Gagalnya Sambungan ”Hanger”, Salah Satu Dugaan Ambrolnya Mezanin BEI
JAKARTA, KOMPAS — Dugaan sementara penyebab ambrolnya mezanin lantai 1 Tower II Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (15/1) adalah angkur dan sambungan hanger (kabel penggantung) mezanin terlepas. Inspeksi dan pemeliharaan berkala di setiap gedung diperlukan untuk mencegah peristiwa serupa terjadi.
Ahli rekayasa struktur dari Institut Teknologi Bandung, Prof Iswandi Imran, menjelaskan, saat ini memang diperlukan kajian mendalam agar bisa menganalisis penyebab ambrolnya mezanin itu.
”Namun, jika kita coba menerka, banyak kemungkinan yang menjadi penyebab ambrolnya mezanin ini,” ucap Iswandi saat dihubungi, Selasa (16/1). Prof Iswandi Imran saat ini Kepala Pusat Rekayasa Industri ITB.
Menurut dia, angkur atau sambungan penyangga balok yang lepas bisa menjadi salah satu sebab ambrolnya mezanin. Selain itu, penurunan kinerja material akibat termakan usia juga bisa menjadi faktor terjadinya peristiwa tersebut.
Angkur atau sambungan penyangga balok yang lepas bisa menjadi salah satu sebab ambrolnya mezanin.
”Kalau dilihat dari desain mezaninnya, seharusnya tidak ada masalah jika perencanaan serta konsistensi beban terukur dengan baik. Saat mendesain sistem ini, kan, ada kriteria performa yang harus kita penuhi. Kriterianya ialah kekuatannya, stabilitas, dan service ability,” tutur Iswandi.
Untuk melakukan kajian mendalam, perlu ada beberapa faktor yang diperhatikan agar akar penyebab ambrolnya mezanin ini bisa diketahui.
Iswandi menjelaskan, kajian dan pengumpulan bahan-bahan material untuk pembuatan mezanin ini perlu diperiksa secara detail.
”Pemeriksaan bahan material ini penting untuk mengetahui apakah bahan material yang digunakan sudah sesuai standar atau malah downgrade ketika proses pemasangan mezanin. Pengkajian sambungan antarbeton serta pengecekan blue print juga diperlukan,” ungkap Iswandi.
Masih aman
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Jakarta Steve JM menyebutkan, kemungkinan Gedung BEI masih aman untuk digunakan. Namun, sebagai antisipasi, pemeriksaan kondisi struktur di sekitar area yang roboh perlu dilakukan untuk antisipasi dini.
”Bagian yang roboh itu merupakan bangunan tambahan, bukan struktur utama dari bangunan ini. Kegagalan struktur tambahan ini tampaknya juga tidak dipengaruhi struktur utama bangunan. Jadi, kemungkinan gedungnya masih aman untuk digunakan,” lanjut Steve.
Iswandi menambahkan, aktivitas di dalam Gedung BEI sebenarnya masih bisa dilakukan. Namun, perlu ada pembatasan dan pengkajian di beberapa bagian gedung.
”Seperti mezanin serupa di tower lain harus dikaji ulang dan tidak boleh digunakan dulu karena berpotensi ambrol juga. Jadi, memang aksesnya harus dibatasi,” ucap Iswandi.
Mezanin serupa di ’tower’ lain harus dikaji ulang dan tidak boleh digunakan dulu karena berpotensi ambrol juga. Jadi, memang aksesnya harus dibatasi.
Selain itu, untuk mencegah kondisi ambrol terjadi di gedung lain, misalnya mal dan pusat perbelanjaan, Steve mengatakan, perlu ada pemeliharaan berkala untuk setiap bangunan.
”Pemeriksaan berkala bisa dilakukan setiap 3 hingga 5 tahun sekali. Selain itu, jika ingin menambah lantai, struktur, atau komponen bangunan, perlu melalui konsultasi yang jelas,” ujarnya.
Iswandi menambahkan, inspeksi secara menyeluruh di gedung-gedung dan pusat perbelanjaan menjadi salah satu upaya pencegahan ambrolnya suatu bangunan. Menurut dia, setiap konstruksi pasti ada gejala awal yang bisa dirasakan sebelum ambrol.
”Seperti lantainya terasa bergetar ketika dilewati atau jika ada baut atau mur yang lepas. Oleh sebab itu, masyarakat juga berhak melaporkan gejala awal ini kepada pengelola gedung agar bisa segera ditangani,” ujar Iswandi.
Selain itu, menurut Iswandi, pengelola gedung juga harus memperbarui sertifikasi laik fungsi setiap lima tahun sekali.
Berdasarkan catatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) DKI Jakarta, Gedung BEI mengurus sertifikat laik fungsi (SLF) tahun 2015. ”Pada 2016 terbit SLF, tetapi sifatnya sementara karena ada syarat, seperti surat izin penunjukan penggunaan tanah, yang belum dipenuhi,” ujar Kepala Dinas PMPTSP DKI Edy Junaedi.
Pengelola gedung harus memperbarui sertifikasi laik fungsi setiap lima tahun.
Dari SLF sementara itu, yang ternyata habis masa berlakunya 25 Januari, pengelola bangunan kembali mengurus SLF. Pada 2017, SLF Gedung BEI kembali terbit, tetapi masih sementara dan belum SLF definitif.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merilis laporan awal hasil kajian staf. Dari laporan tersebut, dugaan sementara ambrolnya mezanin ini karena konsentrasi beban terkumpul pada salah satu titik selasar.
Beban momen yang terjadi tidak mampu dipikul oleh tumpuan pada dinding vertikal. Hal ini memicu kemungkinan sling putus dan penjepit sling terlepas.
Selain itu, ada kemungkinan baut korosi dan patah serta robeknya pertemuan baja dengan beton kolom dan/atau balok. (DD05)