LONDON, KAMIS — Memasuki menit ke-87, Cesc Fabregas tiba-tiba tersungkur di kotak penalti Arsenal saat bola yang dia bawa dicuri Danny Welbeck. Wasit Martin Atkinson lalu menekankan jarinya pada sebuah alat pendengar yang dipasang di telinga. Selang beberapa menit, Atkinson memutuskan tidak ada penalti.
Keputusan disampaikan Atkinson seusai menyimak baik-baik informasi dari Neil Swarbrick, petugas yang memeriksa siaran ulang dalam video pertandingan. Seperti itulah cara kerja teknologi video asisten wasit (video assistant referee/VAR). Penerapan VAR pada laga Chelsea kontra Arsenal dalam leg pertama semifinal Piala Liga Inggris di Stamford Bridge, Kamis (11/1), tersebut, lalu diapresiasi banyak kalangan.
Atkinson juga menerapkan hal serupa pada pertengahan babak pertama saat Ainsley Maitland-Niles terjatuh di kotak penalti Chelsea seusai berbenturan badan dengan Victor Moses. Atkinson pun memutuskan tidak ada penalti. Kedua klub puas karena merasa tidak dirugikan.
Namun, Manajer Chelsea Antonio Conte tetap bersungut-sungut seusai laga yang berakhir imbang 0-0 tersebut. Bukan karena keputusan wasit yang memutuskan tidak ada penalti, melainkan akibat defisit waktu yang terimbas penghentian pertandingan selama beberapa menit saat wasit Atkinson meminta pertimbangan petugas di belakang layar video.
”Bagi saya, ada sedikit kekecewaan karena waktu tambahan masih kurang. Pada babak kedua, dokter masuk ke lapangan dua kali dan wasit menghentikan pertandingan karena VAR, semestinya ada lagi tambahan waktu,” ujar Conte, seusai laga kepada Sky Sports.
Keinginan Conte agar waktu pertandingan ditambah cukup dapat dipahami melihat laga didominasi Chelsea. Skuad ”The Blues” lebih kerap menggempur barisan pertahanan Arsenal dan menciptakan peluang. Dengan penguasaan bola 54 persen, Chelsea tercatat membuat 21 kali tembakan dan enam di antaranya mengarah ke gawang. Adapun Arsenal hanya membukukan delapan tembakan dan tiga di antaranya meluncur ke gawang.
Namun, Chelsea tetap tidak berhasil mencetak gol sehingga berakhir dengan skor kacamata. Solidnya barisan pertahanan Arsenal ditambah dengan permainan gemilang kiper David Ospina membuat Conte frustrasi.
”Kami tidak dapat membuat perbedaan meskipun memiliki banyak peluang. Untuk dapat memenangkan pertandingan, Anda harus mencetak gol,” kata Conte.
Arsenal bermain cukup defensif hari itu. Pertandingan itu jauh berbeda saat ”The Gunners” menjamu Chelsea di Liga Inggris pekan lalu yang berakhir imbang 2-2.
”Setiap pertandingan selalu berbeda. Jika Anda membandingkan laga ini dengan permainan terakhir Arsenal, mereka bermain dengan cara yang berbeda. Pada laga sebelumnya, permainan lebih terbuka dan kedua tim berusaha menang, sedangkan hari ini Arsenal bermain defensif,” ucap Conte.
Hasil imbang itu menguntungkan Arsenal yang akan bertindak sebagai tuan rumah pada leg kedua babak semifinal pada Kamis (25/1) mendatang di Stadion Emirates.
”Permainan kami cukup terorganisasi. Ini merupakan hasil imbang yang bagus dan kami akan menuntaskan pekerjaan (pada leg kedua),” kata Manajer Arsene Wenger kepada BBC.
Arsene Wenger mengaku puas dengan permainan Arsenal yang berhasil menahan Chelsea. Meskipun performa Alexandre Lacazette meredup dan tidak dapat mencetak gol, pemain bertahan Arsenal cukup solid dalam membendung aliran serangan Chelsea. Wenger merasa terdapat kebersamaan yang cukup baik di lapangan melihat para pemain bertahan bahu-membahu. ”Mereka menunjukkan semangat dan determinasi,” kata Wenger.
Kolumnis Liga Inggris untuk ESPN, Mark Ogden, menilai, para pemain bintang dari kedua klub papan atas Liga Inggris tersebut gagal bersinar sehingga hanya menghasilkan skor 0-0. Selain Lacazette di sisi Arsenal, Alvaro Morata dan Eden Hazard juga tak mampu menjadi bintang hari itu. Ketiga penyerang itu akhirnya diganti oleh pelatih masing-masing pada babak kedua. (AFP/Reuters)