa (9/1) telah sepakat untuk mengirim kontingen atletnya ke Olimpiade Musim Dingin pada Februari.
Tentang dialog pertama Korsel-Korut di Panmunjom, Moon mengatakan, ”Itu baru permulaan yang baik dan harus diteruskan dengan langkah lainnya.”
Moon pada konferensi pers Rabu (10/1) mengatakan, ”Pertemuan kemarin (di Panmunjom) adalah langkah pertama dan saya kira kami telah melewati awal yang baik.”
”Mengajak Korut ke perundingan denuklirisasi adalah langkah selanjutnya yang harus kita lakukan,” tegas Moon.
Bahkan, Moon mengatakan, dirinya bersedia mengadakan pertemuan tingkat tinggi ”kapan saja” dengan Kim Jong Un sejauh hal itu memungkinkan dan ”berada dalam kondisi yang tepat”.
Moon juga mengatakan, pertemuan dengan Kim Jong Un tidak boleh sekadar sebuah seremoni formal yang berakhir dengan jabat tangan semata. Pertemuan harus dilakukan secara tepat dan menghasilkan rencana aksi yang bisa diwujudkan.
Sejak masa kampanye sebelum dia menjadi Presiden Korsel pada 10 Mei 2017, Moon menyuarakan keinginan untuk berdialog dengan Korut dan mengajak Pyongyang terlibat dalam pembicaraan damai di Semenanjung Korea.
Korsel berkeinginan mengajak Korut maju ke meja perundingan untuk membahas program denuklirisasi.
Menurut Moon, Pyongyang harus diajak ke meja perundingan untuk membicarakan program-program senjata terlarang Korut yang telah membuat AS dan masyarakat global khawatir.
Akibat uji nuklir dan rudal balistiknya, Pyongyang telah dikenai serangkaian sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sehingga Korut menjadi negara yang dikucilkan dunia internasional.
Namun, AS mengatakan bahwa rezim Korut harus menghentikan uji coba nuklir untuk bisa mengadakan perundingan langsung dengan Washington. Seoul juga sepakat dengan AS.
”Kami tidak memiliki perbedaan pendapat dengan AS,” kata Moon sambil menambahkan bahwa Korsel dan AS memiliki pemahaman tentang keamanan, bekerja sama dan sama-sama terancam oleh senjata nuklir dan rudal Korut.
Namun, dia menekankan tujuan sanksi untuk membawa Korea Utara ke perundingan dan ”sanksi dan tekanan yang lebih kuat dapat meningkatkan ketegangan dan menyebabkan konflik bersenjata disengaja”.
Sanksi dan tekanan dapat meningkatkan ketegangan dan menyebabkan konflik bersenjata. Bersyukur bahwa Korut datang untuk berdialog sebelum ketegangan semakin meningkat.
”Tapi, syukurlah Korut datang untuk berdialog sebelum ketegangan semakin meningkat,” kata Moon merujuk dialog pertama mereka yang digelar di Panmunjom, Selasa (9/1).
Namun, hingga sejauh ini Seoul tidak memiliki rencana untuk mengurangi tindakan sepihaknya terhadap Korut, kata Moon.
Presiden AS Donald Trump memiliki hubungan yang jauh lebih dekat dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe daripada yang dilakukannya dengan Moon dan telah mengklaim bahwa delegasi Korut dan Korsel tak mungkin bisa bertemu tanpa bantuannya.
”Jika saya tidak terlibat, mereka tidak akan membicarakan Olimpiade,” kata Trump akhir pekan lalu menjelang pertemuan itu.
Pada Rabu (10/1), Moon mengucapkan terima kasih atas usaha Trump itu. ”Saya pikir peran Presiden Trump dalam mewujudkan pertemuan dua Korea sangat besar,” ujarnya. ”Saya mengucapkan terima kasih.”
Washington memperingatkan bahwa kehadiran Korut di Olimpiade Musim Dingin tidak seharusnya merusak usaha internasional untuk mengisolasi rezim Kim Jong Un.
AS dengan hati-hati menyambut baik dialog pertama Korut-Korsel itu. Namun, Washington memperingatkan bahwa kehadiran Korut di Olimpiade Musim Dingin tidak seharusnya merusak usaha internasional untuk mengisolasi rezim Kim Jong Un.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, Trump dan Moon telah sepakat melanjutkan kampanye untuk memberikan tekanan maksimum kepada Korut agar melangkah ke tindakan denuklirisasi yang lengkap dan dapat diverifikasi.
China, negara pendukung diplomatik dan mitra dagang utama Korut, dan Rusia yang juga memiliki ikatan kerja sama yang kuat dengan China, menyambut baik dialog yang terjadi antara Korsel-Korut.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga, Rabu ini, mengatakan, Tokyo ”sangat menghargai” kesediaan Pyongyang untuk berpartisipasi dalam Olimpiade.
”Walau demikian, tidak ada perubahan dalam kebijakan kami untuk menerapkan tekanan maksimum kepada Korut sampai mereka mengubah kebijakannya, bekerja sama erat dengan AS, Korsel, dan juga melibatkan China dan Rusia,” tambahnya.
Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach mengatakan, kesepakatan Pyongyang untuk turut ambil bagian pada Olimpiade Pyeongchang adalah ”langkah maju yang besar dalam semangat Olimpiade”. (AFP/REUTERS/AP)