Teka-teki di Awal Musim
Absennya Andy Murray, Kei Nishikori, dan Serena Williams, serta cedera yang masih menghantui petenis lain memunculkan teka-teki persaingan dalam Grand Slam awal musim, Australia Terbuka.
Ajang Grand Slam yang akan berlangsung di Melbourne Park, 15-28 Januari, hampir saja memunculkan kembali persaingan ”normal” dengan harapan kembalinya Murray dan Novak Djokovic yang absen pada paruh kedua 2017 karena cedera.
Penggemar tenis juga berharap pada kembalinya Serena. Setelah melahirkan putri pertamanya, September 2017, Serena tampil melawan Jelena Ostapenko pada pertandingan ekshibisi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 30 Desember lalu.
Namun, Murray membatalkan diri untuk tampil. Dia, bahkan, memilih operasi untuk memulihkan pinggulnya yang cedera, pilihan yang sebenarnya dia hindari.
Federer tiba di Melbourne Park dalam kondisi bebas dari cedera. Permainan indah dengan gerakan efektifnya belum bisa diimbangi petenis lain.
Pada hari yang sama saat Murray memutuskan mundur dari Australia Terbuka, 4 Januari, Nishikori juga menyatakan tak akan tampil di Melbourne Park karena belum pulih dari cedera pergelangan tangan. Nishikori, bahkan, akan memulai penampilan pada turnamen berlevel rendah dari ATP World Tour, yaitu ATP Challenger, pada 22 Januari.
Serena pun tak jadi datang ke Melbourne Park karena belum siap untuk tampil dalam persaingan tingkat tinggi. Apalagi, sang juara bertahan ini selalu memiliki target juara, tak ingin sekadar tampil.
Persaingan pada tunggal putra pun meninggalkan nama-nama Roger Federer (juara bertahan), Rafael Nadal (finalis 2017), Djokovic (enam kali juara Australia Terbuka), dan Alexander Zverev (petenis muda terbaik).
Akan tetapi, Nadal datang dengan membawa cedera lutut kanan yang membuatnya terlambat memulai musim 2018. Dia batal tampil dalam turnamen ekshibisi di Abu Dhabi, 28-30 Desember 2017, dan tak jadi bertanding di Brisbane, 31 Desember 2017-7 Januari 2018. Nadal akhirnya hanya memanfaatkan dua pertandingan ekshibisi di Melbourne sebagai persiapan tampil dalam Australia Terbuka.
Ragu dengan kesiapan untuk tampil kembali dalam turnamen karena cedera siku kanan, Djokovic juga memundurkan agendanya menghadapi musim 2018. Dia hanya tampil dalam pertandingan ekshibisi di Melbourne setelah tak jadi bersaing di Abu Dhabi dan Doha (Qatar).
”Saya tak ingin terlalu percaya diri. Kondisi saya belum 100 persen pulih, tetapi saat ini sudah memungkinkan untuk bertanding. Mudah-mudahan, saya berada dalam kondisi fit saat turnamen dimulai,” kata Djokovic yang akan berhadapan dengan Donald Young (AS) pada babak pertama.
Djokovic datang ke Melbourne dengan kesempatan menjadi juara tunggal putra terbanyak di Australia Terbuka. Petenis Serbia tersebut telah enam kali juara, pada 2008, 2011, 2012, 2013, 2015, dan 2016.
Kondisi ini meninggalkan nama Federer sebagai kandidat terkuat untuk menjuarai Australia Terbuka keenam kalinya, sekaligus gelar Grand Slam ke-20 selama berkarier dalam arena tenis profesional sejak 1998. Federer tiba di Melbourne Park dalam kondisi bebas dari cedera. Permainan indah dengan gerakan efektif yang belum bisa diimbangi petenis lain, termasuk petenis-petenis muda yang punya potensi menjuarai Grand Slam di masa depan.
Faktor lain yang lebih penting bagi Federer yang telah berusia 36 tahun adalah kemampuannya menyeimbangkan berbagai aspek kehidupannya. Federer menikmati bermain tenis sama seperti ketika dia menikmati menjadi ayah dari dua pasang anak kembarnya.
Di rumah, dia berperan sebagai suami dan ayah seperti orang pada umumnya. Federer memandikan anak-anaknya dan selalu menyempatkan jalan-jalan di sela turnamen.
Setelah menyelesaikan musim 2017, pada pertengahan November, dia menyisihkan waktu dua pekan untuk keluarga, menjauhkan diri dari tenis. Baru pada awal Desember, Federer memulai persiapan untuk 2018 dengan latihan fisik.
Belum matang
Petenis muda yang disebut-sebut bintang masa depan sebenarnya bermunculan dalam dua musim terakhir, salah satunya petenis Jerman berusia 20 tahun, Alexander Zverev. Pada usia tersebut, Zverev menjadi petenis termuda dalam jajaran 10 besar dunia.
Petenis keturunan Rusia tersebut menjuarai lima turnamen pada 2017, dua di antaranya dari ATP Masters 1000 yang berlevel tertinggi dalam kalender Asosiasi Tenis Profesional (ATP). Akan tetapi, dia belum membuktikan kematangannya di arena Grand Slam. Penampilan terbaiknya pada persaingan Grand Slam adalah tampil pada babak keempat Wimbledon 2017.
Mantan petenis nomor satu dunia asal Jerman, Boris Becker, mengatakan, kekurangan pada Zverev untuk bersaing di arena Grand Slam adalah kesabaran. ”Dia harus merasa nyaman dulu untuk tampil hingga pekan kedua, lolos ke perempat final, lalu berusaha semakin menikmati pertandingan. Jika bisa melakukan itu, dia akan menjadi petenis berbahaya,” kata Becker yang pernah melatih Djokovic.
Becker, yang akan menjadi analis bagi Eurosport selama Australia Terbuka, berpendapat, tantangan besar bagi petenis muda untuk bermain di Grand Slam adalah menjaga kesabaran. Apalagi, turnamen Grand Slam berlangsung selama dua pekan dengan format pertandingan best of five untuk tunggal putra.
Teka-teki persaingan Australia Terbuka juga muncul karena hasil undian yang melahirkan persaingan keras sejak babak-babak awal.
Dengan format tersebut, petenis harus siap tampil hingga maksimal lima set dalam setiap babak. Untuk mendapatkan gelar juara, seorang petenis harus meraih tujuh kemenangan.
”Menjaga konsentrasi dan ritme permainan selama itu akan berat bagi petenis 20 tahun. Ini lebih mudah dijalani oleh petenis yang lebih berpengalaman,” kata Becker.
Dominic Thiem (24), Jack Sock (25), dan Nick Kyrgios (22) juga belum konsisten ketika berhadapan dengan petenis-petenis berpengalaman, seperti Federer dan Nadal. Saat Djokovic dan Murray absen pada paruh kedua 2017, persaingan tetap didominasi Federer dan Nadal.
”Persaingan liar” tunggal putri
Persaingan pada tunggal putri akan lebih terbuka dengan absennya Serena. Saat Serena absen dari turnamen setelah menjuarai Australia Terbuka 2017 misalnya, tiga Grand Slam lain, Perancis Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka, melahirkan juara berbeda. Begitu pula dengan turnamen akhir musim, Final WTA di Singapura.
Perancis Terbuka melahirkan juara Grand Slam baru, Jelena Ostapenko (Latvia). Garbine Muguruza (Spanyol) menjadi juara di lapangan rumput Wimbledon, adapun AS Terbuka dijuarai Sloane Stephens (AS). Gelar juara Final WTA, yang diikuti delapan petenis terbaik pada musim tersebut, menjadi milik Caroline Wozniacki (Denmark).
Kondisi tersebut memperlihatkan belum munculnya petenis yang bisa tampil konsisten sepanjang musim, seperti Serena. Mantan petenis putri, Chris Evert, bahkan, menyebut akan ada 20-an petenis yang berpeluang menjuarai tunggal putri Australia Terbuka 2018. ”Kondisi ini tak terjadi pada 10, atau bahkan lima tahun lalu,” kata Evert.
Selain petenis nomor satu dunia, Simona Halep (Romania), peluang membawa pulang trofi Daphne Akhurst Memorial (trofi juara tunggal putri) juga dimiliki petenis lain, di antaranya Wozniacki, Muguruza, Ostapenko, Venus Williams (finalis 2017), dan Maria Sharapova yang berstatus non-unggulan. Sharapova, juara Australia Terbuka 2008, kembali ke Melbourne Park setelah absen pada 2017 karena menjalani skors doping selama 15 bulan sejak Januari 2016.
”Persaingan tunggal putri begitu ’liar’, sulit untuk memilih calon juara,” kata mantan petenis putra, Mats Wilander. Menurut juara Australia Terbuka 1983, 1984, dan 1988 itu, kemampuan petenis mengatasi stres akan menjadi kunci persaingan tunggal putri.
”Tekanan yang dihadapi petenis putri dalam Grand Slam lebih besar dibandingkan putra. Selain kemampuan mengatasi tekanan, cara mereka bermain sejak servis akan menentukan siapa yang bisa bertahan lebih lama. Dalam permainan tunggal putri, mematahkan satu servis saja akan sulit jika hanya mengandalkan taktik bertahan,” kata Wilander.
Undian
Teka-teki persaingan Australia Terbuka juga muncul karena hasil undian yang melahirkan persaingan keras sejak babak-babak awal. Ini terjadi karena menurunnya peringkat dunia beberapa nama besar.
Pada tunggal putra misalnya, Djokovic tampil hanya sebagai unggulan ke-14. Juara Australia Terbuka 2014, Stanislas Wawrinka, menjadi unggulan ke-9, adapun Milos Raonic (finalis Wimbledon 2016) hanya menjadi unggulan ke-22.
Undian yang diselenggarakan Kamis (11/1) menempatkan lebih banyak bintang putra pada pul bawah dibandingkan pul atas. Pada pul bawah, Federer akan bersaing dengan Zverev, Thiem, Djokovic, David Goffin, Wawrinka, Juan Martin Del Potro, Tomas Berdych, dan Raonic. Federer, Djokovic, dan Wawrinka adalah juara tunggal putra dalam empat tahun terakhir.
Potensi persaingan kelas berat akan terjadi sejak babak keempat, yaitu Thiem melawan Wawrinka, Djokovic melawan Zverev, Goffin melawan Del Potro, serta Federer melawan Raonic.
Pada pul atas, dengan persaingan yang cenderung lebih ringan, Nadal akan bersaing dengan Grigor Dimitrov (semifnalis 2017), Marin Cilic, Sock, dan Pablo Carreno Busta.
Dalam persaingan tunggal putri, Halep akan mendapat tantangan dari juara Wimbledon 2011 dan 2014, Petra Kvitova, pada babak ketiga. Tahun lalu, Halep tersingkir pada babak pertama.
Pada babak ketiga pula, Muguruza berpeluang bertemu mantan petenis peringkat kedua dunia, Agnieszka Radwanska. Sementara Ostapenko bisa bertemu semifnalis Australia Terbuka 2017, Coco Vandeweghe, pada babak keempat. (AP/AFP/REUTERS)