JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 13 anak berusia di bawah lima tahun atau balita meninggal dunia sepanjang Desember 2017 di Kabupaten Asmat, Papua. Penyebab kematian mereka diduga karena gizi buruk dan terserang penyakit.
Fakta ini berdasarkan temuan tim Keuskupan Agats saat kegiatan pelayanan ibadah Natal pada 23-25 Desember lalu di Kampung As dan Kampung Atat, Distrik Pulau Tiga, Asmat. Waktu tempuh dari Agats, ibu kota Asmat, ke As dan Atat dengan kapal cepat menyusuri sungai sekitar tiga jam.
Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito OFM, saat ditemui di Jayapura, Selasa (9/1), mengungkapkan, tubuh anak yang meninggal kurus dan terdapat bintik-bintik di sekujur tubuh, seperti penyakit sarampa. ”Para korban di Atat yang meninggal berusia 1 hingga 3 tahun. Kami sempat mengunjungi rumah salah satu warga yang berduka karena anaknya meninggal,” kata Aloysius.
Ia pun menuturkan, kondisi para ibu menyusui di Atat juga sangat kurus sehingga kemungkinan ASI yang dihasilkan kurang berkualitas. Rata-rata warga di sana mengandalkan mata pencarian dari berkebun sagu, meramu hasil hutan, dan menanam sayur-sayuran. Namun, hasilnya tidak optimal. Adapun puskesmas terdekat berada di pusat Distrik Pulau Tiga yang berjarak 1,5 jam perjalanan dari Atat.
Aloysius berharap program 1.000 Hari Kehidupan yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Asmat sejak tahun lalu bisa menjangkau enam kampung di Pulau Tiga. Program itu berupa pemberian makanan bergizi bagi ibu hamil dan menyusui.
”Kami juga akan membentuk tim dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk mengatasi masalah kesehatan di kampung-kampung tersebut. Tim ini akan menyiapkan bantuan, baik makanan maupun tenaga medis, untuk warga,” ujar Aloysius.
Kepala Bagian Humas Pemkab Asmat Reza Baadila mengatakan, Bupati Asmat Elisa Kambu telah membentuk tim kerja terpadu untuk mengatasi beberapa kasus menonjol di sejumlah kampung di Asmat pada Minggu (7/1). Tim ini akan mengambil langkah cepat yang meliputi penanggulangan gizi buruk, mengoptimalkan program kesehatan, serta memastikan kehadiran tenaga medis di semua puskesmas dan puskesmas pembantu.
”Bupati langsung memimpin rapat bersama seluruh jajarannya agar segera mengatasi masalah tersebut. Sejak Senin hingga kini, tim terpadu masih mendata jumlah bayi dan anak balita yang mengalami masalah gangguan gizi dan sakit,” tutur Reza.
Ia menambahkan, selain problem kekurangan gizi, juga terjadi serangan penyakit campak di lima distrik. Kelima distrik itu adalah satu kampung di Distrik Suru-Suru, tiga kampung di Distrik Fayit, satu kampung di Distrik Pantai Kasuari, serta Distrik Derkoumor dan Distrik Atsy.
”Bupati telah memerintahkan tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat untuk memantau penanggulangan serangan penyakit campak di daerah-daerah tersebut. Hingga kini kami masih mengumpulkan data jumlah anak yang terserang campak,” kata Reza.
Minim dokter
Reza menuturkan, salah satu masalah yang menghambat pelayanan kesehatan di Kabupaten Asmat adalah minimnya tenaga dokter umum dan dokter spesialis serta fasilitas puskesmas. Asmat yang terdiri dari 23 distrik hanya memiliki 16 puskesmas, semua terletak di pusat distrik.
Dari 16 puskesmas itu, hanya terdapat enam dokter yang bertugas. Sisanya tenaga mantri dan perawat. Adapun jumlah kampung di Asmat sebanyak 224.
”Selama ini program 1.000 Hari Kehidupan bagi ibu hamil dan menyusui hanya berjalan di 16 puskesmas itu karena minimnya tenaga medis. Kami sudah berupaya meminta Kementerian Kesehatan untuk penyediaan tenaga dokter di Asmat. Namun, tak ada yang mau bertugas di sini,” papar Reza.
Ia mengatakan, anggaran kesehatan Pemkab Asmat pada 2017 sebesar Rp 200 miliar. Namun, anggaran belum cukup untuk memenuhi pelayanan kesehatan ke 224 kampung tersebut. Hal ini disebabkan tingginya biaya operasional dan sulitnya akses ke setiap kampung karena harus menggunakan perahu.
”Tahun ini ada peningkatan anggaran untuk sektor kesehatan dari Rp 200 miliar menjadi Rp 290 miliar di APBD. Tujuannya agar terjadi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi warga Asmat,” kata Reza.
Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Papua dr Aaron Rumainum mengatakan, Asmat merupakan salah satu dari 17 daerah di Papua yang direkomendasikan harus melaksanakan imunisasi secara besar-besaran. Sebab, cakupan imunisasi di Asmat masih berada di bawah 80 persen.