Cara Pemprov DKI Mengurangi Metromini Tua
JAKARTA, KOMPAS - Hari Selasa (9/1) pengemudi metromini S610 jurusan Blok M-Pondok Labu mencegat bus transjakarta rute 1E di depan Rumah Sakit Fatmawati. Aksi para pengemudi metromini tersebut sebagai bentuk protes karena menganggap bus transjakarta 1E mencaplok rute mereka. Namun aksi tersebut tak menyurutkan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk tetap mengoperasikan bus transjakarta 1E yang memiliki trayek sama dengan metromini S610.
Pemprov DKI Jakarta rupanya memang ingin menyandingkan angkutan umum yang relatif baru, bersih dan nyaman seperti bus transjakarta 1E dengan bus-bus metromini yang berusia uzur dan jauh dari kesan nyaman. Ini menjadi upaya Pemprov DKI "menyingkirkan" angkutan umum yang berusia uzur, minim fitur keselamatan dan jauh dari kesan nyaman serta aman bagi para penumpangnya.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah, langkah mengoperasikan trayek Jakarta 1E ini dirasa menjadi solusi efektif, agar Perda no 5 tahun 2014 tentang transportasi umum bisa diterapkan. “Dalam perda tersebut kan usia kendaraan maksimal untuk bus sekitar 15 tahun. Sedangkan usia metromini ada yang sudah lebih dari 20 tahun,” kata Andri di Jakarta, Kamis (11/1).
Andri menjelaskan, Dishub DKI Jakarta telah mengajak para pemilik Metromini untuk bergabung dengan pemerintah dan terintegrasi dengan Transjakarta. “Namun faktanya, manajemennya hingga sekarang masih berseteru sehingga kami tidak tahu ingin menggandeng siapa. Oleh sebab itu kami mencoba mengajak secara perorangan,” kata Andri.
Dalam perda tersebut kan usia kendaraan maksimal untuk bus sekitar 15 tahun. Sedangkan usia metromini ada yang sudah lebih dari 20 tahun
PT Transjakarta memang membuka kesempatan bagi para pemilik armada Metromini untuk bergabung secara mandiri atau tidak di bawah nama PT Metromini. Namun, uang muka untuk bergabung sebesar Rp 75 juta pun sulit dipenuhi setiap pemilik. Selama ini, setiap pemilik umumnya memiliki 1-2 armada (Kompas 5/9/2017) .
Sirait (40), seorang pemilik dan pengemudi Metromini S610 menjelaskan, dia sangat menyayangkan kehadiran bus transjakarta ini. Ia mengaku belum ada biaya untuk beralih dan ikut bergabung dengan Transjakarta. “Uang untuk bergabungnya belum ada, kan harus bayar DP dulu. Selain itu kami berharap, pemerintah dapat menarik dulu transjakarta ini, setidaknya hingga akhir 2018,” kata Sirait.
Sirait menuturkan, jika keinginan para pengemudi tidak terpenuhi, kemungkinan aksi pencegatan Transjakarta akan kembali dilakukan. Sebelumnya, pada saat aksi pencegatan, Selasa (9/1) Ganda Sitinjak (56), salah satu pemilik dan pengemudi metromini, mengatakan pengemudi pun protes karena melihat pemerintah tidak konsisten. Di satu sisi, pemerintah memberikan perpanjangan izin trayek untuk metromini S610, tetapi di sisi lain, pemerintah juga dianggap mencuri trayek resmi mereka karena mengoperasikan transjakarta di rute yang sama.
Menanggapi ancaman demo atau pencegatan tersebut, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko mengatakan hal itu reaksi wajar dari para pengemudi. “Silakan saja jika mereka ingin melakukan pencegatan seperti itu. Dari perlakuan mereka akan kelihatan bagaimana sifat asli para pengemudi ini dan menjadi pertimbangan bagi kami untuk menggandeng mereka. Kami punya kualifikasi khusus untuk menggandeng para pengemudi, dan dan salah satu standarnya yaitu mereka tidak boleh anarkis,” kata Sigit.
Sementara itu, kehadiran transjakarta 1E belum sepenuhnya membuat penumpang beralih dari metromini S610. Sejumlah penumpang masih menjadikan metromini S610 menjadi alternatif transportasi umum. Hal ini karena jumlah armada bus transjakarta ini dirasa masih kurang sehingga Metromini ini menjadi pilihan masyarakat.
Pascapencegatan bus transjakarta 1E oleh sopir metromini S610, kondisi di sekitar Jalan Rumah Sakit Fatmawati hingga daerah Pondok Labu, Jakarta Selatan, terlihat seperti hari-hari biasa. Tidak ada penjagaan khusus dari pihak kepolisian atau petugas Dishub DKI Jakarta di daerah sekitar RS Fatmawati.
Selain itu, trayek transportasi umum Blok M – Pondok Labu masih didominasi oleh metromini S610. Bus transjakarta rute 1E masih cukup jarang, dan baru muncul jika menunggu sekitar 15 menit hingga 25 menit.
Uang untuk bergabungnya belum ada, kan harus bayar DP dulu. Selain itu kami berharap, pemerintah dapat menarik dulu transjakarta ini, setidaknya hingga akhir 2018
Iqbal (32), seorang pengguna metromini menjelaskan, dirinya masih menjadikan metromini sebagai alternatif transportasinya untuk menuju ke daerah Blok M. “Sebelum ada transjakarta ini, saya memang terbiasa menggunakan metromini, karena jumlahnya cukup banyak dan mudah ditemui,” kata Iqbal di daerah Pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Ia mengaku belum pernah mencoba bus transjakarta rute 1E karena baru diluncurkan dan jumlahnya masih sedikit. “Rute transjakartanya kan baru diluncurkan sekitar bulan Desember, namun belum sempat mencoba karena waktu kedatangannya agak lama dan saya malas untuk menunggu,” kata Iqbal.
Iis (48), seorang pengguna metromini, menuturkan, meski pengemudinya terkesan ugal-ugalan, ia terkadang merasa metromini dapat membuatnya lebih cepat sampai di tujuan, “Sopirnya terkadang suka ngebut, jadinya saya bisa lebih cepat sampai. Tapi kalau sedang ngetem, lamanya bukan main,” kata IIs sambil tertawa.
Iis mengungkapkan, dirinya terkadang merasa kasihan melihat para pengemudi yang semakin berkurang jumlah penumpangnya. Ia berharap, pemerintah mampu memfasilitasi para pengemudi setelah trayek mereka habis di tahun akhir tahun 2018.
“Setahu saya sih akhir tahun 2018 sudah tidak ada lagi metromini jurusan Blok M-Pondok Labu. Semoga saja, pemerintah dapat menggandeng mereka setelah trayeknya habis,” kata Iis.
Kurangnya jumlah armada ini juga menjadi alasan Ihsan (37), pengguna metromini untuk tetap menggunakan metromini sebagai alternatif transportasinya. “Seperti sekarang, saya sedang terburu-buru dan tidak sempat meunggu transjakarta, makanya saya naik metromini,” kata Ihsan di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (11/1).
Ihsan menjelaskan, sebelumnya ia sudah pernah mencoba untuk naik transjakrta rute 1E ini. Menurutnya, fasilitasnya memang jauh lebih baik daripada metromini. “Fasilitasnya jauh lebih baik di transjakarta, kursinya lebih empuk dan ada pendingin ruangannya. Apalagi harganya tiketnya lebih murah. Kalau naik metromini biayanya Rp 4.000, sedangkan kalau transjakarta Rp 3.500,” kata Ihsan.
Zaenal menjelaskan, dirinya cenderung lebih memilih transjakarta karena kenyamanan fasilitasnya. “Semenjak adanya rute ini, saya terkadang rela menunggu bus transjakartanya datang,” katanya.
Ia menjelaskan, ketika awal diluncurkan, dirinya sempat bingung, harus naik bus transjakarta ini dari mana, karena tidak ada halte khusus. “Ternyata, ada rambu lalu lintas yang dipasang di beberapa titik untuk penumpang. Penumpang disarankan menunggu bus pengumpan ini di dekat rambu tersebut,” kata Zaenal.
Ia berharap, jumlah armada bus ini bisa ditambah oleh pihak transjakarta agar kebutuhan penumpang semakin bisa dipenuhi. “Ya saya berharap jumlah bus transjakartanya bisa ditambah, namun bertahap. Supaya para pengemudi metromini tidak cemburu, dan melakukan pencegatan lagi,” kata Zaenal.
Menanggapi keinginan warga agar ada penambahan armada transjakarta rute 1E, Sigit menjelaskan penambahan jumlah armada ini masih dikaji, “Ini kan baru saja peluncuran, akan kami tunggu bagaimana respon dan kebutuhan masyarakat nantinya. Sambil mensosialisasikan kepada pengemudi metromini dan masyarakat juga,” kata Sigit di Kantor Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Sebelumnya, Humas PT Transjakarta Wibowo menjelaskan, saat ini ada 10 armada bus yang beroperasi di rute Blok M-Pondok Labu. Dalam seharinya, bus ini bisa mengangkut sekitar 500 penumpang.
Sepi
Di Terminal Blok M, sejumlah bus Metromini S610 tampak sepi penumpang. Beberapa pengemudinya tampak tertidur di dalam bus. Penumpang yang naik pun hanya sekitar tiga hingga lima orang, lalu bus pun segera berangkat.
“Dulu kami ngetem di Terminal Blok M bisa sampai penuh penumpangnya, baru kami berangkatkan. Sekarang hal itu sulit terjadi,” keluh seorang pengemudi metromini S610, Artoni (41).
Ketika ingin berangkat, ada beberapa bus yang perlu didorong dahulu oleh beberapa kenek dan pengemudi lain agar mesinnya bisa menyala. Kondisi bus yang sudah dimakan usia ini menjadi juga menjadi faktor para penumpang beralih ke transjakarta. (DD05)