Pensiun, Senyum dan Sihir Ronaldinho Dirindukan di Lapangan
Oleh
Prasetyo Eko P
·3 menit baca
Ronaldinho, ”pesihir yang selalu tersenyum”, demikian dia dideskripsikan oleh bekas klubnya, secara resmi mengakhiri karier sepak bola profesionalnya. Roberto Assis, saudara sekaligus agen pemenang Ballon d’Or 2005 ini, Selasa (16/1), mengumumkan bahwa Ronaldinho ingin memainkan sejumlah pertandingan perpisahan mulai Agustus sebelum fokus pada kehidupan di luar lapangan.
Ronaldinho sebenarnya sudah memainkan pertandingan profesional terakhirnya pada 2015 bersama klub Brasil, Fluminense. Namun, ia belum menyatakan gantung sepatu secara permanen.
”Karier profesional Ronnie telah berakhir. Ia ingin menjadi duta sepak bola, melakukan kegiatan amal, dan bersama teman-temannya bermusik,” kata Assis.
Assis berharap bisa menjadwalkan pertandingan perpisahan untuk Ronaldinho seusai Piala Dunia di Rusia, yang berakhir pada 15 Juli 2018. Rencana awalnya, pertandingan digelar di Brasil, Eropa, dan Asia, dan diharapkan melibatkan timnas ”Samba”.
Karier profesional Ronaldinho telah berakhir. Ia ingin menjadi duta sepak bola, melakukan kegiatan amal, dan bersama teman-temannya bermusik.
Juli tahun lalu, Ronaldinho menyatakan dalam sebuah laga persahabatan di Chechnya bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk bermain. Ronaldinho lahir di Porto Alegre, Rio Grande do Sul, Brasil, 21 Maret, 37 tahun lalu.
Ronaldinho kembali mengatakan hal itu dalam wawancara dengan stasiun televisi Brasil meski ia juga menyebut tengah mempertimbangkan lagi kariernya.
Karier cemerlang Ronaldinho termasuk 1 gelar Piala Dunia 2002, 1 gelar Liga Champions (2006), 2 gelar Liga Spanyol bersama Barcelona, dan 2 penghargaan Pemain Terbaik FIFA (2004 dan 2005). Ia bermain sebanyak 101 laga bersama tim Samba, mencetak 35 gol dari 1997 sampai 2013.
”Kami akan memberikan penghormatakan kepada pemain ini yang bersinar saat mengenakan kaus kuning (warna seragam timnas Brasil),” demikian pernyataan federasi sepak bola Brasil dalam akun Twitter-nya. ”Terima kasih untuk semua maginya, Ronaldinho”.
Pada Piala Dunia 2002, Ronaldinho bermain sebagai pemain cadangan di belakang dua legenda lain, Rivaldo dan striker Ronaldo, tetapi berperan instrumental dalam kemenangan 2-1 atas Inggris di perempat final, dengan satu asis dan satu gol tendangan bebas spektakuler.
Empat tahun kemudian, dengan Brasil tampil sebagai favorit juara dan Ronaldinho dianggap sebagai pemain terbaik dunia, ia gagal mengangkat tim Samba. Brasil disingkirkan Perancis di perempat final.
Ronaldinho mengawali karier profesionalnya bersama Gremio pada 1998. Ia kemudian merumput ke Eropa bersama Paris Saint-Germain pada 2001 dan digaet Barcelona dua musim kemudian.
Di Camp Nou, Ronaldinho menjadi bagian integral kebangkitan Barca. Ia bermain sebanyak 207 laga serta mencetak 94 gol dan 61 asis.
Namun, setelah mempersembahkan sejumlah trofi, sinar Ronaldinho mulai meredup. Media di Spanyol dan Brasil menuduh hal itu disebabkan kurangnya profesionalitas Ronaldinho meskipun ia berperan besar menjadi mentor Lionel Messi yang masih mentah.
Bekas klubnya memberikan penghormatan kepada Ronaldinho melalui Twitter: ”Pesihir Camp Nou yang selalu tersenyum. Terima kasih untuk segalanya”.
Pada 2008, dengan Messi mulai memimpin klub Catalan, Ronaldinho hengkang ke AC Milan. Meski menjadi bagian dari tim yang memenangi Serie A pada 2011, ia tidak bisa mengembalikan magi permainannya.
Pesihir Camp Nou yang selalu tersenyum. Terima kasih untuk segalanya.
AC Milan juga memuji Ronaldinho. ”Pemain yang memesona San Siro dan semua penggemar sepak bola”, demikian pernyataan klub Italia ini di Twitter. ”Ronaldinho pensiun setelah menerangi lapangan di seluruh dunia dengan sihirnya”.
Saat peluang untuk kembali merumput di negaranya muncul, Ronaldinho mengecewakan Gremio yang mencoba memulangkannya dan justru memilih klub rival Flamengo.
Penampilan mengecewakan di Rio de Janeiro membuatnya harus pindah ke Atletico Mineiro, klub yang lebih banyak berkutat di zona degradasi daripada bertarung merebut gelar. Namun, kematangan Ronaldinho membawa Atletico menanjak.
Seolah menemukan kembali sihirnya yang hilang, Ronaldinho membawa Atletico dengan umpan dan giringan spektakuler ke peringkat kedua Liga Brasil pada 2012.
Setahun kemudian, ia menjadi kunci klubnya memboyong Piala Libertadores, trofi sekelas Liga Champions di Eropa, untuk pertama kali. Namun, harapannya untuk bermain di Piala Dunia 2014 saat Brasil menjadi tuan rumah tak kesampaian.
Pada 2014-2015, ia pindah ke Meksiko bersama Queretaro, tetapi lebih banyak menghuni bangku cadangan. Ia kemudian memainkan tujuh laga terakhir profesional bersama Fluminense. (AP)