KAIRO, KOMPAS — Berita kejutan datang lagi dari kawasan Arab Teluk pada awal tahun 2018, yakni adanya komunikasi Israel-Arab Saudi terkait rencana megaproyek ekonomi Timur Tengah dalam 5-15 tahun mendatang. Dua media terkemuka di Timur Tengah, yaitu harian berbahasa Arab Al Quds al Arabi dan laman harian Israel, Yedioth Ahronoth, edisi Rabu (17/1) secara mengejutkan mengungkapkan adanya kajian intensif di kota Tel Aviv dan Riyadh terkait kerja sama Israel-Arab Saudi dalam rencana megaproyek ekonomi yang akan mengubah wajah masa depan Timur Tengah.
Di antara megaproyek tersebut adalah pembangunan jaringan rel kereta api yang menghubungkan Israel dengan Arab Saudi melalui Jordania, kemudian diperpanjang hingga Irak. Knesset (Parlemen) Israel dalam sidang hari Minggu lalu telah menyetujui pencairan dana 4,5 juta dollar AS untuk biaya jasa arsitek pembangunan jaringan rel kereta api itu.
Pembangunan tahap pertama jaringan rel kereta api tersebut dimulai dari pembangunan stasiun kereta api di kota Beit She’an, Israel utara, kemudian jalur kereta api melewati kawasan pintu gerbang Sheikh Hussein di Jordania utara, dan terus berlanjut hingga Arab Saudi. Jalur kereta api dari Beit She’an hingga perbatasan Israel-Jordania hanya sekitar 15 kilometer dengan dana pembangunan sekitar 600 juta dollar AS.
Menteri Urusan Intelijen yang merangkap Menteri Transportasi Israel, Yisrael Katz, mengatakan, jaringan rel kereta api tersebut sebagai jaringan transportasi perdamaian.
Rencana proyek lain adalah pembangunan pusat logistik di wilayah Galilee, Israel utara, yang akan dijadikan pusat penampungan komoditas asal Arab Saudi dan negara Arab Teluk lain untuk diekspor ke Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Kementerian Perhubungan dan Transportasi Israel telah membentuk tim teknis dan konsultan untuk merancang arsitek proyek pembangunan pusat logistik berskala internasional di kawasan Galilee. Israel mengklaim, mereka selama ini telah melakukan jasa transfer berbagai komoditas kebutuhan Arab Saudi dan negara Arab Teluk lain yang tiba di Pelabuhan Haifa, Israel utara, dari Eropa dan AS untuk dikapalkan ke Pelabuhan Aqaba di Jordania, kemudian dibawa ke Arab Saudi melalui jalan darat.
Melobi Arab Saudi
Sebagai langkah awal menuju megaproyek tersebut, Israel saat ini telah melobi Arab Saudi untuk diizinkan menggunakan teritorial udara negara itu bagi penerbangan rute Israel-India.
PM Israel Benjamin Netanyahu saat ini sedang melakukan kunjungan ke India. Kesepakatan PM Netanyahu dan PM India Narendra Modi di antaranya mengubah jalur penerbangan Israel-India dari melalui Laut Merah dan Laut Hindia ke teritorial udara Arab Saudi.
Netanyahu dan Narendra sepakat akan berusaha bersama melobi Arab Saudi agar bersedia membuka teritorial udaranya bagi penerbangan Israel-India.
Jalur penerbangan Israel-India selama ini yang melalui Laut Merah dan Laut Hindia dengan memakan waktu 8 jam kurang kompetitif secara bisnis karena harga tiket menjadi mahal.
Namun, jika penerbangan dari Israel menuju India langsung melewati wilayah teritorial Arab Saudi, penerbangan bisa hanya menempuh sekitar 5 jam hingga 6 jam saja sehingga harga tiket bisa jauh lebih murah.
Harian Al Quds al Arabi dan Yedioth Ahronoth mengungkapkan, inisiatif megaproyek Timur Tengah tersebut datang dari Israel dalam upaya negara Yahudi itu ikut berpartisipasi dalam mewujudkan Visi Arab Saudi 2030.
Perundingan rahasia
Israel pun mengklaim telah mulai melakukan perundingan rahasia dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, untuk promosi megaroyek itu dengan perantara menantu sekaligus penasihat politik Presiden Donald Trump, Jared Kushner.
Israel mengklaim pula, seperti dikutip Al Quds Al Arabi, Pangeran Mohammed bin Salman secara prinsip mendukung megaproyek yang diajukan Israel tersebut, tetapi meminta dicapai dahulu kesepakatan politik Israel-Palestina untuk mewujudkan megaproyek itu.
PM Netanyahu dalam sebuah konferensi tahunan yang diadakan harian The Jerusalem Post di kota Jerusalem pada 6 Desember lalu juga mengakui masih sulit mewujudkan normalisasi secara penuh dan terang-terangan dengan Arab Saudi dan dunia Arab tanpa ada kesepakatan politik tertentu dengan Palestina.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional Perdana Israel, Yakoov Nagel mengatakan, Arab Saudi kini hanya menunggu tercapainya kesepakatan politik apa pun antara Israel dan Palestina meskipun kesepakatan itu tidak memuaskan dunia Arab dan Palestina untuk melajukan hubungan bilateral Israel-Arab Saudi.
Israel dan Arab Saudi saat ini sangat berharap Palestina akhirnya bisa menerima transaksi abad ini yang dirancang pemerintah Presiden Trump. Berbagai media telah membocorkan sebagian isi transaksi abad ini tersebut. Di antara isi transaksi abad ini, misalnya Desa Abu Dis yang bertetangga dengan Jerusalem Timur dijadikan ibu kota Palestina. Antara Abu Dis dan kompleks Masjid Al-Aqsa di Jerusalem Timur akan dibangun jembatan penghubung untuk memudahkan warga Palestina dan lainnya melakukan ibadah di kompleks Masjid Al-Aqsa itu.
Adapun masa depan status kota Jerusalem Timur tetap akan dirundingkan dalam perundingan final. Apa pun hasil wilayah dari kota Jerusalem Timur yang didapat Palestina dalam perundingan final dengan Israel bisa disambung dengan Abu Dis untuk dijadikan ibu kota dengan nama kota Jerusalem Timur.
Penasihat Urusan Hubungan Internasional Presiden Palestina Mahmoud Abas, Nabil Shaath, dalam wawancara khusus dengan televisi Al Jazeera pada pekan lalu mengakui, pihak Palestina telah menerima draf proposal transaksi abad ini dari Amerika Serikat melalui Arab Saudi. Akan tetapi, tindakan sepihak Trump mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel pada awal Desember lalu membuat isu transaksi abad ini tersebut mundur saat ini.
Menteri Urusan Islam Arab Saudi Saleh bin Abdul Aziz al-Sheikh di sela konferensi internasional tentang Jerusalem di Kairo, Mesir, tidak bersedia berkomentar saat ditanya Kompas mengenai berita rencana megaproyek Arab Saudi-Israel. Ia mengatakan, dirinya hanya mempunyai wewenang komentar soal keagamaan, bukan politik. (Dilaporkan dari Kairo, Mesir)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.