61 Anak Meninggal di Asmat
AGATS, KOMPAS — Jumlah korban meninggal akibat kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk selama empat bulan terakhir di Kabupaten Asmat, Papua, tercatat 61 anak. Pemerintah Kabupaten Asmat menyiapkan imunisasi massal untuk semua kampung di kabupaten itu yang akan dilaksanakan mulai Senin (15/1). Hal ini dilakukan setelah pengobatan dan vaksinasi dilakukan di wilayah-wilayah terparah.
Korban terbaru adalah Theresia Bewer yang selama sepekan dirawat di Rumah Sakit Agats, ibu kota Kabupaten Asmat, karena gizi buruk. Theresia mengembuskan napas terakhir, Minggu (14/1).
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat Steven Langi mengatakan, dari pendataan empat tim terpadu penanggulangan campak dan gizi buruk, 59 korban meninggal berasal dari tiga distrik (setingkat kecamatan), yakni Fayit, Aswi, dan Pulau Tiga. Dua korban lain meninggal di RS Agats, termasuk Theresia.
Di Fayit dan Aswi, yang terdiri atas 16 kampung, tim menemukan 22 anak balita meninggal. Sementara di Pulau Tiga, tim menemukan 37 kasus kematian anak di Kampung Mappi, Kampung Nakai, Kampung As, dan Kampung Atat. Kematian itu terjadi sejak Oktober 2017.
Tim terpadu Pemkab Asmat diterjunkan ke tujuh distrik sejak Selasa hingga Sabtu (9-13/1). Ketujuh distrik itu adalah Swator, Aswi, Fayit, Pulau Tiga, Kolf Braza, Jetsy, dan Siret.
Steven mengatakan, selama lima hari, tim terpadu mengobati 261 anak penderita campak dan memberikan bantuan makanan tambahan bagi 10 anak penderita gizi buruk. ”Tim juga menuntaskan pemberian vaksin campak untuk 3.831 anak di 34 kampung di tujuh distrik itu,” ujarnya.
Menurut Steven, Pemkab Asmat membentuk lima tim yang akan memberikan imunisasi bagi anak balita di 224 kampung di Asmat untuk mencegah KLB campak di masa mendatang.
Steven menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kota Surabaya dan berbagai pihak yang memberikan bantuan bagi anak-anak Asmat. Bantuan berupa makanan tambahan dan obat-obatan itu telah berada di Kabupaten Timika. Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat bersama Keuskupan Agats akan membagikan bantuan.
Kirim bantuan
Dari Surabaya Wali Kota Tri Rismaharini, sesuai informasi, Sabtu, mengirim bantuan berupa obat, makanan untuk mempercepat pemulihan seperti vitamin, susu, minyak sayur, dan biskuit bayi. Bantuan disertai catatan dokter terkait cara meracik campuran susu dan vitamin.
Secara terpisah, Marthen Bericema, yang ditemui Kompas di Kampung Atat, Distrik Pulau Tiga, mengungkapkan, warga tidak mendapatkan pelayanan kesehatan selama tujuh bulan terakhir. Seorang anak Marthen mengalami gizi buruk dan campak karena tidak ada layanan posyandu. ”Tenaga kesehatan di kampung kami sudah dipindahkan ke pusat Distrik Pulau Tiga di Kampung Nakai,” kata Marthen.
Untuk mencapai Nakai dari Atat harus ditempuh dengan perahu motor selama tiga jam, dengan biaya Rp 6 juta.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Asmat Frans Sinurat mengatakan, pihaknya sudah berupaya memberikan gaji tinggi untuk tenaga dokter umum dan dokter spesialis yang bertugas di kabupaten itu. Tunjangan profesi untuk dokter spesialis Rp 40 juta per bulan dan tunjangan profesi untuk dokter umum Rp 10 juta per bulan. Jumlah ini belum termasuk sejumlah tunjangan lain.
”Beberapa tahun terakhir, 10 tenaga dokter spesialis dan 8 dokter umum meninggalkan Asmat dengan alasan ingin dekat dengan keluarga. Padahal, kami telah memberikan bantuan biaya pendidikan spesialis untuk sejumlah dokter itu,” ujar Frans.
Pemkab Asmat telah menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk penyediaan tenaga medis di Asmat. ”Kami berharap Kemenkes segera mendatangkan tenaga medis ke Asmat tahun ini,” kata Frans.
Perlu sinergi
Pemerintah pusat dan daerah perlu berkoordinasi dan saling dukung untuk memastikan warga di pelosok mendapatkan akses kesehatan yang baik. Tak hanya Menkes, Bupati Asmat juga bertanggung jawab mendukung para dokter dan petugas medis di puskesmas untuk memberi layanan kesehatan. ”Bupati seharusnya memahami kondisi daerahnya. Bupati bisa membantu supaya para dokter bisa menjemput bola dan mengurangi kasus gizi buruk dan campak,” kata Staf Khusus Presiden untuk Papua Lenis Kogoya, Minggu, di Jakarta.
Presiden Joko Widodo menyatakan, meskipun medan di Kabupaten Asmat sangat berat, tidak ada alasan bagi pemerintah daerah dan pusat tidak memperhatikan kesehatan dan kondisi warga.
”Kondisi medan di Asmat memang luar biasa berat. Contohnya di Ndugai, dari Wamena butuh waktu empat hari berjalan. Di Asmat juga sama, perjalanan cukup jauh dan berat. Ongkos juga mahal. Tetapi, itu tidak jadi alasan membiarkan warga kesulitan dan menghadapi berbagai penyakit dan kekurangan gizi,” kata Presiden, Minggu, seusai meresmikan Stadion Utama Gelora Bung Karno serta menyaksikan pertandingan persahabatan Indonesia-Eslandia di Senayan.
Presiden Jokowi sudah meminta pemda turun tangan dan meminta tim Kemenkes datang dan mengirim bantuan kembali. ”Di sana akan disiapkan rumah sakit darurat. Kita harapkan penanganan lebih baik dan terkoordinasi. Tentu penanganan terbaik diharapkan dari daerah karena mereka lebih dekat,” katanya.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ridwan Thaha menyatakan, kunci masalah kesehatan di Papua adalah tenaga kesehatan. Kecukupan dan kemampuan tenaga kesehatan di lapangan sangat penting. ”Bagaimana mungkin gizi balita bisa baik jika sebagian besar puskesmas di sana tidak memiliki tenaga gizi,” katanya.
Faktor lain yang perlu diperbaiki adalah komitmen pemerintah daerah terhadap kesehatan. Kesehatan dan pendidikan seharusnya menjadi prioritas pembangunan di daerah. (FLO/INA/HAR/ETA/ADH)